
Jepang-Inggris Resesi, Ekonomi RI Bisa Sulit Tumbuh di Atas 5%

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja ekspor Indonesia akan makin suram, efek dari resesi yang terjadi di negara mitra dagang Indonesia, seperti Jepang. Diperburuk juga dengan resesi yang terjadi di Inggris dan pelemahan ekonomi China.
"Memang paling kentara itu dari sisi perkembangan ekspor kita yang kelihatannya tidak akan terakselerasi tumbuh dabel digit atau di atas 10% lagi," kata Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto, Jumat (16/2/2024).
Pertumbuhan ekspor pada Januari 2024 sudah terkontraksi sebesar 8,34% dibanding Desember 2023, bahkan bila dibanding periode yang sama tahun lalu telah minus 8,06%. Nilai ekspor Januari 2024 hanya sebesar US$ 20,52 miliar.
Ekspor Indonesia ke Jepang, yang porsinya mencapai 7,63% dari total ekspor Januari 2024, sudah minus 22,73% secara tahunan atau year on year (yoy) dan minus 9,22% secara bulanan atau month to month (mtm).
Myrdal mengatakan, maka kinerja ekspor akan makin memburuk ke depan dengan resesi di Jepang, apalagi China sebagai mitra dagang utama RI yang porsi ekspornya mencapai 23,9% dari total ekspor juga telah terkontraksi sebesar minus 12,92% yoy dan minus 20,73% mtm.
"Sehingga kondisi ini membuat permintaan terutama produk-produk ekspor Indonesia dari sisi komdoitas juga akan menurun, sehingga kita yang didominasi oleh ekspor komoditas kemungkinan akan mendapatkan dampak dari kondisi tersebut," tegas Myrdal.
Dengan kondisi itu, Myrdal memperkirakan, sulit bagi ekonomi Indonesia bisa tumbuh di atas 5% pada 2024 atau sesuai target calon presiden pengganti Presiden Joko Widodo yang mematok pertumbuhan di kisaran rata-rata 6-7% ketika menjabat nantinya.
"Kelihatannya mau tidak mau kita harus bergantung pada aktivitas berbasis domestik, sehingga memang untuk pertumbuhan ekonomi kita kemungkinan untuk tahun ini masih berada di kisaran 5,1%," tutur Myrdal.
Senada, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, tekanan pada ekspor ke Jepang biasanya akan terjadi untuk jenis bahan baku dan mesin. Selain itu, penurunan investasi Jepang di Indonesia bisa mempengaruhi proyek-proyek infrastruktur dan penciptaan lapangan kerja.
"Sektor pariwisata Indonesia juga dapat terkena dampak dengan penurunan kunjungan wisatawan Jepang, terutama dalam segmen mewah," ucap Yusuf.
Dua kekuatan ekonomi dunia, Jepang dan Inggris, jatuh ke dalam jurang resesi. Secara general resesi sendiri merupakan penurunan ekonomi atau ekonomi negatif, selama dua kuartal atau lebih, dalam satu tahun.
Jepang pun telah kehilangan posisinya sebagai negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia. Posisinya kini digantikan Jerman yang sejatinya tengah mengalami tekanan ekonomi hebat.
Jepang, yang pernah menjadi negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, melaporkan kontraksi selama dua kuartal berturut-turut pada Kamis (15/2/2024). Ekonomi turun 0,4% secara tahunan pada kuartal keempat IV-2023 setelah melaprkan kontraksi atau minus (-) 3,3% pada kuartal ketiga kuartal III-2023.
Laporan PDB terbaru itu jauh meleset dari perkiraan pertumbuhan 1,4% dalam jajak pendapat para ekonom Reuters. Secara kuartalan (QtQ), PDB turun 0,1%, dibandingkan dengan perkiraan kenaikan 0,3% dalam jajak pendapat Reuters.
Sepanjang tahun 2023, PDB nominal Jepang tumbuh 5,7% dibandingkan tahun 2023. Ini sekitar 591,48 triliun yen (Rp 61.673 triliun).
Senasib dengan Jepang, Inggris pun telah memasuki resesi secara teknikal.
Kantor Statistik Nasional Inggris mengatakan, pertumbuhan ekonomi Inggris minus 0,3% di kuartal IV-2023 melanjutkan kontraksi pada periode sebelumnya sebesar 0,1%.
Tiga sektor utama ekonomi Inggris mengalami kontraksi alias tumbuh negatif pada kuartal IV-2023. Sementara secara keseluruhan di 2023, ekonomi Inggris diestimasi hanya akan tumbuh 0,1% dibandingkan 2022.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Terkini Jepang Terancam Resesi, Ekonomi Kontraksi