Internasional

Argentina: dari Krisis Ekonomi Hingga Bunga Acuan 45%

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
14 August 2018 21:15
Argentina: dari Krisis Ekonomi Hingga Bunga Acuan 45%
Foto: REUTERS/Marcos Brindicci
Jakarta, CNBC Indonesia - Argentina menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 500 basis poin menjadi 45% hari Senin (13/8/2018). Langkah tersebut dilakukan karena peso, mata uangnya, terus mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 

Berdasarkan data Reuters, sepanjang tahun ini peso sudah anjlok 36,3% terhadap dolar sehingga US$1 setara dengan 29,91 peso (Rp 14.560) di hari Senin. Posisi itu adalah pelemahan terdalam sepanjang sejarah.

Argentina merupakan negara pertama pada 2018 yang jatuh ke dalam krisis ekonomi karena kaburnya investor asing yang membuat mata uang anjlok dalam dan ekonominya banyak dibiayai oleh utang luar negeri yang mencapai US$95 miliar atau setara Rp 1.387 triliun (asumsi US$1 = Rp 13.600).

Selain itu, negara ini dilanda korupsi akut. Pada tanggal 1 Agustus lalu, sebuah harian nasional bertajuk La Nacion mempublikasikan sebuah laporan investigasi yang menggemparkan. Investigasi itu mengungkap dugaan suap dari sejumlah eksekutif bisnis di sektor konstruksi ke jajaran pejabat pemerintahan mantan Presiden Cristina Fernandez.

Skandal korupsi ini terungkap dari delapan buku catatan berisi informasi nama, tanggal, jumlah dan alamat pengiriman uang tunai dari perusahaan konstruksi ke pejabat pemerintah dalam kurun waktu 2005-2015. Catatan tersebut sengaja dibuat oleh seorang supir yang dipekerjakan oleh pemerintah sebelumnya.

Untuk diketahui, suami Fernandez yaitu Nestor Kirchner sempat menjabat sebagai presiden Argentina di tahun 2003 sampai 2007. Kirchner meninggal karena serangan jantung di bulan Oktober 2010.

Melansir dari CNBC International, para eksekutif terkait sudah mengatakan kepada jaksa bahwa pembayaran tersebut dilakukan guna memperoleh kontrak pekerjaan publik. Puluhan eksekutif dan pejabat yang tersangkut skandal ini sudah ditahan. Namun, Fernandez masih memiliki imunitas sebagai senat nasional.

Sementara itu, Fernandez membela diri lewat kicauan berbahasa Spanyol di Twitter. Dia menyebut dirinya sebagai korban konspirasi antara Presiden Argentina Mauricio Macri, rekan-rekan media Macri dan hakim ketua Claudio Bonadio, dikutip dari Financial Times.

Terungkapnya skandal korupsi ini membuat sektor konstruksi terancam rusak dan mengguncang pasar Argentina. Para investor khawatir skandal akan 
memperlambat perbaikan perekonomian terbesar ketiga di Amerika Latin itu.

Pasalnya di bulan Mei silam, nilai tukar peso sudah terjerembab hampir 20% selama kurun waktu enam pekan menjadi 25,52 terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Presiden Macri menyebut depresiasi terjadi karena adanya defisit anggaran yang sudah menyempit menjadi 3,9% dari produk domestik bruto (PDB).

Inflasi juga terus melambung. Tingkat inflasi 12 bulan menembus 25,4% di bulan Mei, jauh melampaui target pemerintah di kisaran 15%.

"Pusat masalahnya adalah defisit anggaran. Kami harus menguranginya. Kami tidak bisa membelanjakan [anggaran] lebih banyak dari apa yang kami miliki dan bergantung pada pinjaman internasional untuk mendanainya," kata Macri, yang mulai menjabat sejak tahun 2015, di bulan Mei.

Pelemahan peso membuat Gubernur Bank Sentral Argentina Federico Sturzenegger mengundurkan diri dan digantikan oleh Menteri Keuangan Luis Caputo. Tugas Menteri Keuangan kemudian diambil alih oleh Menteri Ekonomi Nicolas Dujovne.

Selang dua hari, Macri kembali merombak kabinet karena gejolak perekonomian. Dia mencopot Menteri Energi Juan Jose Aranguren dan Menteri Produksi Francisco Cabrera.

Seorang ekonom bernama Dante Sisca mengambil alih kursi kepemimpinan Menteri Produksi. Sementara itu, seorang insyinyur bernama Javier Iguacel didapuk sebagai Menteri Energi.

Macri sempat membela Aranguren, mantan presiden Shell di Argentina, setelah ia mengaku menyimpan kekayaan sebesar US$88 juta (Rp 1,2 triliun) di luar negeri karena tidak percaya pada ekonomi domestik.

Untuk menghentikan anjloknya nilai tukar peso, Argentina menaikkan suku bunga overnight ke level tertinggi di dunia yaitu sebesar 40% dan menjual beberapa cadangan mata uang asingnya. 

Itu adalah kenaikan suku bunga ketiga yang terjadi selama delapan hari di pertengahan bulan Mei. Peso sedikit rebound, tetapi tidak cukup kuat untuk menopang perekonomian.

Krisis mata uang di bulan Mei membuat Macri meminta bantuan kepada Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) untuk membuat perjanjian siaga (standby agreement). Bantuan akan diberikan asalkan Argentina memenuhi serangkaian target ekonomi, termasuk inflasi dan kebijakan moneter.

Keputusan itu dianggap membuka luka lama dan memicu aksi turun ke jalan dari kelompok yang menyebut dirinya sebagai federasi serikat perdagangan terbesar di Argentina. 

Mereka menuntut kenaikan upah agar sejalan dengan inflasi dan menolak kesepakatan antara pemerintah dengan IMF. Kelompok itu menganggap langkah penghematan terkait kesepakatan itu akan merugikan para pekerja. 

Aksi tersebut melumpuhkan ekspor gandum, serta membuat pelayanan perbankan dan transportasi publik tersendat.

Negara asal Lionel Messi itu memang pernah menandatangani kesepakatan serupa 20 tahun lalu. Ketika itu, tingkat pengangguran Argentina justru naik menjadi 20%, upah menyusut dan masyarakat menukar peso ke dolar AS.

Di tahun 2001, Argentina gagal membayar utang ke IMF sebesar $132 miliar. Intervensi dan dukungan IMF untuk menjaga peso justru memperpanjang krisis di negara itu.

Merespons protes yang terjadi, IMF berkata pengeluaran untuk program bantuan guna melindungi kaum miskin bisa ditingkatkan di bawah kesepakatan pendanaan yang dilakukan dengan Argentina saat ini.

"Target fiskal bisa direvisi jika ada keperluan untuk meningkatkan pengeluaran sosial," kata Alejandro Werner selaku Western Hemisphere Director IMF di bulan Juni, dikutip dari Reuters.

Ia menambahkan perekonomian Argentina saat ini "sangat berbeda jika dibandingkan dengan tahun 2001".

"Dengan begitu, masyarakat tidak perlu memilih antara membangun jembatan atau melindungi [kelompok] termiskin," katanya.
Di akhir Juni, IMF resmi menyetujui paket bantuan senilai $50 miliar untuk membantu Argentina menghadapi inflasi, defisit anggaran dan pelemahan nilai tukar mata uangnya. 



Argentina berencana menarik $15 miliar dari program bantuan itu di tahap pertama, setengahnya akan digunakan untuk menopang anggaran yang mengalami defisit. Sementara itu, sisa dana sebesar $35 miliar akan digunakan untuk berjaga-jaga.

Sebagai bagian dari kesepakatan, Argentina akan berusaha mengurangi defisit fiskal menjadi 1,3% terhadap PDB di tahun 2019. Negara Tango itu juga setuju dengan target inflasi baru sebesar 17% untuk tahun 2019, 13% di tahun 2020, dan 9% pada tahun 2021.

Presiden Macri menggunakan periode pertama kepemimpinannya untuk memperbaiki perekonomian negara dengan memotong subsidi tidak berkelanjutan dan tingginya pengendalian mata uang, yang sebelumnya didukung oleh Fernandez.

Pemangkasan subsidi telah menaikkan tagihan listrik dan memicu kenaikan inflasi menjadi 29,5% di bulan Juni. Para analis yang disurvei oleh bank sentral di awal bulan Agustus bahkan memproyeksi peningkatan inflasi bisa mencapai 31,8% sepanjang tahun ini.

Pemerintah juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2018 menjadi 0% dari 0,5%.

Berbagai upaya pun dilakukan untuk membuat peso stabil, termasuk kenaikan suku bunga acuan menjadi 45% dari 40% di hari Senin. Selain itu, bank sentral juga berencana menjual cadangan senilai $500 juta dan menerbitkan utang jangka pendek.



Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular