
Batasi Impor E-Commerce, Bos Bhinneka: Jangan Hanya Online
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
14 August 2018 19:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah berencana membatasi impor atas 500 jenis barang. Salah satunya adalah pembatasan impor barang konsumsi yang dinilai tinggi melalui e-commerce.
Menanggapi hal itu, Pendiri sekaligus CEO Bhinneka.com, Hendrik Tio, menilai pasti akan ada pengaruh atas kegiatan jual beli e-commerce. Namun dia belum bisa memastikan karena belum ada hal konkret apa yang akan dilakukan pemerintah.
Maka dari itu, dia berharap pemerintah konsisten untuk bagaimana menerapkan pengendalian impor bukan hanya atas perdagangan online.
"Kalau hanya dilihat yang online, terus offline bebas masuk, kan nantinya tetap dijual di online balik," kata Hendrik kepada CNBC Indonesia, Selasa (14/8/2018).
Dia pun menilai, impor barang melalui transaksi belanja online pun saat ini masih dalam kondisi wajar. Malah dia tak menutup kemungkinan, impor barang konsumsi tetap didominasi oleh perdagangan offline.
"Sebenarnya juga selama ini [perdagangan] offline juga banyak beredar barang-barang impor. Jadi bukan semata-mata karena e-commerce sih," ujar Hendrik.
Jadi, dia meminta kalau pemerintah ingin fokus pada pengendalian impor perdagangan barang konsumsi, bisa imbang atas offline dan online.
Hendrik pun mengingatkan, misal pemerintah melakukan pembatasan atas impor, itu pasti berpengaruh pada banyak pihak. "Termasuk reseller-reseller yang ada," lanjutnya.
Dalam perdagangan di e-commerce, Hendrik mengakui memang jumlah barang yang impor ada pada berbagai jenis barang. Misal, barang seperti case alat elektronik yang mayoritas dari China.
(roy) Next Article Rupiah Bergejolak, JK: Kebijakan Devisa RI Terlalu Bebas
Menanggapi hal itu, Pendiri sekaligus CEO Bhinneka.com, Hendrik Tio, menilai pasti akan ada pengaruh atas kegiatan jual beli e-commerce. Namun dia belum bisa memastikan karena belum ada hal konkret apa yang akan dilakukan pemerintah.
Dia pun menilai, impor barang melalui transaksi belanja online pun saat ini masih dalam kondisi wajar. Malah dia tak menutup kemungkinan, impor barang konsumsi tetap didominasi oleh perdagangan offline.
"Sebenarnya juga selama ini [perdagangan] offline juga banyak beredar barang-barang impor. Jadi bukan semata-mata karena e-commerce sih," ujar Hendrik.
Jadi, dia meminta kalau pemerintah ingin fokus pada pengendalian impor perdagangan barang konsumsi, bisa imbang atas offline dan online.
Hendrik pun mengingatkan, misal pemerintah melakukan pembatasan atas impor, itu pasti berpengaruh pada banyak pihak. "Termasuk reseller-reseller yang ada," lanjutnya.
Dalam perdagangan di e-commerce, Hendrik mengakui memang jumlah barang yang impor ada pada berbagai jenis barang. Misal, barang seperti case alat elektronik yang mayoritas dari China.
(roy) Next Article Rupiah Bergejolak, JK: Kebijakan Devisa RI Terlalu Bebas
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular