Newsletter

Info Orang Dalam: Perang Dunia III Dimulai Rabu!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 February 2022 06:00
Latihan Militer Rusia - Belarus
Foto: Helikopter militer menembak di atas tempat pelatihan Gozhsky selama latihan militer Union Courage-2022 Rusia-Belarus di Belarus. (Vadzim Yakubionak, BelTA via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia bergerak menguat pada perdagangan pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah berhasil finish di jalur hijau.

Pada perdagangan akhir pekan lalu, IHSG ditutup di 6.816,61. Melemah tipis 0,12%.

Sepertinya investor tergiur untuk mencairkan keuntungan. Maklum, IHSG sempat menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah bursa saham Tanah Air.

Meski demikian, IHSG berhasil mencatatkan penguatan 1,25% point-to-point pada minggu lalu. IHSG bergerak searah dengan bursa utama Asia lainnya yang menguat, di mana indeks Nikkei 225 (Jepang) naik 1,67%, Shanghai Composite bertambah 0,97%, SETI (Thailand) terangkat 2,39%, Straits Times (Singapura) melesat 2,84%, dan Hang Seng (Hong Kong) terdongkrak 1,15%.

Arus modal asing mengalir deras ke Bursa Efek Indonesia (BEI). Pekan lalu, investor asing membukukan beli bersih Rp 7,65 triilun.

Perdagangan pun berlangsung semarak dengan total volume transaksi saham yang diperdagangkan adalah 131,36 miliar unit, frekuensi 7,83 juta kali, dan nilai Rp 67,99 triliun. Jauh meningkat dibandingkan pekan sebelumnya di mana volume transaksi melibatkan 89,26 miliar unit saham yang diperdagangkan 5,48 juta kali dengan nilai Rp 48,78 triliun.

Derasnya arus modal asing ini menjadi salah satu faktor yang menopang apresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sepanjang pekan lalu, mata uang Ibu Pertiwi menguat 0,19% di hadapan greenback.

Halaman Selanjutnya --> Inflasi Tinggi dan Ancaman Perang Dunia III Hantam Wall Street

Beralih ke bursa saham AS, indeks utama di Wall Street malah anjlok. Secara mingguan, S&P500 berkurang 1,8% dan Nasdaq Composite terpangkas 2,2%.

Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan kejatuhan Wall Street pekan lalu. Satu, pengumuman data inflasi AS periode Januari 2022 benar-benar berdampak luar biasa.

US Bureau of Labor Statistics melaporkan inflasi Negeri Paman Sam bulan lalu mencapai 7,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Ini adalah rekor tertinggi sejak Februari 1982 atau hampir 40 tahun.

Inflasi secepat itu membuat pasar yakin bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. Mengutip CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin (bps) dalam rapat The Fed 16 Maret 2022 adalah 49,2%. Hampir sama dengan kemungkinan kenaikan 25 bps yakni 50,8%. Sudah tidak ada probabilitas Federal Funds Rate bertahan di 0-0,25%.

fedSumber: CME FedWatch

Pada akhir 2022, pelaku pasar memperkirakan suku bunga acuan AS berada di level 1,75-2% dengan kemungkinan 29,3%. Artinya, suku bunga acuan bisa jadi bakal dinaikkan 175 bps.

Kenaikan suku bunga acuan akan ikut mengerek imbal hasil (yield) obligasi. Kenaikan yield akan menarik aliran modal dari pasar-pasar lainnya, termasuk pasar yang berisiko seperti saham.

Selain itu, kenaikan suku bunga acuan akan ikut menaikkan suku bunga di tingkat perbankan, termasuk kredit. Dengan begitu, biaya ekspansi emiten akan naik dan ini akan menggerus laba.

"Jadi, inflasi adalah kryptonite bagi valuasi emiten. Dampak inflasi tinggi akan meluas ke mana-mana, dan ini yang sedang kita rasakan sekarang," ujar Terry Sandven, Chief Equity Strategist di US Bank Wealth Management yang berbasis di Minneapolis (AS), seperti dikutip dari Reuters.

Kedua, perkembangan geopolitik di Eropa membuat pasar (dan seluruh dunia) ketar-ketir. Ketegangan di perbatasan Ukraina, di mana Rusia sudah menyiagakan armada tempur, membuat negara-negara Barat cemas Negeri Beruang Merah akan menginvasi negara asal pesepakbola Andriy Shevchenko tersebut.

"Jika Ukraina benar-benar diserang, maka situasi menjadi semakin tidak pasti," tegas Jay Hatfield, Chief Investment Officer di Infrastructure Capital Management yang berkedudukan di New York, seperti diberitakan Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen yang berpotensi menggerakkan pasar. Pertama tentu perkembangan friksi di Ukraina.

Sebagai informasi, Rusia dan Belarusia tengah menggelar latihan perang intensif. Ini dilakukan setelah AS menambah jumlah pasukan di Eropa Timur.

"Invasi Rusia ke Ukraina bisa dimulai kapan saja. Kami tidak bisa memperkirakan waktunya, tetapi kami sudah sampaikan beberapa kali bahwa kemungkinan itu ada," kata Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Gedung Putih, seperti diwartakan Reuters.

Mengutip Reuters, laporan intelijen AS menyebut bahwa invasi Rusia ke Ukraina mungkin akan terjadi Selasa (15/2/2022) atau Rabu (16/2/2022). Tapi ada juga kemungkinan akhir Maret mendatang.

"Kami terus memantau dan membagikan kepada dunia bagaimana situasi di sana. Kami akan berupaya mencegah operasi serangan palsu yang mungkin menjadi awalan dari serangan sungguhan," tegas Sullivan.

Oleksii Reznikov, Menteri Pertahanan Ukraina, mengungkapkan negaranya telah menerima bantuan amunisi seberat 1.500 ton dari pasukan Aliansi yang dipimpin AS. Sementara Ben Wallace, Menteri Pertahanan Inggris, mengingatkan bahwa jangan terlalu berharap kepada upaya diplomasi. 

Jika sampai terjadi (amit-amit jabang bayi), maka perang pasti akan menimbulkan konsekuensi kemanusiaan yang sangat dahsyat. Seorang pejabat di lingkaran dalam pemerintah Amerika Serikat (AS) membisikkan kepada NBC News bahwa serangan Rusia ke Ukraina akan menyebabkan korban luka bahkan nyawa bisa mencapai 50.000 orang.

Plus, sekitar 5 juta orang diperkirakan terpaksa mengungsi jika perang terjadi. Pihak militer Ukraina yang bisa mengalami luka atau kehilangan nyawa diperkirakan 5.000-25.000 orang.

Tidak hanya itu, sentimen perang juga berdampak ke ekonomi, termasuk pasar keuangan. Di pasar komoditas, harga minyak dunia 'terbang' karena kekhawatiran perang akan menyebabkan gangguan produksi dan distribusi.

Maklum, perang ini akan melibat Rusia, salah satu produsen dan eksportir minyak terbesar dunia. So, tidak heran harga si emas hitam menyentuh titik tertinggi sejak 2014.

Masih di pasar komoditas, harga yang juga mengalami kenaikan adalah emas. Dalam sepekan terakhir, harga emas dunia di pasar spot melesat lebih dari 3%.

Emas adalah aset aman (safe haven) yang sebenarnya. Seaman-amannya mata uang dolar AS, yen Jepang, atau franc Swiss, tetap saja yang paling aman adalah emas. Saat situasi tidak menentu, salah satunya ketika terjadi perang, emas adalah pegangan hidup.

"Emas adalah untuk perang. Saat perang, nilai uang Anda akan terdiskon dan tidak ada harganya jika negara Anda sampai kalah. Kalau itu sampai terjadi, Anda akan membayar dengan emas, bukan uang," tulis Clem Chambers, Kontributor Senior Forbes, dalam kolomnya.

Jadi, jangan harap investor mau masuk ke pasar keuangan negara-negara berkembang yang penuh risiko karena saat perang, semuanya SDM (Selamatkan Diri Masing-masing). Oleh karena itu, isu perang akan menjadi sentimen negatif buat IHSG dan rupiah.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)

Sentimen kedua, kali ini dari dalam negeri, adalah perkembangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Ada kecenderungan pandemi yang sempat terkendali kini menggila lagi.

Kementerian Kesehatan melaporkan pasien positif corona pada 13 Februari bertambah 44.526 orang. Dalam seminggu terakhir, rata-rata kasus positif harian adalah 41.614 orang per hari. Melonjak 79,86% dari rerata pekan sebelumnya.

Penyebab kenaikan kasus positif adalah virus corona varian omicron yang lebih mudah menular dari varian-varian sebelumnya. Kali pertama terdeteksi di Afrika Selatan, varian ini sudah menyebar ke lebih dari 100 negara, tidak terkecuali Indonesia.

Dinamika ini membuat pemerintah kembali memperketat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Di DKI Jakarta dan wilayah aglomerasi di sekitarnya, PPKM dinaikkan ke Level 3.

Jika kasus positif terus bertambah dan membuat beban sistem layanan kesehatan nasional kian berat, maka bukan tidak mungkin PPKM akan makin diketatkan. Kalau ini terjadi, maka prospek ekonomi Indonesia menjadi samar-samar. Sulit berharap ekonomi bisa tumbuh 5% kalau PPKM masih ketat dan terus ketat.

Namun, bukan berarti tidak ada harapan. Siklus serangan virus corona sepertinya akan memuncak pada bulan ini dan setelah itu mereda.

Tirta Citradi, Ekonom MNC Sekuritas, memaparkan dengan asumsi maksimal populasi Indonesia yang bisa terjangkit Covid-19 (carrying capacity) 2-2,5% dari populasi dan laju penularan Omicron adalah 1,2-1,5 kali varian Delta, maka akan butuh waktu 56-60 hari untuk satu siklus atau fase gelombang selesai. Artinya jika kasus naik signifikan mulai 2 Januari 2022, maka gelombang serangan Omicron akan berakhir pada 3 Maret 2022.

Sementara menurut model yang dibangun Bahana Sekuritas, puncak kasus positif akibat varian Omicron akan terjadi pada pekan ketiga Februari. Kemungkinan bisa mencapai 81.088-86.452 orang dalam sehari.

"Seiring dengan terbentuknya kekebalan kolektif (herd immunity), kasus harian nasional akan mulai turun secara drastis setelah 21-23 Februari. Di Jakarta, kasus harian akan mencapai puncak pada pekan depan," tulis riset Bahana.

Perry Warjiyo, Gubernur BI, menyebut dampak penyebaran varian Omicron akan mencapai puncaknya dalam beberapa minggu ke depan. Setelah itu akan mulai menurun.

"Tentu semuanya berdasarkan upaya yang ditempuh pemerintah dan juga kepatuhan terhadap protokol kesehatan oleh masyarakat. Dampak terhadap mobilitas yang terjadi penurunan diharapkan akan membaik," kata Perry dalam jumpa pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Februari 2022.

Oleh karena itu, lanjut Perry, dampak penyebaran varian Omicron terhadap pertumbuhan ekonomi tidak terlalu signifikan. Untuk 2022, BI tetap pada proyeksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,7-5,1% dengan titik tengah 5,1%.

"Untuk kuartal I-2022 akan tumbuh relatif tinggi," ujar Perry.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (09:00 WIB).
  • Rilis data penjualan ritel Indonesia periode Desember 2021 (10:00 WIB).
  • Rilis data penjualan sepeda motor Indonesia periode Januari 2022 (tentatif).
  • Rilis data penjualan mobil China periode Januari 2022 (tentatif).
  • Rilis data realisasi investasi China periode Januari 2022 (tentatif).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Untuk mengakses data pasar terkini, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular