Internasional

Perang Segera Mulai? Biden Minta Warga AS Tinggalkan Ukraina

sef, CNBC Indonesia
11 February 2022 08:01
Joe Biden (AP/Patrick Semansky)
Foto: Joe Biden (AP/Patrick Semansky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendesak semua warga untuk segera meninggalkan Ukraina. Ini terkait potensi konflik besar dengan Moskow jika pasukan AS dan Rusia saling terlibat di lapangan.

"Warga Amerika harus pergi sekarang," kata Biden dalam sebuah wawancara dengan NBC News Kamis (10/2/2022) dikutip AFP Jumat.

"Kita sedang berhadapan dengan salah satu tentara terbesar di dunia. Ini adalah situasi yang sangat berbeda dan segalanya bisa menjadi gila dengan cepat," tambahnya.

Pernyataan ini diutarakan Biden di tengah dimulainya latihan perang Rusia dengan sekutunya Belarusia. Setidaknya 30.000 tentara Rusia diyakini ikut adil dalam latihan militer, yang menurut NATO, penempatan terbesar setelah era Perang Dingin.

Latihan tersebut, dikatakan Rusia ditujukan untuk mempraktikkan cara mengusir "agresi eksternal" secara luas. "Menekan dan memukul mundur agresi eksternal selama operasi pertahanan, serta melawan terorisme dan melindungi kepentingan Negara Kesatuan," kata Kementerian Pertahanan Rusia.

Latihan berlangsung di perbatasan barat dan selatan Belarusia. Ini berbatasan dengan Polandia, negara-negara Baltik- Lithuania dan Latvia- di barat dan utara, dan Ukraina di selatan.

Meski tak ada komentar dari Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Belarus Alexander Lukashenko telah secara terbuka menyatakan bahwa latihan tersebut bertujuan untuk mempersiapkan pasukan keduanya melawan kemungkinan konfrontasi militer yang berasal dari Eropa. Mengingat penempatan pasukan NATO di Baltik dan Polandia.

Polandia dan Lithuania memang bagian NATO. Sementara Ukraina sendiri tengah mencoba menjadi anggota pakta pertahanan itu.

"Hari ini kita melihat perlunya mengadakan latihan skala penuh di wilayah barat dan selatan ... untuk menyusun rencana aksi tertentu melawan kekuatan di barat (negara-negara Baltik dan Polandia) dan selatan (Ukraina)," kata Lukashenko menurut kantor berita negara Belarus Belta.

Gedung Putih sendiri melihat latihan militer justru memanaskan situasi. Ini dikatakan sebagai sebuah eskalator dan bukan tindakan bentuk deeskalasi konflik.

"Secara umum, kami tidak memiliki masalah dengan latihan. Itu adalah fungsi normal dari organisasi militer. Namun, semua negara harus transparan dan mengomunikasikan latihan militer mereka melalui saluran internasional yang sesuai untuk menghindari kesalahpahaman dan salah perhitungan," kata Juru Bicara Departemen Pertahanan A.S. Anton T. Semelroth kepada CNBC International, kemarin.

"Ini bahkan lebih penting sekarang ketika situasi di kawasan itu menyerukan de-eskalasi."

NATO juga menyatakan keprihatinan soal ini. Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan pengerahan pasukan dan perangkat keras militer tengah berlangsung di bawah penyamaran bernama latihan militer.

"Ini adalah pasukan yang sangat mampu, siap tempur, dan ... tidak ada transparansi dalam pengerahan," katanya Januari saat pengumuman latihan pertama diberikan.

"Tentu saja, ini menambah kekhawatiran kami. Ini menambah ketegangan dan menunjukkan bahwa tidak ada de-eskalasi. Sebaliknya, sebenarnya lebih banyak pasukan, lebih banyak kemampuan di lebih banyak negara."

Sebelumnya Dr. Robert Farley, pengajar studi keamanan dan diplomasi di The Patterson School di AS mengatakan konflik Rusia dan Ukraina memang bisa jadi awal mula Perang Dunia III (World War 3).

"Titik nyala yang memungkinkan untuk perang kekuatan besar di tahun 2022 terletak di sepanjang perbatasan antara Rusia Ukraina," tulisnya dalam artikel 19fortyfive.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terungkap! Jalur Rahasia Joe Biden untuk Kunjungi Kyiv

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular