Internasional

Turki Krisis, Bank Eropa Hingga Pasar Obligasi Kena Getahnya

Roy Franedya, CNBC Indonesia
13 August 2018 12:55
Turki di ambang krisis karena lira terus anjlok yang bisa menjalan ke bank-bank Eropa, pasar saham dan pasar obligasi.
Foto: REUTERS/Umit Bektas
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Turki di ambang krisis. Mata uang lira sudah anjlok parah lawan dolar AS sejak awal tahun. Defisit transaksi berjalan (current account deficit) menganga lebar dan inflasi mendekati 16%.

Investor juga sedang was-was karena keinginan Presiden Recep Tayyip Erdogan menurunkan suku bunga sementara bank sentral ragu menaikkan bunga acuan lebih tinggi. Hal ini membuat investor mulai alihkan dana ke aset safe haven terutama yen Jepang dan Swiss franc.

[Gambas:Video CNBC]

Para analis dan ekonom mulai meramalkan negara mana yang akan terdampak jika ekonomi yang terus memburuk ini jatuh ke dalam krisis. Berikut perkiraannya seperti dikutip dari CNBC International, Jumat (10/8/2018).

Bank-bank Eropa

Pada Jumat lalu, sejumlah media melaporkan pernyataan Bank Sentral Eropa (ECB) yang khawatir atas kondisi bank-bank Eropa selatan, yang telah meminjamkan sejumlah besar uang ke Turki. Hal ini menunjukkan investor yang memegang saham perbankan Eropa bisa berisiko. ECB menolak mengomentari laporan tersebut.

Data dari Bank for International Settlements (BIS) - sering disebut bank sentral dari bank-bank sentral - menunjukkan bahwa bank-bank Spanyol memberikan pinjaman sebesar US$83,3 miliar ke nasabah Turki; Perancis meminjamkan US$38,4 miliar; Perbankan Italia meminjamkan US$17 miliar. 

Regulator di Eropa dikabarkan khawatir pelemahan mata uang Turki akan membuat gagal bayar pinjaman utang luar negeri. Carsten Hesse, Ekonom di Berenberg, mengatakan dalam sebuah catatan bahwa beberapa bank di Uni Eropa berada di bawah tekanan "karena pinjaman langsung ke bank-bank Turki."

Jepang dan AS

Ketika ditanya tentang dampak dari masalah yang sedang berlangsung di Turki, Timothy Ash, seorang analis pasar di Bluebay Asset Management, mengatakan kepada CNBC melalui email bahwa dampaknya "cukup luar hingga ke luar negeri," ujarnya. "Eropa, AS, Jepang, China, Timur Tengah - semua orang," tambahnya.

Data BIS juga menunjukkan bank-bank Jepang memberikan pinjaman US$14 miliar, pemberi pinjaman dari Inggris US$ 19,2 miliar, dan Amerika Serikat sekitar US$18 miliar.

Lira terus anjlok

Pada Senin pagi,lira diperdagangkan anjlok sekitar 9% lawan dolar AS di sekitar 6,99 lira per dolar. Sebelumnya lira sempat terjun bebas ke level 7,24 sebelum kembali rebound setelah pemerintah Turki menenangkan pasar dengan mengumumkan beberapa aksi ekonomi.

Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak mengatakan dalam wawancara hari Minggu dengan media lokal Hurriyet bahwa pemerintah memiliki rencana untuk mencegah kejatuhan lira yang lebih dalam lagi, Reuters melaporkan.

Albayrak mengatakan, otoritas Turki akan mengambil langkah yang diperlukan mulai hari Senin namun Reuters mengatakan sangat sedikit detil yang diberikan pemerintah terkait langkah tersebut.

Pasar obligasi

Kejatuhan perekonomian Turki bisa menjadi masalah utang luar negeri swasta Eropa, yang berpotensi memengaruhi investor obligasi dan pemerintah yang bergantung pada pasar utang untuk membiayai ekspansi perekonomian.

"Saya tidak mengharapkan yield negara Eropa anjlok karena Turki. Beberapa negara kecil yang menawarkan obligasi dengan yield tinggi bisa merasakan dampaknya," ujar Hesse dari Berenberg Bank.

Pasar obligasi Yunani, Spanyol dan Italia dapat terpukul, "karena rata-rata eksposur banknya yang lebih tinggi ke Turki."

Namun, Ash tidak melihat krisis Turki bisa menjadi masalah utang negara. 

"Saya tidak melihat penularan [krisis] global. Ekonomi Turki masih relatif kecil - (senilai) US$850 miliar, dan tidak mungkin menimbulkan masalah yang luar biasa bagi Eropa," kata Ash dalam sebuah email.

(roy/prm) Next Article Lira Terkapar, Erdogan: Turki Dalam Perang Ekonomi

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular