Internasional

Perang Dagang AS-China Bisa Picu Krisis Ekonomi Global

Roy Franedya, CNBC Indonesia
31 August 2018 16:48
Meski menguntungkan perusahaan logistik, perang dagang bisa memicu krisis.
Foto: Edward Ricardo
Jakarta, CNBC Indonesia - Peningkatan Tensi perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China dapat menyebabkan "krisis ekonomi global,". Hal ini merupakan pernyataan dari George Yeo, mantan menteri luar negeri dan perdagangan Singapura, Jumat (31/8/2018), CNBC International melaporkan.

George Yeo, saat ini merupakan ketua Kerry Logistics Network yang berbasis di Hong Kong, mengatakan dalam jangkan pendek perusahaannya benar-benar diuntungkan dari konflik tarif antara dua negara terbesar di dunia. Maklum, kedua negara berusaha mengalihkan ekspor ke negara lain yang memberikan keuntungan bagi perusahaan logistik.

"Tapi ini hanya sementara," katanya kepada CNBC. "Ini tidak baik bagi kami dalam waktu dekat jika mengarah ke krisis ekonomi global, yang mungkin terjadi," kata Yeo.

"Maksud saya, kita masuk saja mendengar Trump ingin meninggalkan WTO jika tidak berubah, dan tak menguntungkan AS. Jadi semua ini menyebabkan banyak kecemasan."

Presiden AS Donald Trump, dalam wawancara dengan Bloomberg, Kamis, mengancam akan menarik AS dari WTO, serangan verbal terakhirnya pada sistem perdagangan global.

"Jika mereka tidak berubah, saya akan mundur dari WTO," kata Trump dalam wawancara, mengkritik perlakuan badan yang berbasis di Jenewa ini terhadap AS.

Bloomberg juga melaporkan bahwa Trump mengatakan kepada para pembantunya mendukung dilanjutkan pengenaan tarif yang diusulkan sebesar US$ 200 miliar pada barang-barang China. Gedung Putih menolak mengomentari laporan itu.

Perang Dagang AS-China Bisa Picu Krisis Ekonomi GlobalFoto: Perang dagang AS-China memukul penjualan Harley Davidson (REUTERS / Thomas Peter)

George Yeo menambahkan, belum melihat krisis ekonomi dan menyebutnya sebagai "kemungkinan". Saat ini para pelaku bisnis semakin gelisah dengan ekonomi global, mengacu suku bunga Argentina yang naik tinggi tetapi gagal menstabilkan nilai tukar peso.

"Hal ini dapat menyebar dengan sangat cepat," katanya. Dia juga mengatakan ketidakpastian perang perdagangan AS-Cina memaksa pebisnis membuat pilihan, seperti di mana untuk menempatkan pabrik baru.

"Apakah Anda menaruhnya di China atau apakah Anda menaruhnya di Asia Tenggara," katanya, seraya menambahkan bahwa pertimbangan semacam itu berlaku untuk perusahaan multinasional China dan non-China.



(roy/roy) Next Article Awas Babak Baru Perang Dagang AS-China Gegara Tomat & Kapas

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular