Dunia Perlu Waspada, Perlambatan Ekonomi Global Kian Nyata

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
12 February 2019 12:48
Dunia Perlu Waspada, Perlambatan Ekonomi Global Kian Nyata
Foto: wanita mengambil selfie saat tur lain di Yu Garden dihiasi dengan patung babi untuk Tahun Baru Imlek di Shanghai. Pertumbuhan ekonomi China 2018 jatuh ke level terendah tiga dekade saat aktivitas mereda di tengah perang tarif dengan Washington. (Chinatopix via AP)
Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Inggris melambat secara signifikan di akhir 2018 akibat ketidakpastian Brexit yang menyeret turun investasi serta menurunnya pertumbuhan ekonomi global.

Laju pertumbuhan ekonominya turun ke 0,2% di kuartal terakhir tahun lalu dari 0,6% di kuartal sebelumnya. Sepanjang 2018, pertumbuhan turun ke level terendah sejak 2012 menjadi 1,4%, dari 1,8% pada 2017.

Inggris hanyalah satu dari contoh melambatnya raksasa ekonomi dunia dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini membuat pasar keuangan dunia lesu karena ekonomi yang lambat berarti melemahnya permintaan yang berdampak pada kinerja emiten dan kelangsungan pembayaran utang mereka.

Tanda-tandanya mulai jelas terlihat. China mencatatkan pertumbuhan ekonomi terlemah sejak hampir 30 tahun terakhir, Eropa memangkas proyeksi pertumbuhan, ekspor Jerman lesu, Italia resesi, dan Jepang terkontraksi.


Amerika Serikat (AS) memang masih menunjukkan daya tahannya namun beberapa data ekonomi terakhir terlihat suram.

Bulan lalu, Bank Dunia (World Bank) juga memprediksikan perekonomian global akan tumbuh melambat ke 2,9% di tahun ini dibandingkan 3% di 2018.

Tak lama setelahnya Dana Moneter Internasional (IMF) mengumumkan revisi untuk proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 3,5% di 2019 dari 3,7% yang diumumkan di Oktober lalu.

Dunia Perlu Waspada, Perlambatan Ekonomi Global Kian NyataFoto: Infografis/infografis pdb china 2018 tumbuh paling rendah sejak 1990/Aristya Rahadian Krisabella

Pemangkasan itu dipicu oleh sejumlah faktor, mulai dari perlambatan ekonomi di Eropa dan China, perang dagang AS-China, dan ketidakpastian Brexit.

IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di Uni Eropa melambat dari 1,8% menjadi 1,6% pada 2019 dan negara-negara berkembang menjadi 4,5% atau turun 0,2% dibandingkan proyeksi sebelumnya.


"Emerging market dan negara maju telah diuji oleh kondisi eksternal yang sulit beberapa bulan terakhir di tengah ketegangan perdagangan, kenaikan suku bunga acuan AS, penguatan dolar AS, arus modal keluar, dan harga minyak yang tidak menentu," tulis IMF.

Lembaga ini juga saat itu menggarisbawahi pelemahan ekonomi China yang lebih dalam dari perkiraan dan kemungkinan Brexit tanpa kesepakatan atau no deal sebagai risiko dari poyeksinya yang dapat memperparah guncangan di pasar keuangan.

BERLANJUT KE HALAMAN DUA

China, ekonomi terbesar kedua di dunia dan motor perdagangan internasional, hanya mampu tumbuh 6,6% tahun lalu. Ini adalah laju terlemahnya sejak 1990.

Perlambatan ekonomi China membuat was-was seluruh dunia. Sebab, ekonomi yang melambat berarti menurunnya permintaan berbagai komoditas dari negara itu. Akibatnya, negara-negara yang menjadi rekan dagangnya akan ikut terimbas.

Kondisi ini membuat pasar keuangan global digelayuti awan hitam.

Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde di Davos memperingatkan perlambatan ekonomi China bisa menimbulkan risiko besar jika penurunan terus terjadi dan semakin cepat.


"Jika perlambatan terlalu cepat, itu akan menjadi masalah nyata baik di dalam negeri dan mungkin pada basis yang lebih sistemik," ujarnya.

Lesunya China menular ke negara tetangga, Jepang. Perekonomian Jepang menyusut atau tumbuh negatif hingga 0,6% di kuartal ketiga tahun lalu, lebih dalam dari perkiraan awal, yaitu kontraksi sebesar 0,3%.

Padahal, di kuartal sebelumnya produk domestik bruto (PDB) negara tersebut masih mampu tumbuh 0,7%.

Para ekonom saat itu melihat hal ini sebagai kontraksi teknis sementara akibat berbagai bencana alam yang melanda negara itu dan indikator ekonomi terbaru memperlihatkan ekonomi akan tumbuh pada kuartal keempat.

Namun, potensi meruncingnya ketegangan perdagangan yang dipimpin Amerika Serikat (AS) menjadi risiko besar bagi ekonomi Jepang yang sangat mengandalkan ekspor.

Dunia Perlu Waspada, Perlambatan Ekonomi Global Kian NyataFoto: REUTERS/Henry Romero

Tak cuma Jepang, Jerman, ekonomi terbesar di Eropa, juga terpukul perang dagang. Ekonomi Jerman tumbuh 1,5% pada tahun 2018, tingkat terlemah dalam lima tahun terakhir, menurut perkiraan awal dari Kantor Statistik Federal, pertengahan bulan lalu.

Untuk tahun 2019, Komisi Eropa memproyeksikan perekonomian Jerman hanya tumbuh 1,1%, turun dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 1,8%.

IMF juga memangkas proyeksi pertumbuhan Jerman menjadi hanya 1,3% pada tahun ini, turun jauh dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 1,9%.

Melambatnya Jerman pada akhirnya menjadi alasan Komisi Eropa menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Uni Eropa. Komisi Eropa, yang merupakan lembaga eksekutif UE, kini memperkirakan zona mata uang tunggal itu akan tumbuh 1,3% di 2019 dari 1,9% yang diperkirakan di November.



Seolah belum cukup, Italia juga dilanda resesi setelah ekonominya terkontraksi dalam dua kuartal beruntun.

Ekonomi Italia terkontraksi 0,2% di kuartal keempat setelah turun 0,1% pada kuartal ketiga. Komisi Eropa pun memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Negeri Pizza di 2019 menjadi 0,2%, anjlok dari 1% di 2018.

Bursa-bursa utama Eropa pun ramai-ramai terjun bebas setelah penurunan proyeksi pertumbuhan UE itu. Indeks FTSE 100 di London anjlok 1,11%, indeks DAX di Frankfurt amblas 2,67%, dan indeks CAC 40 di Paris rontok 1,84%.

Indeks Eropa Stoxx 600 ditutup turun tajam 1,36% dengan seluruh sektor dan bursa utama berada di zona negatif, Kamis (7/2/2019).
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular