Newsletter

Indonesia Menunggu Kebangkitan Rupiah di Tengah Huru-Hara Dunia

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
26 March 2025 06:17
cover topik, fokus mudik lebaran 2025, mudik 2025, lebaran 2025
Foto: Cover Topik/ Fokus Mudik Lebaran/ Edward Ricardo
  • Pasar keuangan bergerak berlawanan, IHSG menguat sementara rupiah ambruk
  • Wall Street kompak menguat di tengah turunnya indeks kepercayaan konsumen AS
  • Sentimen data AS, dividen, dan mudik akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia- Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam pada perdagangan kemarin, Rabu (25/3/2025). Pasar saham menguat sementara  nilai tukr rupiah jeblok dan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) naik.

Pasar keuangan hari ini diharapkan kompak menguat. Selengkapnya mengenai proyeksi sentimen hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel in.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin ditutup melesat 1,21% ke level 6.235,62 pada perdagangan kemarin, Selasa (25/3/2025).

Sektor finansial memimpin kenaikan dengan lonjakan 3,30%, didorong oleh saham bank-bank pelat merah. Saham BBRI naik 5,26% ke Rp 3.800, BMRI melompat 6,28% ke Rp 4.740, dan BBNI naik 4,84% ke Rp 3.900 menjelang RUPS.

IHSG berbalik arah setelah kemarin sempat anjlok 1,55% ke 6.161,22 pada Selasa. Sentimen positif datang dari pengumuman struktur pengurus Danantara yang melibatkan para bankir dan investment banker.

Selain itu, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bank Mandiri serta sinyal meredanya kekhawatiran pasar AS terhadap kebijakan tarif Presiden  Amerika Serikat (AS) Donald rump turut mengangkat indeks. Kenaikan ini juga didorong oleh optimisme pelaku pasar terhadap potensi percepatan pemulihan ekonomi domestik di tengah ekspektasi stabilitas suku bunga BI dalam waktu dekat.

Investor asing akhirnya juga mencatat net buy setelah berkali-kali membukukan net sell selama berhari-hari. Net sell tercatat sebesar Rp 214,64 miliar.

Sebanyak 329 saham menguat, 265 menurun dan 202 stagnan. Transaksi mencapai 17,3 saham dengan nilai transaksi sebesar Rp 14,6 triliun.

Dari pasar valuta asing, nilai tukar rupiah melemah 0,24% ke Rp 16.590/US$ pada perdagangan hari kemarin (25/3/2025). Rupiah bahkan sempat menyentuh intraday di Rp 16.640/US$1 atau terendah sejak Maret 2020 dan mendekati level terendah sepanjang masa di Rp 16.800 pada Krisis 1998.

Pelemahan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan dolar AS untuk pembayaran utang luar negeri dan dividen. Indeks dolar AS (DXY) naik tipis 0,07% ke level 104,36.

Arus keluar modal dari pasar saham akibat ketidakpastian global turut menekan rupiah. Investor asing menarik dana dari pasar saham Indonesia akibat kebijakan tarif AS serta gejolak geopolitik.

Pelemahan rupiah ini diperkirakan akan menunda prospek penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia. Selain itu, volatilitas nilai tukar yang meningkat juga menekan sektor impor dan industri berbasis bahan baku impor, yang berpotensi mendorong tekanan inflasi dalam beberapa bulan mendatang.

Di pasar obligasi, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun ditutup di level 7,205%, naik dari posisi 7,176% kemarin. Pergerakan yield mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap ketidakpastian global dan kebijakan moneter ke depan.
Yield bergerak berlawanan terhadap harga SBN. Yield yang naik menunjukkan harga SBN yang melemah karena dijual investor.

Dari AS, bursa Wall Street kembali kompak menghijau pada akhir perdagangan Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Indeks Dow Jones menguat tipis 0,01% ke 42.587,5, indeks Nasdaq melesat 0,46% ke 18.271,85 sementara indeks S&P 500 menanjak 0,15% ke 5.776,65.

Indeks menguat seiring keyakinan investor jika Presiden Donald Trump akan membatasi kebijakan tarifnya.

Investor sebagian besar mengabaikan data kepercayaan konsumen Maret yang dirilis pada Selasa. Indeks menunjukkan penurunan tajam dalam pandangan jangka pendek konsumen AS terhadap pendapatan, bisnis, dan kondisi pekerjaan.

Indeks kepercayaan bulanan Conference Board turun ke 92,9, di bawah perkiraan 93,5 dari Dow Jones. Indikator ekspektasi jangka panjang jatuh ke 65,2, level terendah dalam 12 tahun terakhir dan jauh di bawah angka 80, yang biasanya dianggap sebagai sinyal resesi.

"Sentimen terus melemah di kalangan investor, konsumen, dan pelaku bisnis karena kekhawatiran ekonomi dan ketidakpastian kebijakan ekonomi mulai berdampak," kata Bret Kenwell, analis investasi AS di eToro. " kepada CNBC International.

"Sampai ada kepastian lebih lanjut terkait tarif dan faktor makroekonomi, sentimen serta kepercayaan tetap rentan," Imbuhnya.

Kenwell menyoroti bahwa laporan produk domestik bruto (PDB) dan pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) yang akan dirilis minggu ini serta laporan lapangan kerja minggu depan, dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi ekonomi.

Pasar saham AS belakangan ini mengalami tekanan karena kekhawatiran akan potensi kenaikan inflasi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi, terutama menjelang penerapan tarif resiprokal Presiden Donald Trump pada 2 April. Investor sempat merasa lega pada Senin setelah muncul laporan bahwa Gedung Putih mungkin akan mempersempit cakupan tarif yang akan diberlakukan.

Trump mengatakan kepada pers bahwa ia mungkin akan memberikan pengecualian kepada banyak negara pengecualian dari tarif resiprokal. Namun, ia juga menambahkan bahwa tarif untuk sektor tertentu, seperti farmasi dan otomotif, masih akan diberlakukan dalam waktu dekat.

Pelaku pasar akan melakukan transaksi perdagangan Maret dalam dua hari terakhir, hari ini dan besok. Sejumlah sentimen diperkirakan akan menggerakkan pasar hari ini mulai dari RUPST, mudik, hingga data-data dari Amerika Serikat.

Rupiah Tertekan Jelang Libur Panjang, Dekati Level Krisis 1998

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah signifikan pada perdagangan kemarin, Selasa (25/3/2025). Mata uang Garuda bahkan menyentuh level yang mendekati krisis finansial 1998 dan lebih buruk dibandingkan puncak pelemahan saat pandemi Covid-19.

Rupiah sudah melemah dalam tiga terakhir dengan pelemahan mencapai 0,72%. Sepanjang bulan ini, rupiah bahkan hanya mampu menguat tujuh hari sementara sisanya melemah.

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah terkoreksi 0,51% ke Rp16.635 per dolar AS pada pukul 10:13 WIB. Jika rupiah ditutup di level ini, maka menjadi penutupan terburuk sepanjang sejarah berdasarkan closing candle.

Namun, nilai tukar rupiah melemah 0,24% ke Rp 16.590/US$ pada perdagangan hari kemarin.

Pelemahan rupiah terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS (DXY) yang naik tipis 0,07% pagi kemarin, mempertahankan tren positif sejak 19 Maret 2025. Sentimen utama pelemahan rupiah berasal dari faktor eksternal, termasuk aliran dana asing yang terus keluar dari pasar keuangan domestik.

Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menyebut pelemahan ini terjadi karena aksi profit taking investor menjelang libur panjang, mengantisipasi ketidakpastian global. Sementara itu, Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana, menyoroti aksi net sell asing selama tujuh hari terakhir yang menandakan peralihan dana ke aset berbasis dolar AS.

Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan pada periode 17-20 Maret 2025, investor asing melakukan jual neto Rp4,25 triliun di pasar saham, meskipun masih mencatat beli neto Rp1,2 triliun di Surat Berharga Negara (SBN).

Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang, menambahkan bahwa kombinasi permintaan dolar tinggi untuk pembayaran utang luar negeri (ULN), impor BBM, serta pembagian dividen semakin menekan rupiah. "Dengan sentimen negatif global yang masih berlanjut, USD/IDR berpotensi menguji level resistensi 16.600 dalam waktu dekat," jelasnya.

Gejolak rupiah ini diperkirakan masih akan terjadi ke depan. Pasalnya, musim pembagian dividen masih berlangsung, ada kebutuhan menjelang libur panjang, serta antisipasi pemberlakua tarif Trump.

Kepala Ekonom Bank BCA, David Sumual menjelaskan pelemahan rupiah disebabkan oleh permintaan mata uang dolar AS yang cukup besar memasuki kuartal kedua.

"Masuk kuartal dua permintaan dolar AS cukup kuat untuk pembayaran utang dan dividen selain outflow dari pasar saham," ujar David kepada CNBC Indonesia, Selasa (25/3/2025).

Kepala Ekonom Fakhrul Fulvian Trimegah Sekuritas Indonesia juga melihat kondisi pelemahan rupiah ini sebagai overshooting.

Fakhrul melihat potensi overshooting mata uang ini akan sampai di level 16.800. Kendati demikian, tidak akan membawa goncangan yang signifikan untuk perekonomian domestik. Karena sebagian besar kewajiban debitur kakap Indonesia saat ini sudah dalam denominasi Rupiah.

"Namun, tetap ini menjadi wake up call bagi kita semua, bahwa kita tidak immune terhadap perlambatan ekonomi global dan komunikasi kebijakan yang tepat dari pemerintah diperlukan," ujarnya.

Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto mengatakan bahwa pelemahan rupiah kali ini terjadi bersamaan dengan aksi profit taking investor mengantisipasi libur panjang, karena mereka khawatir ada uncertainty terutama pada saat libur panjang.

Dari sisi eksternal, Myrdal menyampaikan bahwa soal perkembangan perang dagang antara AS dengan Meksiko dan Kanada yang mulai berlaku tanggal 2 April 2025 menjadi faktor lainnya.

Klaim Job dan Pertumbuhan Ekonomi AS
AS akan mengumumkan data klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 2 Maret 2025. K
laim awal tunjangan pengangguran di Amerika Serikat naik sebanyak 2.000 menjadi 223.000 pada minggu kedua bulan Maret, sedikit di bawah ekspektasi pasar yang diperkirakan sebesar 224.000. Meskipun mengalami kenaikan, angka ini tetap berada di level historis yang rendah.

Data penting lainnya adalah pengumuman final pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV-2024 yang akan dirilis pada hari ini. Ekonomi AS pada proyeksi awal tercatat tumbuh sebesar 2,3% secara tahunan pada kuartal keempat (Q4) 2024, pertumbuhan paling lambat dalam tiga kuartal, turun dari 3,1% pada Q3 dan sejalan dengan perkiraan awal.

Harga Batu Bara Ambruk
Harga batu bara terus ambruk ke level terendah dalam empat tahun terakhir. Harga batu bara saat ini ada di kisaran US$ 98-99 per ton. Level ini adalah yang terendah sejak  Mei 2021 atau di era pandemi Covid-19.

Melemahnya harga batu bara ini tentu saja akan menekan emiten yang bergerak di bidang pertambangan pasir hitam.

Perusahaan seperti PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Bukit Asam (PTBA), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), dan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk.

RUPST BBNI, Perubahan Strategi & Dividen Jadi Sorotan

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) hari ini, Rabu (26/3/2025), dengan sejumlah agenda strategis. S

alah satu keputusan penting yang ditunggu adalah pembagian dividen, di mana Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengusulkan peningkatan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menjadi 55%-60%, naik dari 50% tahun sebelumnya. Dengan demikian, nilai dividen diperkirakan lebih besar dari Rp280,49 per lembar saham tahun lalu.

Selain dividen, RUPST juga akan membahas perubahan susunan pengurus perusahaan serta persetujuan pembelian kembali saham (buyback). BNI berencana meningkatkan nilai buyback hingga Rp1,5 triliun atau maksimum 10% dari total modal disetor. Langkah ini dilakukan untuk menstabilkan harga saham BBNI yang mengalami tekanan sejak akhir tahun lalu akibat sentimen negatif global dan ketidakpastian makroekonomi Indonesia.

Fokus Transformasi & Pembagian Dividen, RUPST BBTN

Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) juga dijadwalkan menggelar RUPST hari ini (26/3/2025), dengan agenda utama terkait persetujuan akuisisi PT Bank Victoria Syariah (BVIS) sebagai bagian dari rencana pelepasan unit usaha syariah (UUS) BTN Syariah untuk menjadi Bank Umum Syariah (BUS).

Dalam prospektusnya, BTN merencanakan akuisisi seluruh saham BVIS dengan nilai mencapai Rp1,06 triliun. Saat ini, pemegang saham BVIS terdiri dari PT Victoria Investama Tbk. (80,18%), PT Bank Victoria International Tbk. (19,80%), dan Balai Harta Peninggalan Jakarta (0,0016%). Akuisisi ini akan dibiayai sepenuhnya dari dana internal BTN tanpa pinjaman dari pihak lain.

Selain akuisisi, RUPST BTN juga akan membahas penggunaan laba bersih tahun buku 2024, termasuk pembagian dividen. Persetujuan perubahan pengurus perseroan serta penetapan gaji, honorarium, dan insentif kinerja untuk direksi dan dewan komisaris tahun 2025 juga menjadi bagian dari agenda rapat.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

Amerika Serikat

  • RUPS Bank Negara Indonesia (10.00 WIB)

  • RUPST Bank Tabungan Negara

  • Bank Indonesia akan menggelar taklimat media mengena likuiditas perbankan (14.00 WIB)

  • Laporan Kinerja Samudera Indonesia Tahun Buku 2024 (16.00 WIB)

  • Konferensi perkembangan merger dan public expose XL Axiata

  • Press Conference RUPST & RUPSLB dan Public Expose 2025 PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (10.30 WIB)

  • 2-Year Note Auction/ Lelang obligasi tenor 2 tahun AS

  • Money Supply (Februari) / Jumlah uang beredar di AS

  • API Crude Oil Stock Change (21 Maret)/ Stok minyak mentah AS

  • MBA 30-Year Mortgage Rate (21 Maret)/ Suku bunga hipotek 30 tahun di AS

  • MBA Mortgage Applications (21 Maret) / Aplikasi hipotek

  • MBA Mortgage Market Index (21 Maret) / Indeks pasar hipotek AS

  • MBA Mortgage Refinance Index (21 Maret) / Indeks refinancing hipotek AS

  • MBA Purchase Index (21 Maret) / Indeks pembelian rumah di AS

Singapura

  • 5-Year Bond Auction / Lelang obligasi tenor 5 tahun Singapura

  • 6-Month T-Bill Auction / Lelang surat utang negara bertenor 6 bulan Singapura

  • Industrial Production MoM (Februari) / Produksi industri Singapura

  • Klaim pengangguran untuk pekan berakhir 2 Maret
  • Pertumbuhan ekonomi kuartal IV AS

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • RUPS BBNI

  • RUPS SDRA

  • RUPS PALM

  • RUPS CCSI

  • RUPS HAIS

  • RUPS BBTN

  • Public Expose CCSI

  • Public Expose SDRA

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular