Didera Tiga Isu Global, Harga Obligasi Pemerintah Tergerus

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
30 August 2018 18:55
Pasar surat utang pada perdagangan hari ini terkoreksi dihantam sentimen negatif.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi ditutup terkoreksi pada penutupan perdagangan pasar surat utang hari ini akibat berjejalnya sentimen negatif dari tiga fokus utama investor global.

Ketiganya adalah krisis lira Turki yang kembali memanas, berlanjutnya depresiasi peso Argentina, serta optimisnya bank sentral Amerika Serikat (AS) terhadap kondisi perekonomian. 

Merujuk data Reuters, koreksi harga surat berharga negara (SBN) tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus melambungkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. Keempat seri itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. 

Seri acuan yang paling terkoreksi dan mengalami kenaikan yield terbesar adalah seri menengah-panjang yaitu 20 tahun dan 15 tahun. Keduanya mengalami kenaikan yield 6 basis poin (bps) dan 4 bps menjadi 8,45% dan 8,1%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. 

Dua seri lain yaitu seri 5 tahun dan 10 tahun mengalami kenaikan yield 3 bps dan 2 bps sehingga menjadikan yield penutupan keduanya 7,76% dan 7,96%. Koreksi jam penutupan lebih besar dibandingkan dengan posisi awal ketika pasar dibuka, di mana rerata pergerakan yield masih sekitar 2,65 bps.

Pada penutupan hari ini, rerata pergerakan yield mencapai 4,12 bps. Pelemahan harga obligasi rupiah domestik disebabkan oleh penguatan dolar ketika dihimpit dua masalah mata uang negara berkembang.

Kedua faktor itu ditambah lagi membaiknya kondisi perekonomian AS yang dapat memicu agresivitas bank sentral dalam menaikkan Fed Fund Rate, suku bunga acuan Paman Sam. 

Krisis lira yang kembali memanas dan depresiasi peso Argentina yang mengkhawatirkan membuat pelaku pasar global mengamankan portofolio dengan mengalihkan dana ke instrumen investasi yang lumrah dianggap lebih aman, salah satu yang utama adalah dolar AS. 

Data pertumbuhan ekonomi AS yang positif semalam juga menjadi faktor sentimen lain di pasar keuangan dunia. Kondisi ini dikhawatirkan kembali menjadi landasan bagi the Fed, bank sentral AS, untuk merealisasikan kebijakan moneter yang agresif, yaitu menaikkan suku bunga acuan lebih sering dari prediksi awal yang hanya dua kali lagi hingga akhir tahun ini.

 Yield Obligasi Negara Acuan 30 Aug 2018

SeriBenchmarkYield 28 Aug 2018 (%) Yield 29 Aug 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun7.7337.7653.20
FR006410 tahun7.947.9672.70
FR006515 tahun8.0628.1064.40
FR007520 tahun8.3888.456.20
Sumber: Reuters 

Koreksi harga SBN hari ini juga tercermin dari harga wajar pasar harga wajarnya, yang tercemin oleh kenaikan/turunnya indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA). Indeks tersebut turun 0,5 poin (0,24%) menjadi 231,16 dari posisi kemarin 231,69. 

Turunnya harga SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi pemerintah dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun kembali melebar. 

Yield US Treasury 10 tahun mencapai % dan berselisih 508 bps dengan SBN tenor 10 tahun 7,96%. Spread tersebut melebar dibandingkan dengan posisi kemarin 505 bps. Spread yang melebar, membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek. 

Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya. 

Pelemahan di pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 46 poin (-0,76%) ke 6.018 pada penutupan pasar tadi sore.Koreksi itu terseret pelemahan nilai tukar rupiah di hadapan greenback, sebutan lain dolar AS. Koreksi terjadi 0,24% menjadi Rp 14.685 untuk setiap US$1 dibanding posisi kemarin.  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular