Newsletter

Sentimen Berjubel, ke Mana Pasar Bergerak?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 February 2019 06:22
Sentimen <i>Berjubel</i>, ke Mana Pasar Bergerak?
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia mencatatkan kinerja positif pada perdagangan perdana selepas libur Tahun Baru Imlek. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai tukar rupiah, dan obligasi pemerintah mencatatkan penguatan. 

Pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup melesat 1,02%. IHSG mantap di zona hijau sepanjang hari dan menyentuh titik terkuat sejak 5 Maret 2018. 


Sementara nilai tukar rupiah menguat 0,24% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah berada di posisi terbaik sejak 7 Juni 2018. 


Kemudian imbal hasil (yield) obligasi pemerintah mayoritas turun. Yield obligasi seri acuan tenor 10 tahun turun 7 basis poin dan menyentuh titik terendah sejak 7 Agustus 2018. Penurunan yield berarti harga instrumen ini sedang naik karena tingginya minat pasar. 


Kemarin, pasar keuangan Asia mayoritas masih libur memperingati Tahun Baru Imlek. Indonesia pun ketiban durian runtuh karena menjadi satu dari sedikit pasar yang beroperasi. 

Sentimen positif datang bertubi-tubi, baik dari dalam maupun luar negeri. Dari sisi domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi 2018 sebesar 5,17%. Lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan di angka 5,15%, dan lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2017 yaitu 5,07%. 

Pelaku pasar menilai Indonesia mampu mengarungi 2018 dengan cukup baik. Di tengah 'badai' yang datang tidak kenal ampun pada 2018, ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. 


Sementara dari eksternal, angin segar datang dari pidato tahunan State of the Union di AS yang dibacakan oleh Presiden Donald Trump. Dalam pidato tersebut, Trump menyatakan rasa hormatnya kepada Presiden China Xi Jinping. Washington pun siap membuat kesepakatan dagang dengan China. 

"Akhirnya kita mampu memperjelas posisi dengan China. Saya tidak menyalahkan China, ini adalah kesalahan pemimpin dan legislatif kita. Sekarang kami sedang bekerja untuk mencapai kesepakatan dengan China," papar Trump dalam pidatonya. 

Pernyataan ini membuat pelaku pasar makin yakin bahwa AS-China bisa mencapai damai dagang. Perang dagang yang berkobar sejak awal tahun lalu sepertinya bisa diakhiri. Arus perdagangan dan rantai pasok global akan kembali semarak karena dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia sudah tidak lagi saling hambat. 

Selain itu, Trump juga mengungkapkan bahwa dirinya akan bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un di Vietnam pada 27-28 Februari. Ini akan menjadi pertemuan lanjutan setelah di Singapura tahun lalu. 

"Sudah 15 bulan tidak ada uji coba misil di Korea Utara. Andai saya tidak terpilih menjadi presiden, sekarang kita mungkin sedang berperang dengan Korea Utara," ujar Trump. 


Prospek denuklirisasi dan perdamaian di Semenanjung Korea lagi-lagi membuat pelaku pasar semringah. Risiko gesekan geopolitik di daerah tersebut bisa dibilang sudah sirna, sehingga membuat pasar lebih tenang. 

Arus modal pun berdatangan akibat sentimen positif domestik dan eksternal tersebut. Derasnya aliran modal dan permintaan investor membuat IHSG, rupiah, dan obligasi pemerintah tidak punya pilihan selain menguat. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dari Wall Street, tiga indeks utama membukukan pelemahan tetapi dalam kisaran terbatas. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,08%, S&P 500 berkurang 0,22%, dan Nasdaq Composite minus 0,36%. 

Kinerja keuangan emiten membuat bursa saham New York terkoreksi. Emiten-emiten yang menjadi pemberat Wall Street adalah para pengembang video game seperti Electronic Arts (EA) dan Activision Blizzard. 

Saham EA anjlok 13,31% setelah merilis proyeksi pendapatan bersih untuk tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2019 sebesar US$ 4,75 miliar. Turun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu US$ 5,2 miliar dan berada di bawah konsensus pasar yang dihimpun Refinitiv yaitu US$ 4,88 miliar. 

Salah satu game andalan EA yaitu Battlefield V membukukan penjualan yang kurang oke. Penyebabnya adalah persaingan yang ketat dengan game sejenis yaitu Fortnite dan Red Dead Redemption 2. 

"Ada elemen di pasar yaitu kompetisi. Dalam hal kompetisi inilah tantangan kami menjadi semakin besar," kata CEO EA Andrew Wilson, mengutip Reuters. 

Akibat proyeksi EA yang suram, pengembang lainnya pun merasakan getahnya. Activision Blizzard, yang baru akan mengumumkan laporan keuangan pada pekan depan, ikut amblas 10,12%. 

Selain itu, sepertinya pelaku pasar di Wall Street juga butuh 'rehat' sejenak setelah reli panjang sejak awal tahun. Secara year-to-date, DJIA sudah menguat tajam 11,16%, S&P 500 melesat 8,96%, dan Nasdaq eroket 11,82%. 

"Mungkin pelaku pasar sudah agak kelelahan. Ingat, kita sudah berlari sejak awal Januari," ujar Nathan Thooft, Global Head of Aset Allocation di Manulife Asset Management yang berbasis di Boston, mengutip Reuters. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu koreksi yang dialami Wall Street. Dikhawatirkan virus koreksi ini bisa menular ke Asia, termasuk Indonesia. 

Sentimen kedua adalah hawa damai dagang AS-China yang semakin terasa. Menyusul pidato Trump kemarin, delegasi AS memastikan akan bertolak ke Beijing untuk melanjutkan dialog dagang. 

"(Kepala Perwakilan Dagang AS) Robert Lighthizer dan saya bersama tim akan bertolak ke Beijing pekan depan. Kami berkomitmen untuk melanjutkan dialog, bekerja dengan segala upaya untuk mencapai kesepakatan. Itu yang menjadi tujuan kami," ungkap Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dalam wawancara bersama CNBC International.  

Dalam pidatonya kemarin, Trump berpesan bahwa kesepakatan dagang dengan China harus meliputi perubahan struktural yang menghapuskan praktik yang tidak adil, mengurangi defisit perdagangan AS, dan melindungi lapangan kerja. Salah satu fokusnya adalah perlindungan terhadap kekayaan intelektual dan menghapus pemaksaan transfer teknologi bagi investasi asing di China. 


"Kami juga fokus kepada perdagangan yang bebas dan adil bagi perusahaan-perusahaan AS sehingga bisa menurunkan defisit neraca perdagangan. Saya rasa tidak produktif kalau kita membahas apa hasil dari pertemuan ini nantinya, karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan," lanjut Mnuchin. 

Sementara Lighthizer kemarin melakukan pertemuan dengan para anggota Komite Keuangan Senat AS. Lighthizer dikabarkan puas terhadap perkembangan dialog dagang dengan China. "

Dia optimistis. Hal lain, tetapi sedikit saja, yang juga disinggungnya adalah ada beberapa isu yang perlu diselesaikan dan itu sedang dikerjakan dengan serius," tutur Tim Scott, Anggota Senat Partai Republik dari South Carolina, mengutip Reuters. 

Jalan menuju damai dagang AS-China semakin terbuka karena kedua pihak serius untuk menyelesaikan perbedaan di antara mereka. Sentimen ini bisa menjadi penggerak pasar yang signifikan, penggerak ke utara alias menguat. Sebab damai dagang AS-China akan membuat arus perdagangan dan rantai pasok global akan kembali pulih. 

Sentimen ketiga adalah adanya risiko pemerintahan AS akan kembali mengalami penutupan (shutdown). Pasalnya, anggaran sementara yang disepakati beberapa waktu lalu akan segera paripurna pada 15 Februari. AS harus keluar dengan anggaran baru jika ingin menghindari shutdown

Masalahnya, debat soal pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko masih belum putus. Dalam pidato State of the Union kemarin, Trump menegaskan bahwa dirinya akan membangun tembok itu meski hasilnya adalah investigasi dari Kongres. "Saya akan membangunnya," tegas Trump. 


Namun, kubu oposisi Partai Demokrat masih keukeuh menolak rencana pembangunan tembok. "Perbatasan sudah dalam kondisi yang paling aman. Sudah cukup," tukas Pramila Jayapal, Anggota House of Representative dari Partai Demokrat melalui cuitan di Twitter. 

AS baru saja melewati periode shutdown terlama sepanjang sejarah, yang mencapai lebih dari sebulan. Kini, Negeri Paman Sam berpotensi untuk mengalaminya lagi gara-gara masalah yang sama. To wall or not to wall

Kalau pemerintahan tutup, maka sebenarnya yang rugi adalah perekonomian AS sendiri. Para abdi negara tidak mendapat gaji sehingga konsumsinya terhambat, kontrak-kontrak pemerintah dengan pihak swasta terbengkalai, berbagai layanan pemerintah untuk keperluan bisnis tidak tersedia, dan berbagai masalah lainnya.  

Selama 5 pekan shutdown sebelumnya, Badan Anggaran Kongres AS memperkirakan kerugian ekonomi mencapai sekitar US$ 11 miliar. Pertumbuhan ekonomi AS berpotensi berkurang 0,02%. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 4)


Sentimen keempat adalah nilai tukar dolar AS yang berpotensi menguat hari ini. Pada pukul 05:34 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,34%. 

Kekuatan dolar AS hari ini bisa hadir dari rilis data neraca perdagangan AS, yang pada November 2018 mencatat defisit US$ 49,3 miliar. Lebih baik ketimbang bulan sebelumnya yang minus US$ 55,7 miliar. Defisit neraca perdagangan November 2018 menjadi yang terendah dalam 5 bulan. 

Ada harapan neraca perdagangan AS bisa membaik ke depannya, apalagi kalau damai dagang dengan China benar-benar terwujud. Ekspor AS bisa meningkat dan defisit bisa ditekan. 

Pasokan valas dan permintaan dolar AS akan meningkat seiring membaiknya ekspor Negeri Paman Sam. Artinya, dolar AS akan punya dasar untuk menguat. 

Oleh karena itu, rupiah perlu waspada. Apalagi rupiah sudah menguat sangat tajam. Sejak awal tahun, rupiah sudah menguat 3,19% di hadapan dolar AS. 

Penguatan rupiah yang begitu tajam menjadikan mata uang ini rentan mengalami koreksi teknikal. Keuntungan yang sudah lumayan tentu menggoda pelaku pasar untuk mencairkannya. Rupiah pun rentan terkoreksi, dan itu bisa terjadi kapan saja. 

Apalagi ada sentimen kelima yang kurang mendukung penguatan rupiah yaitu kenaikan harga minyak. Pada pukul 05:44 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,94% dan light sweet bertambah 0,45%. 

Kenaikan harga minyak bukan kabar gembira buat rupiah. Saat harga minyak semakin mahal, maka biaya impornya akan naik sehingga menguras devisa. Neraca perdagangan dan transaksi berjalan akan terbeban, dan rupiah tidak punya modal untuk menguat. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 5)


Kemudian sentimen keenam yang perlu dicermati adalah rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Januari 2019. Bank Indonesia (BI) mencatat IKK pada bulan lalu sebesar 123,5. Konsumen masih optimistis karena nilainya di atas 100, tetapi optimismenya berkurang karena IKK pada bulan sebelumnya lebih tinggi yaitu 127. 


Porsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi pun turun dari 67,2% menjadi 66,8%. Lalu rasio untuk pembayaran cicilan naik dari 12,3% menjadi 13%. 

Memang ada unsur musiman yang menyebabkan penurunan IKK. Selepas Hari Natal, Tahun Baru, dan musim liburan pada Desember, konsumen kembali ke 'dunia nyata' pada Januari. Konsumsi yang turun setelah periode puncak adalah hal yang wajar. 

Namun bisa saja data ini menjadi sentimen negatif di pasar keuangan Indonesia, terutama bagi saham-saham barang konsumsi. Pelemahan sektor ini bisa menyeret IHSG secara keseluruhan ke zona merah. 

Sentimen ketujuh, masih dari dalam negeri, adalah rilis data cadangan devisa periode Januari 2019. Tren cadangan devisa selalu positif sejak Oktober 2018, dan sepertinya akan kembali terulang. 

Derasnya arus modal asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia selama  Januari membuat prospek cadangan devisa cukup cerah. Sepertinya kemungkinan cadangan devisa kembali naik cukup besar. 


Jika cadangan devisa bertambah lagi, maka bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah. Tambahan cadangan devisa berarti BI memiliki amunisi lebih untuk mengawal rupiah. Kalau sampai rupiah melemah, BI punya modal untuk melakukan intervensi sehingga pelemahannya tidak terlampau dalam.

Sentimen yang bisa mempengaruhi pasar hari ini cukup banyak. Semoga sentimen positif lebih mendominasi sehingga membawa IHSG, rupiah, dan pasar obligasi pemerintah kembali menguat. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 6)


Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
  • Rilis data pembacaan awal klaim tunjangan pengangguran AS untuk minggu yang berakhir pada 2 Februari 2019 (20:30 WIB).
  • Rilis data cadangan devisa Indonesia periode Januari 2019 (tentatif). 

Investor juga perlu mencermati aksi perusahaan yang akan diselenggarakan pada hari ini, yaitu:

PerusahaanJenis KegiatanWaktu
PT Sinergi Megah Internusa Tbk (NUSA)RUPSLB14:00 WIB
 
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

IndikatorTingkat
Pertumbuhan ekonomi (2018 YoY)5,17%
Inflasi (Januari 2019 YoY)2,82%
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2019)6%
Defisit anggaran (APBN 2019)-1,84% PDB
Transaksi berjalan (Q III-2018)-3,37% PDB
Neraca pembayaran (Q III-2018)-US$ 4,39 miliar
Cadangan devisa (Desember 2018)US$ 120,7 miliar

Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular