Angin Segar dari The Fed, RI Siap-siap Kebanjiran Dana Asing

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
31 January 2019 14:24
Keputusan Federal Reserve menahan bunga acuan dan mengungkapkan arah kebijakan moneter yang lebih dovish akan berdampak positif
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (REUTERS/Leah Millis)
Jakarta, CNBC Indonesia - Keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve menahan bunga acuan dan mengungkapkan arah kebijakan moneter yang lebih lunak atau dovish, Rabu (30/1/2019), akan membawa dampak positif bagi pasar negara berkembang seperti Indonesia, menurut beberapa ekonom.

The Fed menahan bunga acuannya, federal funds rate, di kisaran 2,25%-2,5% sebagaimana yang sudah diperkirakan pasar. Selain itu, bank sentral juga mengatakan akan lebih sabar dalam kebijakan peningkatan suku bunganya.


"Peluang kenaikan suku bunga telah melemah," kata Powell dalam konferensi pers setelah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) selama dua hari berakhir, dilansir dari CNBC International.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memproyeksikan bank sentral AS tahun ini tidak akan segaresif di 2018 saat menaikkan bunga acuannya hingga empat kali. Sikap The Fed yang lebih lunak ini terjadi setelah pertumbuhan AS diperkirakan melambat di kuartal keempat 2018.

The Fed Semakin Dovish, RI Siap-siap Ketiban Dana AsingFoto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Alex Brandon)

"Dari ekspektasi tersebut, dampaknya positif ke emerging markets terutama dari capital inflows," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (31/1/2019).

Ia mencatat bahwa sudah ada sekitar US$20 triliun aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia sepanjang tahun ini yang menurutnya cukup besar.

Hal senada diungkapkan Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro yang juga menggarisbawahi pernyataan The Fed bahwa normalisasi balance sheet atau neracanya akan bersifat fleksibel.


The Fed sedang berupaya merampingkan neracanya yang menggelembung sejak krisis keuangan 2008 dengan cara melepas surat-surat berharga yang dimilikinya ke pasar. Penjualan tersebut otomatis menyedot ketersediaan likuiditas di pasar.

"Ini berarti likuiditas global masih banyak ke depannya," kata Satria saat dihubungi CNBC Indonesia.

"Normalisasi balance sheet mengurangi jumlah uang beredar di pasar sehingga biasanya berdampak ke emerging markets, termasuk Indonesia," ujarnya. "Jadi, ke depannya mestinya dari sisi outlook dana asing masih cukup deras masuk tidak hanya ke Indonesia tapi juga emerging markets."

Simak video pernyataan arah kebijakan The Fed berikut ini.

(dru) Next Article Simak Risalah Terbaru The Fed, Suku Bunga Naik Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular