Kemarin, IHSG berakhir di posisi 6.835,12. Turun 0,22% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sejatinya perdagangan berlangsung relatif semarak. Frekuensi transaksi tercatat 1,45 juta kali yang melibatkan 26,22 miliar unit saham senilai Rp 11,91 triliun.
Investor asing pun masih giat memborong saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Beli bersih investor asing pada perdagangan kemarin adalah Rp 649,6 miliar sehingga sepanjang 2022 investor asing membukukan akumulasi beli bersih Rp 18,38 triliun.
Tekanan jual tersebut merembet sampai ke pasar valas, membuat rupiah ikut tertekan. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), rupiah melemah 0,42% ke Rp 14.315/US$.
Beralih ke pada saham AS, tiga indeks utama ditutup melemah tajam. Dow Jones Industrial Average (DJIA) minus 1,79%, S&P 500 anjlok 2,14%, dan Nasdaq Composite ambles 2,88%.
Ketegangan Rusia-Ukraina masih menjadi sentimen utama penggerak Wall Street hari ini. Perkembangan terbaru, situasi memanas karena Rusia mengusir Wakil Duta Besar AS Bartle Gorman.
Selain itu, Washington juga masih meyakini bahwa Moskow akan segera menyerang Ukraina dalam beberapa hari ke depan. Sekarang negara yang dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin itu tinggal mencari alasan yang tepat untuk itu.
Kemarin pagi, meletus kontak senjata antara tentara Ukraina dengan kelompok separatis pro-Rusia. Konflik Ukraina dengan kelompok ini sudah terjadi bertahun-tahun, tetapi sangat mungkin dijadikan salah satu alasan oleh Rusia untuk masuk ke Ukraina. Mendamaikan situasi.
"Kami meyakini bahwa mereka (Rusia) akan segera melakukan operasi jika sudah ada alasan. Setiap laporan yang kami miliki adalah mereka bersiap pergi ke Ukraina dan menyerang Ukraina. Perasaan saya ini akan terjadi dalam beberapa hari ke depan," tegas Joseph 'Joe' Biden, Presiden AS, seperti dikutip dari Reuters.
Pasar (dan seluruh dunia) dibikin kian cemas. Sepertinya ancaman Perang Dunia III belum sirna. Beberapa hari lalu Rusia mengklaim telah menarik pasukannya dari perbatasan Ukraina, tetapi klaim itu dianggap cuma pepesan kosong.
"Tembok kecemasan terbangun semakin tinggi. Kita sudah punya inflasi tinggi, perubahan kebijakan The Fed (The Federal Reserve, bank sentral AS), dan sekarang tensi yang meningg antara Rusia-Ukraina," ujar Terry Sandven, Chief Equity Strategist di US Bank Wealth Management yang berbasis di Minneapolis, seperti dikutip dari Reuters.
Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)
Untuk perdagangan hari ini, investor perlu memantau sejumlah sentimen yang bisa mempengaruhi jalannya perdagangan. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang kurang menggembirakan. 'Kebakaran' di Wall Street sangat mungkin menyebar hingga ke Asia, termasuk Indonesia.
Sentimen kedua apalagi kalau bukan ancaman Perang Dunia III. Moskow tidak cuma mengusir wakil duta besar AS, tetapi juga disertai dengan pernyataan keras.
Kremlin menilai AS malah menjadi pihak yang memanaskan situasi dan memperuncing konflik. AS juga tidak menghiraukan kepentingan keamanan Rusia (yang tidak sudi Ukraina bergabung ke Pakta Pertahanan Atlantik Utara). Akhirnya, Rusia mengancam bakal melakukan aksi militer.
"Rusia akan melakukan kekerasan di Ukraina. Rusia akan mencari pembenaran dengan cerita misalnya teror bom, penemuan kuburan massal, serangan drone terhadap warga sipil, serangan senjata kimia, dan sebagainya," kata Anthony Blinken, Menteri Luar Negeri AS, seperti dikutip dari Reuters.
Karine Jean-Pierre, Juru Bicara Gedung Putih, menguungkapkan Rusia bukannya menarik pasukan malah menambah 7.000 tentara di perbatasan Ukraina dalam 24 jam terakhir. Ini menimbulkan ancaman yang sangat serius.
"Kami melihat lebih banyak pesawat mereka. Kami melihat mereka menyiagakan diri di Laut Hitam. Kami bahkan melihat mereka menambah stok kantong darah. Saya prajurit dan saya tahu ini semua tidak terjadi tanpa alasan. Kalau Anda bersiap balik kanan, maka bukan itu yang terjadi," papar Lloyd Austin, Menteri Pertahanan AS, sebagaimana diwartakan Reuters.
Semakin lama konflik ini tidak terselesaikan, maka kian lama pula pasar akan dilanda ketidakpastian. Investor akan cenderung bermain aman jika situasi masih tidak pasti.
"Sekarang, isu ini yang menggerakkan pasar hampir setiap hari. Jika sampai benar-benar terjadi pertempuran, maka ceritanya akan berbeda," ujar Randy Frederick, Vice President di Charles Schwab yang berkedudukan di Texas, seperti dikutip dari Reuters.
Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Sentimen ketiga, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data Neraca Pembayaran Indonesa (NPI) periode kuartal IV-2021. Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) sudah memperkirakan NPI sepanjang 2021 akan kembali mencatat surplus. Pada 2020, NPI surplus US$ 2,6 miliar.
Bahkan transaksi berjalan atau current account pun diperkirakan surplus. Jika terwujud, maka akan menjadi yang pertama sejak 2011. Tidak ada lagi current account deficit (CAD)
"Neraca Pembayaran Indonesia diperkirakan tetap baik pada 2021, surplus dibandingkan tahun sebelumnya. Transaksi berjalan surplus 0,3% terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) dan surplus neraca modal yang meningkat," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Februari 2022
Kabar ini tentu akan menjadi sentimen positif bagi rupiah. NPI, utamanya transaksi berjalan, adalah fundamental penyokong rupiah karena menggambarkan kekuatan ekonomi Indonesia dari sisi faktor eksternal.
Namun untuk 2022, sepertinya transaksi berjalan akan kembali defisit. BI memperkirakan defisit transaksi berjalan tahun ini berada di kisaran 1,1-1,9% PDB.
Ekonomi Tanah Air yang semakin pulih usai hantaman pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), pembukaan 'keran' aktivitas masyarakat, dan meningkatnya mobilitas masyarakat akan membuat kebutuhan impor ikut terdongkrak. Akibatnya, sulit untuk menjaga transaksi berjalan tetap di teritori positif.
Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rilis data inflasi Jepang periode Januari 2022 (06:30 WIB).
- Rilis data NPI periode kuartal IV-2021 (10:00 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (10:00 WIB).
- Rilis data penjualan ritel Inggris periode Januari 2022 (14:00 WIB).
- Rilis data inflasi Prancis periode Januari 2022 (14:45 WIB).
- Rilis data transaksi berjalan Zona Euro periode Desember 2021 (16:00 WIB).
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Untuk mengakses data pasar terkini, silakan klik di sini.
TIM RISET CNBC INDONESIA