
Newsletter
Sentimen Berjubel, ke Mana Pasar Bergerak?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 February 2019 06:22

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu koreksi yang dialami Wall Street. Dikhawatirkan virus koreksi ini bisa menular ke Asia, termasuk Indonesia.
Sentimen kedua adalah hawa damai dagang AS-China yang semakin terasa. Menyusul pidato Trump kemarin, delegasi AS memastikan akan bertolak ke Beijing untuk melanjutkan dialog dagang.
"(Kepala Perwakilan Dagang AS) Robert Lighthizer dan saya bersama tim akan bertolak ke Beijing pekan depan. Kami berkomitmen untuk melanjutkan dialog, bekerja dengan segala upaya untuk mencapai kesepakatan. Itu yang menjadi tujuan kami," ungkap Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dalam wawancara bersama CNBC International.
Dalam pidatonya kemarin, Trump berpesan bahwa kesepakatan dagang dengan China harus meliputi perubahan struktural yang menghapuskan praktik yang tidak adil, mengurangi defisit perdagangan AS, dan melindungi lapangan kerja. Salah satu fokusnya adalah perlindungan terhadap kekayaan intelektual dan menghapus pemaksaan transfer teknologi bagi investasi asing di China.
"Kami juga fokus kepada perdagangan yang bebas dan adil bagi perusahaan-perusahaan AS sehingga bisa menurunkan defisit neraca perdagangan. Saya rasa tidak produktif kalau kita membahas apa hasil dari pertemuan ini nantinya, karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan," lanjut Mnuchin.
Sementara Lighthizer kemarin melakukan pertemuan dengan para anggota Komite Keuangan Senat AS. Lighthizer dikabarkan puas terhadap perkembangan dialog dagang dengan China. "
Dia optimistis. Hal lain, tetapi sedikit saja, yang juga disinggungnya adalah ada beberapa isu yang perlu diselesaikan dan itu sedang dikerjakan dengan serius," tutur Tim Scott, Anggota Senat Partai Republik dari South Carolina, mengutip Reuters.
Jalan menuju damai dagang AS-China semakin terbuka karena kedua pihak serius untuk menyelesaikan perbedaan di antara mereka. Sentimen ini bisa menjadi penggerak pasar yang signifikan, penggerak ke utara alias menguat. Sebab damai dagang AS-China akan membuat arus perdagangan dan rantai pasok global akan kembali pulih.
Sentimen ketiga adalah adanya risiko pemerintahan AS akan kembali mengalami penutupan (shutdown). Pasalnya, anggaran sementara yang disepakati beberapa waktu lalu akan segera paripurna pada 15 Februari. AS harus keluar dengan anggaran baru jika ingin menghindari shutdown.
Masalahnya, debat soal pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko masih belum putus. Dalam pidato State of the Union kemarin, Trump menegaskan bahwa dirinya akan membangun tembok itu meski hasilnya adalah investigasi dari Kongres. "Saya akan membangunnya," tegas Trump.
Namun, kubu oposisi Partai Demokrat masih keukeuh menolak rencana pembangunan tembok. "Perbatasan sudah dalam kondisi yang paling aman. Sudah cukup," tukas Pramila Jayapal, Anggota House of Representative dari Partai Demokrat melalui cuitan di Twitter.
AS baru saja melewati periode shutdown terlama sepanjang sejarah, yang mencapai lebih dari sebulan. Kini, Negeri Paman Sam berpotensi untuk mengalaminya lagi gara-gara masalah yang sama. To wall or not to wall.
Kalau pemerintahan tutup, maka sebenarnya yang rugi adalah perekonomian AS sendiri. Para abdi negara tidak mendapat gaji sehingga konsumsinya terhambat, kontrak-kontrak pemerintah dengan pihak swasta terbengkalai, berbagai layanan pemerintah untuk keperluan bisnis tidak tersedia, dan berbagai masalah lainnya.
Selama 5 pekan shutdown sebelumnya, Badan Anggaran Kongres AS memperkirakan kerugian ekonomi mencapai sekitar US$ 11 miliar. Pertumbuhan ekonomi AS berpotensi berkurang 0,02%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Sentimen kedua adalah hawa damai dagang AS-China yang semakin terasa. Menyusul pidato Trump kemarin, delegasi AS memastikan akan bertolak ke Beijing untuk melanjutkan dialog dagang.
"(Kepala Perwakilan Dagang AS) Robert Lighthizer dan saya bersama tim akan bertolak ke Beijing pekan depan. Kami berkomitmen untuk melanjutkan dialog, bekerja dengan segala upaya untuk mencapai kesepakatan. Itu yang menjadi tujuan kami," ungkap Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dalam wawancara bersama CNBC International.
Dalam pidatonya kemarin, Trump berpesan bahwa kesepakatan dagang dengan China harus meliputi perubahan struktural yang menghapuskan praktik yang tidak adil, mengurangi defisit perdagangan AS, dan melindungi lapangan kerja. Salah satu fokusnya adalah perlindungan terhadap kekayaan intelektual dan menghapus pemaksaan transfer teknologi bagi investasi asing di China.
"Kami juga fokus kepada perdagangan yang bebas dan adil bagi perusahaan-perusahaan AS sehingga bisa menurunkan defisit neraca perdagangan. Saya rasa tidak produktif kalau kita membahas apa hasil dari pertemuan ini nantinya, karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan," lanjut Mnuchin.
Sementara Lighthizer kemarin melakukan pertemuan dengan para anggota Komite Keuangan Senat AS. Lighthizer dikabarkan puas terhadap perkembangan dialog dagang dengan China. "
Dia optimistis. Hal lain, tetapi sedikit saja, yang juga disinggungnya adalah ada beberapa isu yang perlu diselesaikan dan itu sedang dikerjakan dengan serius," tutur Tim Scott, Anggota Senat Partai Republik dari South Carolina, mengutip Reuters.
Jalan menuju damai dagang AS-China semakin terbuka karena kedua pihak serius untuk menyelesaikan perbedaan di antara mereka. Sentimen ini bisa menjadi penggerak pasar yang signifikan, penggerak ke utara alias menguat. Sebab damai dagang AS-China akan membuat arus perdagangan dan rantai pasok global akan kembali pulih.
Sentimen ketiga adalah adanya risiko pemerintahan AS akan kembali mengalami penutupan (shutdown). Pasalnya, anggaran sementara yang disepakati beberapa waktu lalu akan segera paripurna pada 15 Februari. AS harus keluar dengan anggaran baru jika ingin menghindari shutdown.
Masalahnya, debat soal pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko masih belum putus. Dalam pidato State of the Union kemarin, Trump menegaskan bahwa dirinya akan membangun tembok itu meski hasilnya adalah investigasi dari Kongres. "Saya akan membangunnya," tegas Trump.
Namun, kubu oposisi Partai Demokrat masih keukeuh menolak rencana pembangunan tembok. "Perbatasan sudah dalam kondisi yang paling aman. Sudah cukup," tukas Pramila Jayapal, Anggota House of Representative dari Partai Demokrat melalui cuitan di Twitter.
AS baru saja melewati periode shutdown terlama sepanjang sejarah, yang mencapai lebih dari sebulan. Kini, Negeri Paman Sam berpotensi untuk mengalaminya lagi gara-gara masalah yang sama. To wall or not to wall.
Kalau pemerintahan tutup, maka sebenarnya yang rugi adalah perekonomian AS sendiri. Para abdi negara tidak mendapat gaji sehingga konsumsinya terhambat, kontrak-kontrak pemerintah dengan pihak swasta terbengkalai, berbagai layanan pemerintah untuk keperluan bisnis tidak tersedia, dan berbagai masalah lainnya.
Selama 5 pekan shutdown sebelumnya, Badan Anggaran Kongres AS memperkirakan kerugian ekonomi mencapai sekitar US$ 11 miliar. Pertumbuhan ekonomi AS berpotensi berkurang 0,02%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular