Internasional
Hikmah Pelemahan Lira Turki, Louis Vuitton 'Didiskon' 25%
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
13 August 2018 13:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Selalu ada dua sisi mata uang, termasuk dalam krisis yang tengah melanda mata uang Turki, lira.
Pelemahan lira yang sudah mencapai hampir 50% sepanjang tahun ini dan bahkan anjlok 20% pada hari Jumat (10/8/2018) pekan lalu saja, telah membuat bahagia segelintir orang.
Ketika sekitar 80% warga Turki mendadak jatuh miskin karena mata uangnya kehilangan nilai, beberapa lainnya justru mengantre di pusat perbelanjaan Istinye Park Mall di Istanbul untuk membeli tas-tas mewah.
Mereka rela berdiri lama di beberapa toko paling mahal di dunia, seperti Louis Vuitton, Chanel, dan Hermes - di kompleks perbelanjaan terbuka di bawah langit biru yang jernih itu. Tiba-tiba saja, barang-barang yang ditawarkan menjadi jauh lebih murah untuk beberapa orang yang beruntung memiliki mata uang asing untuk dibelanjakan saat ini.
"Sekarang Turki adalah tempat belanja termurah di dunia," kata Orhan (22), yang sedang mengantre di depan toko Louis Vuitton, dikutip dari Bloomberg.com.
Di toko Chanel, hadiah yang menanti pelanggan setelah mengantre selama setengah jam di luar pintu kaca tersebut adalah "Tas Kamera Klasik Chanel" yang dibandrol 18.500 lira. Harga tas kulit itu kini setara dengan US$2.877, hampir 25% lebih rendah dari US$3.700 yang tertera di situs online Chanel Eropa.
Di dalam toko, pelanggan menanyakan harga dan bersiap menghitung menggunakan aplikasi ponselnya untuk membandingkan harga lira ke euro atau dolar.
Dalam tiga minggu terakhir, lira telah kehilangan 27% nilainya terhadap dolar, 21%-nya telah menguap di minggu lalu saja.
Hampir semua orang yang antre di luar adalah pengunjung dari Arab dan Asia, dengan segelintir orang Eropa. Pembeli Turki tidak terlihat di mana pun.
"Kami menghasilkan dolar dan membeli barang-barang dalam lira Turki," kata Carson, 35, seorang pribumi China yang bekerja di sektor telekomunikasi di Istanbul.
Anjloknya nilai mata uang Turki juga membuat wisatawan semakin berminat mengunjungi negara itu akibat kurs yang jauh lebih murah.
Perusahaan liburan Thomas Cook melaporkan kenaikan pemesanan perjalanan ke Turki hingga 63%, BBC melaporkan.
(prm) Next Article Lira Melemah, Ini Saat yang Tepat untuk Berlibur ke Turki
Pelemahan lira yang sudah mencapai hampir 50% sepanjang tahun ini dan bahkan anjlok 20% pada hari Jumat (10/8/2018) pekan lalu saja, telah membuat bahagia segelintir orang.
Ketika sekitar 80% warga Turki mendadak jatuh miskin karena mata uangnya kehilangan nilai, beberapa lainnya justru mengantre di pusat perbelanjaan Istinye Park Mall di Istanbul untuk membeli tas-tas mewah.
"Sekarang Turki adalah tempat belanja termurah di dunia," kata Orhan (22), yang sedang mengantre di depan toko Louis Vuitton, dikutip dari Bloomberg.com.
Di toko Chanel, hadiah yang menanti pelanggan setelah mengantre selama setengah jam di luar pintu kaca tersebut adalah "Tas Kamera Klasik Chanel" yang dibandrol 18.500 lira. Harga tas kulit itu kini setara dengan US$2.877, hampir 25% lebih rendah dari US$3.700 yang tertera di situs online Chanel Eropa.
Di dalam toko, pelanggan menanyakan harga dan bersiap menghitung menggunakan aplikasi ponselnya untuk membandingkan harga lira ke euro atau dolar.
Dalam tiga minggu terakhir, lira telah kehilangan 27% nilainya terhadap dolar, 21%-nya telah menguap di minggu lalu saja.
Hampir semua orang yang antre di luar adalah pengunjung dari Arab dan Asia, dengan segelintir orang Eropa. Pembeli Turki tidak terlihat di mana pun.
"Kami menghasilkan dolar dan membeli barang-barang dalam lira Turki," kata Carson, 35, seorang pribumi China yang bekerja di sektor telekomunikasi di Istanbul.
Anjloknya nilai mata uang Turki juga membuat wisatawan semakin berminat mengunjungi negara itu akibat kurs yang jauh lebih murah.
Perusahaan liburan Thomas Cook melaporkan kenaikan pemesanan perjalanan ke Turki hingga 63%, BBC melaporkan.
(prm) Next Article Lira Melemah, Ini Saat yang Tepat untuk Berlibur ke Turki
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular