
Waspada, Corona Menggila di Asia!

Beralih ke bursa saham New York, tiga indeks utama berakhir variatif cenderung menguat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,28%, S&P 500 bertambah 0,07%, tetapi dan Nasdaq Composite malah melemah 0,37%.
Kemarin, saham-saham teknologi 'dibanting' sampai harganya anjlok. Hari ini, memanfaatkan harga yang sudah murah, investor pun 'nyerok di bawah'.
Aksi borong membuat harga saham-saham teknologi terangkat. Harga saham Apple naik 0,19% dan Alphabet (induk usaha Google) menguat 0,34%.
Namun sejatinya Wall Street dibayangi kecemasan sehingga kenaikannya tipis saja, bahkan Nasdaq masih merah. Kecemasan macam apa itu?
Berdasarkan catatan ADP, penciptaan lapangan kerja non-pemerintahan di AS adalah 742.000 pada April 2021. Ini adalah angka tertinggi sejak September tahun lalu.
Dunia usaha membutuhkan banyak tenaga kerja seiring peningkatan permintaan. Ya, Negeri Paman Sam memang sedang bergairah karena vaksinasi anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang masif dan stimulus dari pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden.
"Konsumen sedang penuh percaya diri, karena mereka sudah divaksin dan mengatongi cek bantuan pemerintah. Pasar tenaga kerja pun mendapat momentum penguatan," kata Gus Faucher, Kepala Ekonom PNC Financial yang berbasis di Pennsylvania (AS), seperti dikutip dari Reuters.
Hal yang mengesankan, sektor dengan pembukaan lapangan kerja terbesar bulan lalu adalah rekreasi dan hospitality yaitu 237.000. Sektor ini adalah yang paling terpukul oleh pandemi karena 'menjual' kontak dan interaksi antar-manusia, mengedepankan pelayanan langsung dengan pelanggan. Jika sektor yang paling terpukul saja sudah bangkit dan mulai kembali menyerap tenaga kerja, maka pemulihan ekonomi berada di jalan yang benar.
Saat ekonomi pulih, maka permintaan akan meningkat. Ujungnya adalah risiko tekanan inflasi menjadi semakin nyata.
"Begitu Anda melihat ekonomi terus membaik seperti saat ini, maka satu hal yang menjadi kekhawatiran pasar adalah inflasi. Ini akan menggerus laba perusahaan," sebut Shawn Cruz, Senior Market Strategist di TD Ameritrade, sebagaimana diwartakan Reuters.
Selain itu, tekanan inflasi (jika terjadi secara stabil dan berkepanjangan) tentu membuat Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) perlu merespons agar tidak kebablasan alias overheating. Caranya adalah dengan mengetatkan kebijakan moneter melalui kenaikan suku bunga acuan, seperti yang sebelumnya disinggung oleh Menteri Keuangan Janet Yellen.
Kenaikan suku bunga akan berdampak negatif bagi pasar saham. Satu, biaya ekspansi jadi lebih mahal sehingga menekan laba emiten.
Dua, kenaikan suku bunga akan membuat investor melirik instrumen lainnya yaitu obligasi. Ketika suku bunga naik, maka imbal hasil (yield) akan ikut terungkit sehingga obligasi menjadi lebih 'seksi'.
Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)
(aji/aji)
