Janet Yellen Masih Punya "Taring", Rupiah dkk Hari Ini Rontok

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 May 2021 16:20
Janet Yallen
Foto: reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kemarin menguat sendirian di Asia melawan dolar Amerika Serikat (AS), tetapi hari ini, Rabu (5/5) ikut bergabung di zona merah. Pernyataan Menteri Keuangan AS Janet Yellen membuat dolar AS kembali perkasa, sementara data pertumbuhan ekonomi Indonesia membuat rupiah mampu memangkas pelemahan.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,03% setelahnya membengkak menjadi 0,14% di Rp 14.445/US$. setelahnya rupiah berhasil memangkas pelemahan dan berakhir di Rp 14.430/US$, melemah tipis 0,03% di pasar spot.

Kemarin, semua mata uang utama Asia melemah melawan dolar AS, kecuali rupiah. Hari ini, hingga pukul 15:17 WIB hanya ringgit Malaysia dan baht Thailand yang mampu menguat.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Dolar AS kembali perkasa setelah Janet Yellen menyatakan suku bunga harus naik agar perekonomian tidak mengalami overheating. Yellen adalah mantan ketua bank sentral AS (The Fed) sebelum Jerome Powell. Artinya, dia sebelumnya merupakan orang paling powerful di dunia finansial, pernyataannya dulu selalu menjadi penggerak pasar. 

"Mungkin suku bunga harus naik untuk memastikan bahwa ekonomi kita tidak overheating," kata Yellen dalam percakapan yang direkam sebelumnya dengan The Atlantic, dikutip CNBC Internasional.

Pernyataan Yellen tersebut tentunya memicu ekspektasi The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan, dan indeks dolar AS berbalik menguat 0,38% kemarin.

Meski demikian, Yellen menegaskan dirinya tetap akan menghormati independensi The Fed dan tak akan mencoba mempengaruhi.

Sementara itu dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia periode kuartal I-2021. Hasilnya, ekonomi Tanah Air masih tumbuh negatif alias terkontraksi.

Kepala BPS Suhariyanto menyebut Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tiga bulan pertama 2021 minus 0,96% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Sementara dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy), ekonomi Indonesia minus 0,74%.

Realisasi ini tidak jauh dari ekspektasi pasar, bahkan sedikit lebih baik. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan PDB terkontraksi 1,09% qtq, sementara secara tahunan diperkirakan terjadi kontraksi 0,87% yoy.

Dengan demikian, kontraksi PDB Indonesia genap terjadi selama empat kuartal beruntun. Artinya, Indonesia masih terjebak di 'jurang' resesi ekonomi.

Meski demikian, dengan kontraksi yang lebih baik dari prediksi, kebangkitan ekonomi di kuartal II-2021 tentunya berpeluang lebih tinggi dari prediksi, yang menjadi sentimen positif bagi rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ngeri! 3 Hari Melesat 3% ke Level Terkuat 3 Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular