
Rupiah Jeblok, Darmin: Tak Selalu Menaikkan Bunga Jadi Kunci
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
14 August 2018 16:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami pelemahan. Hingga hari ini, rupiah masih tertekan di atas Rp 14.600/US$.
Nilai tukar rupiah yang tertekan membuat para investor menunggu keputusan dari Bank Indonesia (BI) apakah akan menaikkan atau menahan suku bunga acuan 7-day reverse repo rate yang rencananya akan di umumkan besok.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, rupiah yang tertekan saat ini penyelesaiannya tidak harus selalu dengan kenaikan suku bunga.
Oleh karenanya, untuk menjaga agar investor tidak membawa kabur uangnya dari Indonesia bukan dengan menaikan atau tetap menahan suku bunga. Apalagi rupiah yang anjlok kali ini lebih disebabkan oleh faktor global.
"Gini, itu penyebab dari keluarnya uang itu tidak selalu penyebabnya urusan bunga sehingga kebijakannyya juga tidak harus menaikkan suku bunga," ungkap Darmin kepada CNBC Indonesia di Kantornya, Jakarta, Selasa (14/8/2018).
Mantan Dirjen Pajak ini menjelaskan, kondisi global yang menyebabkan nilai tukar tertekan adalah seperti perang dagang AS dengan negara mitra dagang utama hingga krisis Turki yang memang membuat semua negara emerging market tertekan mata uangnya termasuk Indonesia.
Menurutnya, setidaknya ada dua hal yang menyebabkan nilai tukar rupiah melemah jauh.
"Jadi sekarang ini kan itu campuran dari beberapa hal, satu karena ekonomi Turki sedang mengalami tekanan berat sehingga banyak investor yang was-was, jangan-jangan ini bisa menular kena ke yang lain, ya jadi pertimbangannya lain. Jadi bukan tingkat bunga," kata dia.
Kemudian yang kedua adalah masalah defisit transaksi berjalan (CAD). Diketahui, Bank Indonesia (BI) mencatat pada kuartal II-2018 Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) secara keseluruhan mengalami defisit sebesar US$ 4,3 miliar. Ini disebabkan oleh CAD yang tercatat US$ 8 miliar atau 3% terhadap PDB.
"Tentu ada lagi soal CAD, sehingga pemerintah melakukan kebijakan tergantung penyebab persoalan itu apa," tegasnya.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Nilai tukar rupiah yang tertekan membuat para investor menunggu keputusan dari Bank Indonesia (BI) apakah akan menaikkan atau menahan suku bunga acuan 7-day reverse repo rate yang rencananya akan di umumkan besok.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, rupiah yang tertekan saat ini penyelesaiannya tidak harus selalu dengan kenaikan suku bunga.
"Gini, itu penyebab dari keluarnya uang itu tidak selalu penyebabnya urusan bunga sehingga kebijakannyya juga tidak harus menaikkan suku bunga," ungkap Darmin kepada CNBC Indonesia di Kantornya, Jakarta, Selasa (14/8/2018).
Mantan Dirjen Pajak ini menjelaskan, kondisi global yang menyebabkan nilai tukar tertekan adalah seperti perang dagang AS dengan negara mitra dagang utama hingga krisis Turki yang memang membuat semua negara emerging market tertekan mata uangnya termasuk Indonesia.
Menurutnya, setidaknya ada dua hal yang menyebabkan nilai tukar rupiah melemah jauh.
"Jadi sekarang ini kan itu campuran dari beberapa hal, satu karena ekonomi Turki sedang mengalami tekanan berat sehingga banyak investor yang was-was, jangan-jangan ini bisa menular kena ke yang lain, ya jadi pertimbangannya lain. Jadi bukan tingkat bunga," kata dia.
Kemudian yang kedua adalah masalah defisit transaksi berjalan (CAD). Diketahui, Bank Indonesia (BI) mencatat pada kuartal II-2018 Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) secara keseluruhan mengalami defisit sebesar US$ 4,3 miliar. Ini disebabkan oleh CAD yang tercatat US$ 8 miliar atau 3% terhadap PDB.
"Tentu ada lagi soal CAD, sehingga pemerintah melakukan kebijakan tergantung penyebab persoalan itu apa," tegasnya.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular