Peringkat Utang Negara Turki: 'Junk'

Irvin Avriano A, CNBC Indonesia
18 August 2018 17:01
Peringkat di bawah layak investasi juga berarti spekulatif dan kualitasnya jelek (junk).
Foto: REUTERS/Umit Bektas
Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat Moody's Investors Service menurunkan peringkat utang negara Turki menjadi Ba3 dari sebelumnya Ba2, yang menunjukkan institusi publik Turki yang melemah dan terkait dengan kemungkinan pembuatan kebijakan lebih lanjut oleh pemerintahnya.

Pada saat bersamaan, prospek (outlook) untuk peringkat utang tersebut ditetapkan pada negatif, yang berarti peringkat Ba3 dapat turun lagi dalam rentang enam bulan ke depan.

Peringkat Ba3 merupakan tiga level di bawah peringkat layak investasi (investment grade) yaitu Baa3 (atau dalam metode pemeringkatan Fitch Ratings dan Standard&Poor's setara BBB-). Peringkat di bawah layak investasi juga berarti spekulatif dan kualitasnya jelek (junk).

Penurunan peringkat dilakukan Moody's di tengah krisis mata uang yang mengapus 40% nilai lira terhadap dolar AS tahun ini.

Hampir bersamaan, lembaga pemeringkat lain yaitu Standard & Poor's (S&P) memangkas peringkat Turki menjadi lebih dalam dibandingkan yang dilakukan Moody's yaitu menjadi B+ dari BB-. B+ merupakan peringkat satu level di bawah BB-. BB- setara dengan Ba3.

Outlook peringkat ditetapkan stabil, yang berarti belum dapat naik atau turun dalam waktu dekat.

S&P turut memprediksi ada resesi tahun depan di negara tersebut, karena negara yang secara geografi menjadi penengah Eropa dan Asia tersebut sedang berjibaku dengan krisis ekonominya.

"Penurunan mencerminkan ekspektasi kami bahwa volatilitas ekstrim dari lira Turki akan menghasilkan neraca pembayaran akan semakin curam ditambah dengan kondisi ekonomi yang belum membaik. Kami memrpediksi akan terjadi resesi tahun depan," ujar S&P seperti dikutip Reuters.

Inflasi negara itu diprediksi akan memuncak menjadi 22% dalam empat bulan ke depan dan pelemahan lira akan menekan sektor korporasi dan meningkatkan risiko pada pendanaan dari perbankan.

"Meskipun risiko ekonomi meningkat, kami meyakini respon kebijakan moneter Turki dan kebijakan fiskal masih terbatas."

Krisis mata uang negara itu telah ditunjukkan dari alarm investor terhadap kuasa presiden Tayyip Erdogan terhadap kebijakan moneter dan merenggangnya Turkji dan Amerika Serikat.



(dru) Next Article Ikuti China, Erdogan Suarakan Turki 'Buang Dolar'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular