Newsletter

Waspada, Corona Menggila di Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 May 2021 06:00
Infografis: Warning! Tren Corona Naik di ASEAN, Singapura hingga Kamboja
CNBC Indonesia/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup variatif pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat, tetapi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis.

Kemarin, IHSG finis di 5.975,91 atau menguat 0,2% dari penutupan hari sebelumnya. Investor asing mencatatkan beli bersih Rp 204,48 miliar.

Sementara rupiah melemah tipis 0,03% terhadap dolar AS menjadi Rp 14.430/US$. Posisi ini membaik karena rupiah sempat berada di Rp 14.470/US$ atau melemah 0,21%. Jadi kalau depresiasinya menipis jadi tinggal 0,03%, not bad lah ya...

Sepertinya pasar merespons positif data pertumbuhan ekonomi Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekonomi Indonesia pada tiga bulan pertama 2021 tumbuh -0,96% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Sementara dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) , ekonomi Indonesia tumbuh 0,74-%.

Realisasi ini lebih baik ketimbang ekspektasi. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) terkontraksi 1,09% qtq, sementara secara tahunan diperkirakan terjadi kontraksi 0,87% yoy.

Well, Indonesia memang masih resesi karena kontraksi PDB berlangsung selama empat kuartal beruntun. Sudah genap setahun ekonomi Indonesia terus menyusut.

Namun bukan berarti tidak ada kabar baik. Meski kontraksi masih terjadi, tetapi semakin lama kian landai. Pada kuartal II-2020, ekonomi Indonesia menciut lebih dari 5% yoy dan kuartal I-2021 tinggal di bawah 1% yoy.

"Dengan memperhatikan berbagai indikator yang membaik sampai April dan low base effect, kita harapkan ekonomi triwulan II akan tumbuh positif. Dengan catatan, vaksinasi lancar, masyarakat mematuhi protokol kesehatan, dan tumbuhkan keyakinan dunia usaha," kata Suhariyanto, Kepala BPS.

So, Indonesia boleh masih berkubang di 'lumpur' resesi. Namun pada kuartal II-2021 dan seterusnya, kemungkinan besar resesi sudah pergi dan ekonomi Indonesia bakal tumbuh tinggi.

Halaman Selanjutnya --> Saham Teknologi Diangkat, Wall Street Terdongkrak

Beralih ke bursa saham New York, tiga indeks utama berakhir variatif cenderung menguat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,28%, S&P 500 bertambah 0,07%, tetapi dan Nasdaq Composite malah melemah 0,37%.

Kemarin, saham-saham teknologi 'dibanting' sampai harganya anjlok. Hari ini, memanfaatkan harga yang sudah murah, investor pun 'nyerok di bawah'.

Aksi borong membuat harga saham-saham teknologi terangkat. Harga saham Apple naik 0,19% dan Alphabet (induk usaha Google) menguat 0,34%.

Namun sejatinya Wall Street dibayangi kecemasan sehingga kenaikannya tipis saja, bahkan Nasdaq masih merah. Kecemasan macam apa itu?

Berdasarkan catatan ADP, penciptaan lapangan kerja non-pemerintahan di AS adalah 742.000 pada April 2021. Ini adalah angka tertinggi sejak September tahun lalu.

Dunia usaha membutuhkan banyak tenaga kerja seiring peningkatan permintaan. Ya, Negeri Paman Sam memang sedang bergairah karena vaksinasi anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang masif dan stimulus dari pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden.

"Konsumen sedang penuh percaya diri, karena mereka sudah divaksin dan mengatongi cek bantuan pemerintah. Pasar tenaga kerja pun mendapat momentum penguatan," kata Gus Faucher, Kepala Ekonom PNC Financial yang berbasis di Pennsylvania (AS), seperti dikutip dari Reuters.

Hal yang mengesankan, sektor dengan pembukaan lapangan kerja terbesar bulan lalu adalah rekreasi dan hospitality yaitu 237.000. Sektor ini adalah yang paling terpukul oleh pandemi karena 'menjual' kontak dan interaksi antar-manusia, mengedepankan pelayanan langsung dengan pelanggan. Jika sektor yang paling terpukul saja sudah bangkit dan mulai kembali menyerap tenaga kerja, maka pemulihan ekonomi berada di jalan yang benar.

Saat ekonomi pulih, maka permintaan akan meningkat. Ujungnya adalah risiko tekanan inflasi menjadi semakin nyata.

"Begitu Anda melihat ekonomi terus membaik seperti saat ini, maka satu hal yang menjadi kekhawatiran pasar adalah inflasi. Ini akan menggerus laba perusahaan," sebut Shawn Cruz, Senior Market Strategist di TD Ameritrade, sebagaimana diwartakan Reuters.

Selain itu, tekanan inflasi (jika terjadi secara stabil dan berkepanjangan) tentu membuat Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) perlu merespons agar tidak kebablasan alias overheating. Caranya adalah dengan mengetatkan kebijakan moneter melalui kenaikan suku bunga acuan, seperti yang sebelumnya disinggung oleh Menteri Keuangan Janet Yellen.

Kenaikan suku bunga akan berdampak negatif bagi pasar saham. Satu, biaya ekspansi jadi lebih mahal sehingga menekan laba emiten.

Dua, kenaikan suku bunga akan membuat investor melirik instrumen lainnya yaitu obligasi. Ketika suku bunga naik, maka imbal hasil (yield) akan ikut terungkit sehingga obligasi menjadi lebih 'seksi'.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencemati sejumlah sentimen yang dapat menggerakkan pasar. Pertama tentu perkembangan positif di Wall Street. Saat Wall Street menguat, investor di pasar keuangan Asia bakal lebih bersemangat.

Namun ada sentimen kedua yang perlu diwaspadai yaitu 'aura' kebangkitan dolar AS yang mulai terasa. Pada pukul 01:55 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,2%.

Penyebabnya ya itu tadi, prospek kenaikan suku bunga acuan yang kembali membesar. Mengutip CME FedWatch, peluang kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 0,25-0,5% pada akhir tahun ini adalah 11%. Lebih tinggi dar posisi seminggu lalu yaitu 9,8% dan sebulan sebelumnya yakni 8,5%.

Kenaikan suku bunga acuan yang membuat hasrat mengoleksi US Treasury Bonds/Bills meningkat tentu diiringi dengan kenaikan permintaan dolar AS. Jadi, sangat wajar isu kenaikan suku bunga akan menjadi sentimen positif bagi mata uang Negeri Adikuasa.

Oleh karena itu, rupiah wajib waspada. Jika penguatan dolar AS bertahan lama, maka bukan tidak mungkin mata uang Ibu Pertiwi akan melemah lagi.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)

Sentimen ketiga apa lagi kalau bukan perkembangan pandemi virus corona. Di sejumlah negara ada kabar baik di mana laju penularan melambat sehingga 'keran' aktivitas masyarakat mulai kembali dibuka meski masih ada pembatasan di sana-sini.

Di AS, pemerintah Negara Bagian New York, New Jersey, dan Connecticut memutuskan untuk melonggarkan aturan pembatasan sosial (social restricions). Misalnya, warga kini sudah diizinkan untuk kongkow di bar tertutup.

"Kami bisa memberikan pelonggaran ini karena distribusi vaksin yang cepat dan luas. Ini sangat membantu warga Connecticut, juga tetangga kami di New York dan Jersey," kata Ned Lamont, Gubernur Connecticut, seperti diberitakan Reuters.

Situasi di Eropa juga sudah mulai membaik sehingga warga bisa melakukan hal-hal yang sebelumnya dilarang. Perkembangan menarik terjadi di Inggris, di mana pertandingan sepakbola rencananya sudah bisa kembali dihadiri oleh penonton di stadion.

Mengutip keterangan resmi Liverpool FC, penonton sudah bisa datang ke Stadion Anfleid untuk menyaksikan laga Si Merah melawan Crystal Palace pada 23 Mei 2021. Memang stadion belum boleh terisi penuh, klub hanya meyediakan 10.000 tiket dari kapasitas stadion yang bisa menampung lebih dari 53.000 penonton.

"Sejalan dengan rencana pemerintah yang mengizinkan penonton untuk menghadiri kegiatan olahraga di tempat terbuka mulai 17 Mei 2021, Anfield siap menjamu 10.000 penonton dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan dan keamanan. Klub telah berkoordinasi erat dengan Dewan Kota, kepolisian, dan Spirit of Shankly (perhimpunan suporter) untuk menciptakan atmosfer pertandingan yang sesuai dengan panduan pemerintah," sebut keterangan resmi di situs klub.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (3)

Namun di Asia, situasinya berbeda. Di sejumlah negara Benua Kuning, suasananya malah sedang prihatin.

India tidak usah ditanya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di Negeri Bollywood per 5 Mei 2021 adalah 20.665.148 orang. Bertambah 382.315 dari hari sebelumnya. Penambahan pasien baru yang lebih dari 300.000 orang per hari sudah terjadi dalam 14 hari terakhir.

Sementara total pasien meninggal dunia per 5 Mei 2021 tercatat 226.188. Bertambah 3.780 dari hari sebelumnya, rekor tertinggi angka kematian dalam sehari.

Dalam catatan WHO, India mewakili 46% dari tambahan pasien positif dan 25% tambahan pasien meninggal dunia secara global dalam sepekan terakhir. Sungguh sangat memprihatinkan.

Di Jepang, situasinya juga lumayan mencekam. Per 5 Mei 2021, WHO mencatat jumlah pasien positif corona di Negeri Sakura adalah 612.360 orang. Bertambah 4.734 orang dari hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata tambahan pasien positif adalah 5.062 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 3.709 orang per hari.

Perkembangan ini membuat pemerintah tengah mempertimbangkan untuk memperpanjang status darurat di Ibu Kota Tokyo dan sejumlah daerah lain seoerti Osaka, Kyoto, dan Hyogo. Akibatnya, rencana perhelatan Olimpiade jadi terancam.

Olimpiade Tokyo semestinya digelar tahun lalu tetapi diundur ke 23 Juli 2021 karena pandem virus corona. Namun waau sudah diundur pun nasibnya masih samar-samar.

Dinamika pandemi di Malaysia pun patut diwaspadai. WHO melaporkan, jumlah pasien positif corona di Negeri Harimau Malaya per 5 Amei 2021 adalah 420.632. Bertambah 3.120 orang dari hari sebelumnya.

Selama dua pekan terakhir, pasien positif rata-rata bertambah 2.940 orang setiap harinya. Lebih tinggi ketimbang rerata dua minggu sebelumnya yakni 1.867 orang per hari.

Akibatnya, pemerintah Malaysia memberlakukan pembatasan pergerakan warga (Movement Control Order/MCO) di Ibu Kota Kuala Lumpur dan Negara Bagian Selangor. Pembatasan ini akan berlaku selama dua minggu.

Perkembangan ini bisa membuat investor (dan seluruh dunia) was-was, ujungnya akan mengurangi minat untuk masuk ke pasar keuangan Asia. Kalau ini sampai terjadi, maka tentu bukan kabar baik bagi IHSG dan rupiah.

Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Rilis notula rapat bulanan Bank Sentral Jepang (06:50 WIB).
  2. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Midi Utama Indonesia Tbk (09:30 WIB).
  3. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Mitra International Resources Tbk (09:30 WIB).
  4. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Indosat Tbk (10:00 WIB).
  5. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Panca Budi Idaman Tbk (10:00 WIB).
  6. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Fuji Finance Indonesia Tbk (10:00 WIB).
  7. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (13:00 WIB).
  8. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (14:00 WIB).
  9. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Golden Energy Mines Tbk (14:00 WIB).
  10. Rilis data penjualan rite Zona Euro periode Maret 2021 (16:00 WIB).
  11. Pengumuman suku bunga cuan Bank Sentral Inggris (18:00 WIB).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Untuk mengakses data pasar terbaru, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular