
Internasional
Sepanjang 2018, Peso Argentina Sudah Anjlok 108% Lawan Dolar
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
31 August 2018 15:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Argentina bergulat dengan krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pemerintah pun mengambil langkah dramatis untuk mengembalikan kepercayaan terhadap peso, mata uangnya, yang terus anjlok.
Dalam upaya mengerek nilai tukar peso, Central Bank of Argentina bertindak dengan menaikkan suku bunga untuk kelima kalinya sejak April pada hari Kamis (30/8/2018).
Namun, suku bunga acuan tertinggi di dunia itu tidak cukup mampu mengurangi sentimen negatif di negara dengan perekonomian tertinggi ketiga di Amerika Latin tersebut.
Bank secara tajam menaikkan suku bunga menjadi 60% dari 45% dalam rapat yang tidak direncanakan di sesi sebelumnya. Tindakan tersebut dilakukan untuk "merespons situasi nilai tukar valuta asing dan risiko inflasi yang lebih besar", dilansir dari CNBC International.
Nilai tukar peso anjlok lebih dari 13% pada hari Kamis, menyusul penurunan 7% di hari sebelumnya. Artinya jika dihitung dari awal tahun ini, mata uang itu sudah melemah lebih dari 108% terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Permintaan IMF
Kebingungan yang belakangan terjadi karena kenaikan suku bunga di negara Amerika Selatan itu membuat peso melemah seketika setelah kekeringan menghambat ekspor pertanian di awal tahun. Meroketnya harga energi dan penguatan greenback atau dolar juga memperparah situasi tersebut karena para investor mulai menarik uang mereka dari pasar-pasar berkembang.
Investor semakin khawatir Buenos Aires akan segera memasuki fase default karena negara itu susah payah membayar utang pemerintah yang besar. Hal ini terjadi setelah pemerintah Argentina tanpa diduga meminta pencairan pinjaman senilai US$50 miliar (Rp 739,7 triliun) yang lebih awal dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) pada hari Rabu (29/8/2018).
IMF mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Rabu bahwa pihaknya akan mencoba "merevisi rencana ekonomi pemerintah dengan fokus pemisahan yang lebih baik terhadap Argentina dari gejolak terkini di pasar keuangan global".
Institusi berbasis Washington D.C. itu menambahkan bahwa rencananya termasuk "kebijakan moneter dan fiskal yang lebih kuat, serta upaya mendalam guna menopang kalangan paling rentan di masyarakat".
Kecemasan Argentina
Sejumlah pasar di negara berkembang, termasuk Argentina, Turki dan Brasil, merasakan dampak dari pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS Federal Reserve/The Fed yang mendorong nilai tukar dolar.
Dalam pidato yang ditayangkan di televisi pada hari Rabu, Presiden Argentina Mauricio Macri berkata, "Saya tahu bahwa situasi-situasi penuh gejolak ini menyebabkan kecemasan di antara Anda sekalian [...] Saya memahami ini, dan saya ingin Anda tahu bahwa saya mengambil semua keputusan yang diperlukan untuk melindungi Anda".
Banyak masyarakat Argentina menyalahkan IMF karena mendorong kebijakan fiskal yang memperparah krisis ekonomi negara itu di tahun 2001. Ketika itu, masyarakat kelas menengah jatuh ke zona kemiskinan saat negaranya berusaha bangkit kembali.
(roy) Next Article Argentina Umumkan Langkah Baru Penyelamatan Peso
Dalam upaya mengerek nilai tukar peso, Central Bank of Argentina bertindak dengan menaikkan suku bunga untuk kelima kalinya sejak April pada hari Kamis (30/8/2018).
Namun, suku bunga acuan tertinggi di dunia itu tidak cukup mampu mengurangi sentimen negatif di negara dengan perekonomian tertinggi ketiga di Amerika Latin tersebut.
Nilai tukar peso anjlok lebih dari 13% pada hari Kamis, menyusul penurunan 7% di hari sebelumnya. Artinya jika dihitung dari awal tahun ini, mata uang itu sudah melemah lebih dari 108% terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Kebingungan yang belakangan terjadi karena kenaikan suku bunga di negara Amerika Selatan itu membuat peso melemah seketika setelah kekeringan menghambat ekspor pertanian di awal tahun. Meroketnya harga energi dan penguatan greenback atau dolar juga memperparah situasi tersebut karena para investor mulai menarik uang mereka dari pasar-pasar berkembang.
Investor semakin khawatir Buenos Aires akan segera memasuki fase default karena negara itu susah payah membayar utang pemerintah yang besar. Hal ini terjadi setelah pemerintah Argentina tanpa diduga meminta pencairan pinjaman senilai US$50 miliar (Rp 739,7 triliun) yang lebih awal dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) pada hari Rabu (29/8/2018).
IMF mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Rabu bahwa pihaknya akan mencoba "merevisi rencana ekonomi pemerintah dengan fokus pemisahan yang lebih baik terhadap Argentina dari gejolak terkini di pasar keuangan global".
Institusi berbasis Washington D.C. itu menambahkan bahwa rencananya termasuk "kebijakan moneter dan fiskal yang lebih kuat, serta upaya mendalam guna menopang kalangan paling rentan di masyarakat".
Kecemasan Argentina
![]() |
Sejumlah pasar di negara berkembang, termasuk Argentina, Turki dan Brasil, merasakan dampak dari pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS Federal Reserve/The Fed yang mendorong nilai tukar dolar.
Dalam pidato yang ditayangkan di televisi pada hari Rabu, Presiden Argentina Mauricio Macri berkata, "Saya tahu bahwa situasi-situasi penuh gejolak ini menyebabkan kecemasan di antara Anda sekalian [...] Saya memahami ini, dan saya ingin Anda tahu bahwa saya mengambil semua keputusan yang diperlukan untuk melindungi Anda".
Banyak masyarakat Argentina menyalahkan IMF karena mendorong kebijakan fiskal yang memperparah krisis ekonomi negara itu di tahun 2001. Ketika itu, masyarakat kelas menengah jatuh ke zona kemiskinan saat negaranya berusaha bangkit kembali.
![]() |
(roy) Next Article Argentina Umumkan Langkah Baru Penyelamatan Peso
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular