Turki Krisis, Ekonom: Rupiah Terus Terdepresiasi, Bank Aman
Gita Rossiana, CNBC Indonesia
13 August 2018 13:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis yang mendera Turki diprediksi akan berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah dalam seminggu ke depan. Namun industri perbankan diperkirakan akan tetap solid menanggapi tekanan tersebut.
Chief Economist PT. Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual menjelaskan, hal yang menyebabkan terjadinya krisis di Turki adalah karena fundamental ekonominya yang lemah. Hal ini juga direspons oleh pemerintah setempat dengan lambat.
"Menteri ekonominya juga merupakan menantu Erdogan, sehingga ada unsur nepotisme di pemerintahannya. Bank sentralnya juga diintervensi untuk tidak menaikkan bunga acuan," ucap dia kepada CNBC Indonesia, Senin (13/8/2018).
Bank-bank asing juga menutup line kredit ke Turki. Hal ini juga berpengaruh terhadap nilai tukar Euro dan mata uang lainnya. "Termasuk juga ke negara emerging market (pasar berkembang) termasuk Indonesia," papar dia.
Terhadap Indonesia, krisis Turki ini bisa menimbulkan dampak sementara terhadap nilai tukar rupiah dan IHSG. Adapun waktu terkena imbasnya bisa selama 1-2 minggu ke depan. "Namun nilai tukar rupiah tidak akan melebihi Rp 15.000/dolar AS," terang dia.
Sementara terhadap perbankan, David menilai tidak perlu dikhawatirkan. Pasalnya, permodalan perbankan kuat dan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) berada dalam tren menurun.
Lebih lanjut, Direktur Treasury and International Banking PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Darmawan Junaidi menilai, posisi yg dimiliki bank saat ini cenderung lebih jangka pendek sehingga eksposur terhadap nilai tukar berada dalam kondisi yang manageable.
"Kredit valas juga tidak terlalu besar porsinya, Mandiri saat ini memiliki kredit dalam valas sekitar 16-17% dari total kredit yg semuanya di-hedge terhadap risiko nilai tukar sesuai ketentuan yang berlaku," ucap dia.
(roy) Next Article Tenangkan Investor, Turki Siapkan Rencana Penyelamatan
Chief Economist PT. Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual menjelaskan, hal yang menyebabkan terjadinya krisis di Turki adalah karena fundamental ekonominya yang lemah. Hal ini juga direspons oleh pemerintah setempat dengan lambat.
Terhadap Indonesia, krisis Turki ini bisa menimbulkan dampak sementara terhadap nilai tukar rupiah dan IHSG. Adapun waktu terkena imbasnya bisa selama 1-2 minggu ke depan. "Namun nilai tukar rupiah tidak akan melebihi Rp 15.000/dolar AS," terang dia.
Sementara terhadap perbankan, David menilai tidak perlu dikhawatirkan. Pasalnya, permodalan perbankan kuat dan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) berada dalam tren menurun.
Lebih lanjut, Direktur Treasury and International Banking PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Darmawan Junaidi menilai, posisi yg dimiliki bank saat ini cenderung lebih jangka pendek sehingga eksposur terhadap nilai tukar berada dalam kondisi yang manageable.
"Kredit valas juga tidak terlalu besar porsinya, Mandiri saat ini memiliki kredit dalam valas sekitar 16-17% dari total kredit yg semuanya di-hedge terhadap risiko nilai tukar sesuai ketentuan yang berlaku," ucap dia.
(roy) Next Article Tenangkan Investor, Turki Siapkan Rencana Penyelamatan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular