
Internasional
Peso Argentina Menguat 11% Tetapi Risiko Meningkat, Ada Apa?
Roy Franedya, CNBC Indonesia
10 October 2018 09:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Reli penguatan mata uang peso Argentina yang sudah berlangsung selama seminggu kembali berlanjut. Pada Selasa (10/10/2018) investor kembali memborong utang berdenominasi peso yang diterbitkan oleh bank sentral.
Meski dikritik karena utang bank sentral yang semakin meningkat, bank sentral Argentina terus menawarkan surat utang jangka pendek bertenor di bawah satu tahun (short term note) bernama "Leliqs" dengan suku bunga sekitar 70 persen pada awal bulan.
Instrumen surat utang ini untuk mendorong bank-bank Argentina berinvestasi dalam aset berdominasi peso ketimbang parkir dana dalam bentuk dolar AS. Dolar yang kuat telah memicu inflasi yang melambung di ekonomi terbesar ketiga di Amerika Latin itu.
Mata uang peso ditutup menguat 1,24% pada 37,14 peso terhadap greenback pada hari Selasa. Sepanjang Oktober ini nilai peso sudah menguat 11,2%. Tapi jika diukur sejak awal tahun nilainya masih turun 50%, analis juga meramalkan devaluasi peso akan berlanjut ke depannya.
Ekonom prihatin atas tingginya suku bunga yang ditawarkan surat utang itu dan melihat penerbitan Leliqs baru sebagai manuver berisiko yang dapat menjadi bumerang dan melumpuhkan bank sentral karena terlalu banyak utang.
Setiap penjualan Leliqs baru, kewajiban bank sentral tumbuh, tetapi strategi tersebut dapat terbukti berhasil jika depresiasi peso yang diharapkan selama setahun ke depan meningkatkan nilai cadangan devisa dolar bank.
Guido Lorenzo, ekonom konsultan lokal ACM, mengatakan kondisi ini akan menjadi risiko jika utang Leliqs tumbuh lebih cepat daripada peso terdepresiasi. "Jika ini terjadi, bank sentral akan berakhir dengan beberapa kewajiban utang yang sangat tinggi," kata Lorenzo, seperti dilansir Reuters.
Pada Selasa, bank sentral Argentina menjual 60,1 miliar peso (1,6 miliar dolar AS) Leliqs dengan tingkat bunga tahunan rata-rata 72,6 persen, turun dari rata-rata 73,524 persen dalam lelang Senin.
Aksi jual peso dimulai pada bulan Mei, ketika investor asing khawatir dengan kemampuan Argentina untuk membayar utangnya dan melepas surat utang jangka pendek yang sebelumnya diterbitkan bank sentral yang bernama "Lebacs".
Leliqs hanya ditawarkan kepada lembaga keuangan lokal, yang memenuhi persyaratan Giro Wajib Minimum (GWM) yang akan menghalangi mereka untuk keluar dari surat utang jangka pendek ini dalam jangka waktu tertentu.
Argentina menegosiasikan kembali kesepakatan pembiayaan siaga dengan IMF bulan lalu untuk memasukkan target fiskal yang lebih ketat, seperti menghilangkan defisit fiskal utama negara tahun depan.
Menghapus defisit, yang diproyeksikan sebesar 2,6 persen dari produk domestik bruto pada tahun 2018, apalagi ada pemilihan umum 2019 di mana Presiden Mauricio Macri diperkirakan akan mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua.
"Ini akan sulit karena dua item utama yang bergantung pada pendanaan IMF untuk menutupi kekurangan anggaran adalah menghilangkan subsidi dan memangkas belanja infrastruktur. Ini obat yang sulit, "kata Daniel Kastholm, managing director untuk keuangan perusahaan Amerika Latin di Fitch Ratings.
(roy/roy) Next Article Mata Uang Anjlok Parah, Bunga Acuan Argentina Naik Jadi 45%
Meski dikritik karena utang bank sentral yang semakin meningkat, bank sentral Argentina terus menawarkan surat utang jangka pendek bertenor di bawah satu tahun (short term note) bernama "Leliqs" dengan suku bunga sekitar 70 persen pada awal bulan.
Instrumen surat utang ini untuk mendorong bank-bank Argentina berinvestasi dalam aset berdominasi peso ketimbang parkir dana dalam bentuk dolar AS. Dolar yang kuat telah memicu inflasi yang melambung di ekonomi terbesar ketiga di Amerika Latin itu.
Setiap penjualan Leliqs baru, kewajiban bank sentral tumbuh, tetapi strategi tersebut dapat terbukti berhasil jika depresiasi peso yang diharapkan selama setahun ke depan meningkatkan nilai cadangan devisa dolar bank.
Guido Lorenzo, ekonom konsultan lokal ACM, mengatakan kondisi ini akan menjadi risiko jika utang Leliqs tumbuh lebih cepat daripada peso terdepresiasi. "Jika ini terjadi, bank sentral akan berakhir dengan beberapa kewajiban utang yang sangat tinggi," kata Lorenzo, seperti dilansir Reuters.
Pada Selasa, bank sentral Argentina menjual 60,1 miliar peso (1,6 miliar dolar AS) Leliqs dengan tingkat bunga tahunan rata-rata 72,6 persen, turun dari rata-rata 73,524 persen dalam lelang Senin.
Aksi jual peso dimulai pada bulan Mei, ketika investor asing khawatir dengan kemampuan Argentina untuk membayar utangnya dan melepas surat utang jangka pendek yang sebelumnya diterbitkan bank sentral yang bernama "Lebacs".
Leliqs hanya ditawarkan kepada lembaga keuangan lokal, yang memenuhi persyaratan Giro Wajib Minimum (GWM) yang akan menghalangi mereka untuk keluar dari surat utang jangka pendek ini dalam jangka waktu tertentu.
Argentina menegosiasikan kembali kesepakatan pembiayaan siaga dengan IMF bulan lalu untuk memasukkan target fiskal yang lebih ketat, seperti menghilangkan defisit fiskal utama negara tahun depan.
Menghapus defisit, yang diproyeksikan sebesar 2,6 persen dari produk domestik bruto pada tahun 2018, apalagi ada pemilihan umum 2019 di mana Presiden Mauricio Macri diperkirakan akan mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua.
"Ini akan sulit karena dua item utama yang bergantung pada pendanaan IMF untuk menutupi kekurangan anggaran adalah menghilangkan subsidi dan memangkas belanja infrastruktur. Ini obat yang sulit, "kata Daniel Kastholm, managing director untuk keuangan perusahaan Amerika Latin di Fitch Ratings.
(roy/roy) Next Article Mata Uang Anjlok Parah, Bunga Acuan Argentina Naik Jadi 45%
Most Popular