Internasional
Pejabat Bank Sentral Diisukan Mundur, Lira Turki Anjlok Lagi
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
31 August 2018 10:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi jual kembali melanda lira Turki, Kamis sore (30/8/2018) di tengah melemahnya nilai tukar mata uang negara berkembang dan adanya laporan kemungkinan pengunduran diri pejabat penting bank sentral Turki.
Dolar Amerika Serikat (AS), Kamis, naik 4% terhadap lira menjadi 6,7422/US$ pada pukul 19:00 WIB. Lira telah mengalami depresiasi 40% terhadap greenback sejak awal tahun ini.
Penurunan Kamis diakreditasi oleh laporan Reuters, mengutip dua sumber yang akrab dengan masalah ini. Mereka mengatakan bahwa deputy governor bank sentral Turki dan anggota Komite Kebijakan Moneter, Erkan Kilimci berencana mengundurkan diri. The Development Bank of Turkey mempublikasikan dokumen yang menunjukkan Kilimci telah bergabung dengan jajaran direksi perusahaan.
Bank sentral Turki tidak segera bersedia untuk dimintai komentar ketika dihubungi oleh CNBC International.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan telah lama menekan bank sentral karena menerapkan kebijakan moneter ketat. Erdogan menyebut dirinya "musuh suku bunga" karena memprioritaskan pertumbuhan ekonomi yang cepat meski inflasi terus meningkat dan sudah menyentuh 15%. Hal ini menyebabkan lira bergerak liar, karena investor kehilangan kepercayaan pada disiplin fiskal negara.
Asset Management strategist BlueBay, Timothy Ash mengatakan dalam sebuah catatan penelitian bahwa bank sentral telah gagal lagi untuk mengurangi penurunan mata uang yang pada dasarnya "hilang dalam tindakan (missing in action)."
"Kembali lagi kita kesini ... Mereka harus melakukan hal yang jauh lebih baik daripada ini," tambahnya.
Peter Elam Hakansson, chairman dan chief investment officer di investment fund East Capital mengatakan kesengsaraan Turki didasari oleh siklus yang terdiri dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan didorong oleh pinjaman. Hal itu meningkatkan impor dan defisit transaksi berjalan menjadi melembar.
"Permintaan domestik yang tinggi selalu menyenangkan saat masih bisa bertahan dan kepemimpinan yang ingin mengumpulkan beberapa dukungan sebelum pemilihan umum pada bulan Juni, telah lama memutuskan untuk mengabaikan tanda-tanda overheating dan bahkan mungkin mengecilkan hati sang dokter (bank sentral) untuk tidak mengubah jalannya pengobatan, "tambahnya.
[Gambas:Video CNBC]
(roy) Next Article Krisis Mata Uang Berlanjut, Lira Turki Anjlok 3%
Dolar Amerika Serikat (AS), Kamis, naik 4% terhadap lira menjadi 6,7422/US$ pada pukul 19:00 WIB. Lira telah mengalami depresiasi 40% terhadap greenback sejak awal tahun ini.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan telah lama menekan bank sentral karena menerapkan kebijakan moneter ketat. Erdogan menyebut dirinya "musuh suku bunga" karena memprioritaskan pertumbuhan ekonomi yang cepat meski inflasi terus meningkat dan sudah menyentuh 15%. Hal ini menyebabkan lira bergerak liar, karena investor kehilangan kepercayaan pada disiplin fiskal negara.
Asset Management strategist BlueBay, Timothy Ash mengatakan dalam sebuah catatan penelitian bahwa bank sentral telah gagal lagi untuk mengurangi penurunan mata uang yang pada dasarnya "hilang dalam tindakan (missing in action)."
"Kembali lagi kita kesini ... Mereka harus melakukan hal yang jauh lebih baik daripada ini," tambahnya.
Peter Elam Hakansson, chairman dan chief investment officer di investment fund East Capital mengatakan kesengsaraan Turki didasari oleh siklus yang terdiri dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan didorong oleh pinjaman. Hal itu meningkatkan impor dan defisit transaksi berjalan menjadi melembar.
"Permintaan domestik yang tinggi selalu menyenangkan saat masih bisa bertahan dan kepemimpinan yang ingin mengumpulkan beberapa dukungan sebelum pemilihan umum pada bulan Juni, telah lama memutuskan untuk mengabaikan tanda-tanda overheating dan bahkan mungkin mengecilkan hati sang dokter (bank sentral) untuk tidak mengubah jalannya pengobatan, "tambahnya.
[Gambas:Video CNBC]
(roy) Next Article Krisis Mata Uang Berlanjut, Lira Turki Anjlok 3%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular