Harga Minyak Goreng 'Terbang', Pedagang Kebingungan!

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
10 November 2021 18:00
Pekerja memasukkan minyak goreng curah kedalam jiregen minyak di toko agen minyak goreng curah di kawasan Cipete, Jakarta, 29/10. Di tengah mahalnya harga minyak goreng (migor) karena kenaikan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) hingga 35 persen, membuat industri sawit nasional untung besar. Minyak goreng curah di Jakarta mengalami kenaikan. Untuk satu jeriken ukuran 17 kg dijual dengan harga Rp299.000. Mengutip dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, Senin (25/10/2021), jenis minyak goreng yang mengalami lonjakan adalah minyak goreng kemasan bermerek 1, minyak goreng kemasan bermerek 2, serta minyak goreng curah. Di pasar tradisional kenaikan berkisar Rp 2 ribu sampai Rp 4 ribu per liternya. Harga minyak goreng naik serempak, baik curah maupun kemasan bermerek.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Minyak Goreng Curah (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak goreng di tingkat pasar terus meningkat, hingga Oktober ini sudah menyentuh rata-rata Rp 20.000 per liter. Menurut Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri kenaikan ini sudah terjadi dari enam bulan lalu.

"Kalau kenaikan di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) sudah dari enam bulan lalu. Nggak sinkron memang harganya," kata Abdullah kepada CNBC Indonesia, Rabu (10/11/2021).

HET minyak goreng berada di kisaran Rp 12 - 13 ribu, seharusnya walaupun ada kenaikan tidak akan jauh dari harga patokan. Tapi menurut Abdullah kenaikan ini sudah tidak wajar karena harga sudah meroket hingga Rp 19 ribu.

Dari informasi yang ia himpun, penjelasan kenaikan harga ini disebabkan sektor hulu, dimana harga Crude Palm Oil (CPO) yang juga meningkat. Namun ada juga potensi kerusakan hasil produksi minyak goreng.

"Kami kroscek juga di industri sawit banyak (produksi) yang rusak. Lepas itu semua negeri kita itu kaya akan sawit. Kenaikan ini tentu tidak masuk akal," jelasnya

Padahal saat ini belum memasuki fase permintaan minyak goreng tertinggi, dimana menurut Abdullah itu terjadi pada Desember nanti hingga pertengahan tahun.

Dia meminta semua pihak dari hulu hingga hilir industri minyak goreng tidak bermain pada ruang kekacauan ini. Makanya dia meminta pemerintah untuk mengawasi dan proteksi tidak ada mafia yang bermain.

"Kemungkinan itu ada (penimbunan minyak goreng), makanya harus diawasi supaya tidak ada pihak yang bermain," katanya.

Selain itu dia meminta pemerintah dan stakeholder terkait duduk bersama, untuk membahas permasalahan ini. Jika masih ada stok lama yang tersimpan dia meminta untuk segera di jual dengan harga mengacu HET.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Minyak Goreng Effect, Harga Komoditas Pangan Lain Ikutan Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular