
Anjlok 3,3%, IHSG di Ambang Hari Terburuk Sejak 2016
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 August 2018 12:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 3,29% ke level 5.877,04 hingga akhir sesi 1. IHSG berpotensi berada di ambang hari terburuknya sejak 11 November 2016 silam. Kala itu, IHSG jatuh sebesar 4,01%.
Pelemahan IHSG senada dengan bursa saham kawasan Asia lainnya yang juga terjun ke zona merah. Namun tetap saja, performa IHSG menjadi yang terburuk: indeks Nikkei turun 1,9%, indeks Shanghai turun 1,73%, indeks Hang Seng turun 1,83%, indeks Strait Times turun 1,2%, indeks Kospi turun 1,92%, indeks SET (Thailand) 0,96%, dan indeks KLCI (Malaysia) turun 1,13%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 4,09 triliun dengan volume sebanyak 4,89 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 227.289 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi anjloknya IHSG diantaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-2,83%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-6,8%), PT Astra International Tbk/ASII (-3,72%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-3,14%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-6,58%).
Faktor internal dan eksternal menekan laju IHSG pada hari ini. Dari dalam negeri, Investor merespon negatif melebarnya defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) kuartal-II 2018 yang menembus level 3% dari PDB, yakni di level 3,04%. Padahal pada kuartal-I 2018, defisitnya hanya sebesar 2,21% dari PDB.
Capaian ini terbilang cukup bersejarah. Pasalnya, kali terakhir CAD menyentuh level 3% dari PDB adalah pada kuartal-III 2014 silam. Pada 3 bulan kedua tahun ini, nilai nominal dari CAD mencapai US$ 8,03 miliar, sementara pada kuartal-I nilainya hanya sebesar US$ 5,72 miliar.
Akibat melebarnya CAD, defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) melebar menjadi US$ 4,31 miliar, dari yang sebelumnya US$ 3,86 miliar.
Dari sisi eksternal, tekanan datang dari krisis ekonomi yang terjadi di Turki. Pada hari Jumat kemarin (10/8/2018), nilai tukar lira terdepresiasi hingga 16% di pasar spot melawan dolar AS. Kejatuhan lira terjadi pasca Presiden AS Donald Trump menyetujui pengenaan bea masuk bagi impor baja asal Turki sebesar 50%. Aluminium juga kena bea masuk 20%.
"Saya telah menyetujui penggandaan tarif bea masuk untuk baja dan aluminium kepada Turki, karena mata uang mereka melemah terhadap dolar AS kami yang begitu kuat! Hubungan kami dengan Turki tidak baik pada saat ini!" tegas Trump melalui cuitan di Twitter, akhir pekan lalu.
Kebijakan Trump ini merupakan balasan terhadap langkah Turki yang menahan seorang Pastur asal AS, Andrew Brunson. Pemerintah Turki menuding pastur asal AS ini sebagai salah satu pendukung upaya kudeta pada 2016. Brunson menolak tuduhan tersebut, tetapi nasibnya masih terkatung-katung.
Upaya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk meredakan tekanan terhadap lira dengan menyuruh masyarakatnya menukarkan dolar AS dan emas yang dimilikinya tak direspon positif oleh pelaku pasar.
Seiring dengan kedua sentimen tersebut (pelebaran CAD dan krisis ekonomi di Turki), rupiah melemah hingga 0,97% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.610.
Di seluruh pasar, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 500,7 miliar. Ketika rupiah melemah dengan nilai yang signifikan seperti saat ini, berinvestasi dalam aset-aset berbasis rupiah memang menjadi tak menarik, lantaran ada potensi kerugian kurs yang harus ditanggung.
5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 112,1 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 85,2 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 83 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 71,2 miliar), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (Rp 60 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Pelemahan IHSG senada dengan bursa saham kawasan Asia lainnya yang juga terjun ke zona merah. Namun tetap saja, performa IHSG menjadi yang terburuk: indeks Nikkei turun 1,9%, indeks Shanghai turun 1,73%, indeks Hang Seng turun 1,83%, indeks Strait Times turun 1,2%, indeks Kospi turun 1,92%, indeks SET (Thailand) 0,96%, dan indeks KLCI (Malaysia) turun 1,13%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 4,09 triliun dengan volume sebanyak 4,89 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 227.289 kali.
Faktor internal dan eksternal menekan laju IHSG pada hari ini. Dari dalam negeri, Investor merespon negatif melebarnya defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) kuartal-II 2018 yang menembus level 3% dari PDB, yakni di level 3,04%. Padahal pada kuartal-I 2018, defisitnya hanya sebesar 2,21% dari PDB.
Capaian ini terbilang cukup bersejarah. Pasalnya, kali terakhir CAD menyentuh level 3% dari PDB adalah pada kuartal-III 2014 silam. Pada 3 bulan kedua tahun ini, nilai nominal dari CAD mencapai US$ 8,03 miliar, sementara pada kuartal-I nilainya hanya sebesar US$ 5,72 miliar.
Akibat melebarnya CAD, defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) melebar menjadi US$ 4,31 miliar, dari yang sebelumnya US$ 3,86 miliar.
Dari sisi eksternal, tekanan datang dari krisis ekonomi yang terjadi di Turki. Pada hari Jumat kemarin (10/8/2018), nilai tukar lira terdepresiasi hingga 16% di pasar spot melawan dolar AS. Kejatuhan lira terjadi pasca Presiden AS Donald Trump menyetujui pengenaan bea masuk bagi impor baja asal Turki sebesar 50%. Aluminium juga kena bea masuk 20%.
"Saya telah menyetujui penggandaan tarif bea masuk untuk baja dan aluminium kepada Turki, karena mata uang mereka melemah terhadap dolar AS kami yang begitu kuat! Hubungan kami dengan Turki tidak baik pada saat ini!" tegas Trump melalui cuitan di Twitter, akhir pekan lalu.
Kebijakan Trump ini merupakan balasan terhadap langkah Turki yang menahan seorang Pastur asal AS, Andrew Brunson. Pemerintah Turki menuding pastur asal AS ini sebagai salah satu pendukung upaya kudeta pada 2016. Brunson menolak tuduhan tersebut, tetapi nasibnya masih terkatung-katung.
Upaya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk meredakan tekanan terhadap lira dengan menyuruh masyarakatnya menukarkan dolar AS dan emas yang dimilikinya tak direspon positif oleh pelaku pasar.
Seiring dengan kedua sentimen tersebut (pelebaran CAD dan krisis ekonomi di Turki), rupiah melemah hingga 0,97% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.610.
Di seluruh pasar, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 500,7 miliar. Ketika rupiah melemah dengan nilai yang signifikan seperti saat ini, berinvestasi dalam aset-aset berbasis rupiah memang menjadi tak menarik, lantaran ada potensi kerugian kurs yang harus ditanggung.
5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 112,1 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 85,2 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 83 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 71,2 miliar), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (Rp 60 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Most Popular