
Status Darurat Mau Diperpanjang, Resesi Jepang Makin Panjang

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Jepang sedang mempertimbangkan perpanjangan keadaan darurat untuk Tokyo, yang sebelumnya berakhir 17 Mei. Hal ini dilaporkan surat kabar Yomiuri, dikutip Reuters, Rabu (5/5/2021).
Jepang telah menempatkan Tokyo bersama Osaka, Kyoto dan Hyogo dalam keadaan darurat selama 17 hari sejak 25 April. Ini untuk membalikkan lonjakan infeksi virus corona (Covid-19).
Perpanjangan pembatasan darurat datang di tengah dimulainya Olimpiade Tokyo pada Juli mendatang. Lonjakan corona sebelumnya membuat kekhawatiran, apakah Jepang tetap dapat menggelar olimpiade atau sebaliknya.
Dari data JHU CSSE Covid-19 terlihat kalau Jepang mengalami kenaikan kasus rata-rata di pertengahan April hingga awal Mei ini. Per Senin (3/5/2021), jika dirata-ratakan tujuh hari terakhir terjadi 5.389 kasus baru.
Dari data Worldometers, Rabu negara itu mencatat 5.607 kasus harian baru dengan 65 kematian. Total kasus saat ini 602.862, dengan 10.361 kematian dan 531.069 sembuh.
Lonjakan infeksi Covid-19 di Jepang telah membawa negara itu dalam kekhawatiran resesi yang dalam. Apalagi kondisi darurat diberikan ke Tokyo dan tiga prefektur lain, yang membuat pembatasan pergerakan di masyarakat.
"Risiko resesi double-dip jelas meningkat," kata Hiroshi Shiraishi, ekonom senior di BNP Paribas Securities ketika status darurat rencananya dilakukan.
"Dampak dari pemberlakuan pembatasan di Tokyo dan Osaka saja akan cukup besar."
Pengetatan diramal mempengaruhi hampir seperempat populasi Jepang yang berjumlah 126 juta dan atau sekitar 30% dari produk domestik bruto (PDB). Peningkatan cukup serius di seluruh negeri ini terjadi sejak mutasi E484K ditemukan di seluruh wilayah.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alert! Jepang Kembali Terancam ke Jurang Resesi
