Newsletter

Info Orang Dalam: Perang Dunia III Dimulai Rabu!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 February 2022 06:00
Russia Belarus Military Drills
Foto: Tentara dengan kendaraan militenya mengikuti latihan militer Union Courage-2022 Rusia-Belarus di tempat pelatihan Gozhsky, Belarus. (Vadzim Yakubionak, BelTA via AP)

Beralih ke bursa saham AS, indeks utama di Wall Street malah anjlok. Secara mingguan, S&P500 berkurang 1,8% dan Nasdaq Composite terpangkas 2,2%.

Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan kejatuhan Wall Street pekan lalu. Satu, pengumuman data inflasi AS periode Januari 2022 benar-benar berdampak luar biasa.

US Bureau of Labor Statistics melaporkan inflasi Negeri Paman Sam bulan lalu mencapai 7,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Ini adalah rekor tertinggi sejak Februari 1982 atau hampir 40 tahun.

Inflasi secepat itu membuat pasar yakin bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. Mengutip CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin (bps) dalam rapat The Fed 16 Maret 2022 adalah 49,2%. Hampir sama dengan kemungkinan kenaikan 25 bps yakni 50,8%. Sudah tidak ada probabilitas Federal Funds Rate bertahan di 0-0,25%.

fedSumber: CME FedWatch

Pada akhir 2022, pelaku pasar memperkirakan suku bunga acuan AS berada di level 1,75-2% dengan kemungkinan 29,3%. Artinya, suku bunga acuan bisa jadi bakal dinaikkan 175 bps.

Kenaikan suku bunga acuan akan ikut mengerek imbal hasil (yield) obligasi. Kenaikan yield akan menarik aliran modal dari pasar-pasar lainnya, termasuk pasar yang berisiko seperti saham.

Selain itu, kenaikan suku bunga acuan akan ikut menaikkan suku bunga di tingkat perbankan, termasuk kredit. Dengan begitu, biaya ekspansi emiten akan naik dan ini akan menggerus laba.

"Jadi, inflasi adalah kryptonite bagi valuasi emiten. Dampak inflasi tinggi akan meluas ke mana-mana, dan ini yang sedang kita rasakan sekarang," ujar Terry Sandven, Chief Equity Strategist di US Bank Wealth Management yang berbasis di Minneapolis (AS), seperti dikutip dari Reuters.

Kedua, perkembangan geopolitik di Eropa membuat pasar (dan seluruh dunia) ketar-ketir. Ketegangan di perbatasan Ukraina, di mana Rusia sudah menyiagakan armada tempur, membuat negara-negara Barat cemas Negeri Beruang Merah akan menginvasi negara asal pesepakbola Andriy Shevchenko tersebut.

"Jika Ukraina benar-benar diserang, maka situasi menjadi semakin tidak pasti," tegas Jay Hatfield, Chief Investment Officer di Infrastructure Capital Management yang berkedudukan di New York, seperti diberitakan Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular