Mau Inflasi RI Tak 'Gila' Kayak China? Cabe-cabean Kuncinya!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 November 2021 10:55
Penjualan Cabe Rawit di Pasar Kramat Jati, Jakarta. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Penjualan Cabe Rawit di Pasar Kramat Jati, Jakarta. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) mereda di berbagai negara. Seiring peningkatan aktivitas dan mobilitas masyarakat, permintaan pun melesat.

Plus ada 'pemain' baru yaitu krisis energi. Kenaikan harga komoditas energi seperti gas alam, minyak bumi, sampai batu bara membuat biaya produksi terdongkrak. Ditambah dengan tingginya permintaan, harga yang dibayar konsumen jadi lebih mahal.

Hasilnya, laju inflasi di berbagai negara mengalami akselerasi. Di Amerika Serikat (AS), misalnya, laju inflasi pada Oktober 2021 mencapai 6.2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Ini adalah rekor tercepat sejak Oktober 1990.

Di China, inflasi bulan lalu tercatat 1,5% yoy. Ini adalah yang tertinggi sejak September 2020.

Halaman Selanjutnya --> Harga Pangan Dunia Ukir Rekor Baru

Salah satu penyebab lesatan inflasi adalah kenaikan harga pangan. Organisasi Pangan dan Agrikultur Dunia (FAO) melaporkan Indeks Harga Pangan atau Food Price Index pada Oktober 2021 berada di 133,2. Melonjak 3,9 poin dari bulan sebelumnya sekaligus menjadi yang tertinggi sejak Juli 2011.

"Indeks Harga Pangan naik selama tiga bulan beruntun dan pada Oktober berada di level tertinggi sejak Juli 2011. Kenaikan indeks pada Oktober disebabkan oleh kelompok minyak nabati dan seralia," sebut keterangan FAO.


Pada Oktober 2021, indeks harga minyak nabati ada di 184,8, meroket 16,3 poin dari bulan sebelumnya dan menjadi rekor tertinggi sepanjang masa. Penyumbang terbesarnya antara lain minyak sawit, minyak kedelai, dan minyak biji bunga matahari.

"Harga minyak sawit naik empat bulan beruntun karena kekhawatiran kekurangan pasokan, terutama di Malaysia, akibat kekurangan pekerja. Permintaan pun meningkat karena India menurunkan bea masuk," lanjut laporan FAO.

Halaman Selanjutnya --> Harga Sembako di Indonesia Merangkak Naik

Bagaimana dengan Indonesia? Apakah harga sembako juga terpantau naik?

Mengutip laporan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis, harga rata-rata nasional minyak goreng kemasan bermerk per 11 November 2021 adalah Rp 18.500/kg. Naik8,82% dibandingkan posisi sebulan sebelumnya. Sepertinya kenaikan harga minyak sawit (yang menjadi bahan baku minyak goreng) juga terasa di Tanah Air.

Kemudian harga cabai merah besar per 11 November 2021 adalah Rp 37.550/kg. Melonjak 11,42% dalam sebulan.

Lalu harga cabai merah keriting pada 11 November 2021 ada di Rp 42.200/kg. Meroket 21,09% dari posisi sebulan lalu.

Harga gula pasir pun terpantau naik. Pada 11 November 2021, harga gula pasir lokal adalah Rp 13.00/kg, naik tipis 0,38% selama sebulan.

Telur ayam ras juga menjadi komoditas yang mengalami kenaikan. Per 11 November 2021, harga rata-rata nasional telur ayam ras adalah Rp 25.900/kg. Naik 11,88% dibandingkan sebulan sebelumnya.

Oleh karena itu, Indonesia juga harus waspada. Inflasi yang 'menggila' di AS dan China bukan tidak mungkin bakal terjadi di Nusantara.

Kemungkinan cabai-cabaian yang bakal mengerek inflasi dalam negeri. Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan perlu mewaspadai risiko ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular