
Lockdown Kelar, Chanel & Louis Vuitton Naikkan Harga 25%
Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
19 May 2020 15:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Merek-merek mewah terkemuka seperti Chanel dan Louis Vuitton menaikkan beberapa harga produk mereka yang paling populer. Sederet merek prestisius ini berusahamenebus kerugian penjualan akibat lockdown.
Penjualan barang mewah memang langsung diserbut begitu lockdown dibuka seperti yang terjadi di Korea Selatan dan China pada Maret lalu begitu pusat belanja dibuka. Ini lumayan mengimbangai penurunan yang masih terjadi di Eropa dan AS.
Perusahaan Konsultan Bain memperkirakan penjualan barang mewah hanya US$ 300 miliar atau turun 35% di tahun ini. Ini tampaknya membuat produsen barang mewah deg-degan dan bergerak cepat untuk genjot penjualan.
Chanel misalnya, menaikkan harga tas dan produk kulit mereka 5% sampai 17% di seluruh dunia, alasannya karena bahan baku naik akibat pandemi.
"Penyesuaian ini dilakukan sambil memastikan bahwa kami menghindari disparitas harga yang berlebihan antar negara," kata pihak Chanel.
Sementara, The Korea Times melaporkan kenaikan harga untuk barang Chanel di Korea Selatan naik hingga 25%.
Label terkemuka lainnya yakni Louis Vuitton, menikmati kenaikan 50% di China pada bulan lalu. Mereka juga menaikkan harga tas jinjing di Amerika Serikat dan Eropa.
Sebagai contoh, tas Neverfull MM Monogram-nya kini berharga US$ 1.500 di situs webnya, sebelumnya dihargai US$1.430 pada awal Mei dan US$ 1.320 pada akhir Oktober, yang berarti harganya telah naik hampir 14 %.
Pihak Louis Vuitton menolak untuk berkomentar hal tersebut.
Di China dan Korea Selatan, orang-orang antri di toko Chanel segera setelah desas-desus kenaikan harga segera mulai menyebar di media sosial pekan ini. Xie Lan, pembuat film dokumenter di Beijing, mengatakan dia telah berhasil membeli tas tangan dengan harga hampir 30.000 yuan sebelum harganya naik.
"Pekerjaan sibuk dan membuat stres, saya ingin memberi diri saya hadiah," katanya.
Toko perhiasan AS Tiffany, yang dibeli oleh LVMH, juga menaikkan harga beberapa produknya di Korea Selatan sebesar 10% pada 6 Mei, kata seorang manajer toko Seoul.
"Tiffany secara teratur meninjau strategi penetapan harganya termasuk dalam setiap pasar di mana kami melakukan bisnis untuk mencerminkan antara lain, fluktuasi mata uang dan biaya input bisnis," kata juru bicara perusahaan.
Para analis mengatakan bahwa merek-merek terkuat, seperti Louis Vuitton, dapat tergoda untuk mendorong harga naik karena terpukul penjualan dari krisis corona, yang telah menyebabkan pembekuan perjalanan internasional dan resesi di Eropa dan Amerika Serikat.
"Ini strategi untuk mempertahankan margin. Namun, tidak semua label akan mengikuti rute itu karena dapat memicu reaksi dari konsumen," kata Luca Solca, analis barang mewah di Bernstein.
Meski demikian, Tod's yang merupakan produk fesyen kulit dari Italia mengatakan tidak merencanakan perubahan signifikan terhadap harga grup untuk saat ini.
(gus) Next Article Louis Vuitton, Burberry, Chanel Bikin Masker & APD Gratis
Penjualan barang mewah memang langsung diserbut begitu lockdown dibuka seperti yang terjadi di Korea Selatan dan China pada Maret lalu begitu pusat belanja dibuka. Ini lumayan mengimbangai penurunan yang masih terjadi di Eropa dan AS.
Perusahaan Konsultan Bain memperkirakan penjualan barang mewah hanya US$ 300 miliar atau turun 35% di tahun ini. Ini tampaknya membuat produsen barang mewah deg-degan dan bergerak cepat untuk genjot penjualan.
"Penyesuaian ini dilakukan sambil memastikan bahwa kami menghindari disparitas harga yang berlebihan antar negara," kata pihak Chanel.
Sementara, The Korea Times melaporkan kenaikan harga untuk barang Chanel di Korea Selatan naik hingga 25%.
Label terkemuka lainnya yakni Louis Vuitton, menikmati kenaikan 50% di China pada bulan lalu. Mereka juga menaikkan harga tas jinjing di Amerika Serikat dan Eropa.
Sebagai contoh, tas Neverfull MM Monogram-nya kini berharga US$ 1.500 di situs webnya, sebelumnya dihargai US$1.430 pada awal Mei dan US$ 1.320 pada akhir Oktober, yang berarti harganya telah naik hampir 14 %.
Pihak Louis Vuitton menolak untuk berkomentar hal tersebut.
Di China dan Korea Selatan, orang-orang antri di toko Chanel segera setelah desas-desus kenaikan harga segera mulai menyebar di media sosial pekan ini. Xie Lan, pembuat film dokumenter di Beijing, mengatakan dia telah berhasil membeli tas tangan dengan harga hampir 30.000 yuan sebelum harganya naik.
"Pekerjaan sibuk dan membuat stres, saya ingin memberi diri saya hadiah," katanya.
Toko perhiasan AS Tiffany, yang dibeli oleh LVMH, juga menaikkan harga beberapa produknya di Korea Selatan sebesar 10% pada 6 Mei, kata seorang manajer toko Seoul.
"Tiffany secara teratur meninjau strategi penetapan harganya termasuk dalam setiap pasar di mana kami melakukan bisnis untuk mencerminkan antara lain, fluktuasi mata uang dan biaya input bisnis," kata juru bicara perusahaan.
Para analis mengatakan bahwa merek-merek terkuat, seperti Louis Vuitton, dapat tergoda untuk mendorong harga naik karena terpukul penjualan dari krisis corona, yang telah menyebabkan pembekuan perjalanan internasional dan resesi di Eropa dan Amerika Serikat.
"Ini strategi untuk mempertahankan margin. Namun, tidak semua label akan mengikuti rute itu karena dapat memicu reaksi dari konsumen," kata Luca Solca, analis barang mewah di Bernstein.
Meski demikian, Tod's yang merupakan produk fesyen kulit dari Italia mengatakan tidak merencanakan perubahan signifikan terhadap harga grup untuk saat ini.
(gus) Next Article Louis Vuitton, Burberry, Chanel Bikin Masker & APD Gratis
Most Popular