Inikah Senjata Sri Mulyani untuk Melawan Virus Corona?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 February 2020 06:58
Inikah Senjata Sri Mulyani untuk Melawan Virus Corona?
Rumah Sakit Virus Corona. (Chinatopix via AP)
Jakarta, CNBC Indonesia - Penyebaran virus corona yang semakin menggila membuat dunia bersiaga. Tidak terkecuali para pengambil kebijakan di bidang ekonomi.

Virus corona memang bermula dari China, kasus terbanyak juga terjadi di Negeri Tirai Bambu. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada Selasa (18/2/2019) pukul 21:53 WIB, jumlah kasus Corona di seluruh dunia mencapai 73.337. Sebanyak 72.439 kasus adalah di China.

Virus mematikan berkeliaran di China, dan membuat aktivitas masyarakat lesu. Bahkan di Beijing, mereka yang baru pulang dari mudik Tahun Baru Imlek wajib melakukan karantina swadaya dengan berdiam diri di rumah selama dua pekan.


Roda ekonomi yang berjalan lambat membuat pertumbuhan ekonomi China hampir pasti ikut tergerus. Nicholas Lardy, Senior Fellow di Peterson Institute for International Economics yang berbasis di Washington, memperkirakan pertumbuhan ekonomi China pada kuartal I-2019 bisa melambat hingga ke 4%. Sementara riset S&P memperkirakan pertumbuhan ekonomi China sepanjang 2020 di kisaran 5%.



Kala perekonomian China melambat, maka seluruh dunia juga akan merasakan hal yang sama. Sebab, China memainkan peran yang sangat penting di percaturan ekonomi global.

Ma Tieying, Ekonom DBS, menyoroti bahwa peran China di perekonomian dunia semakin penting. China menyumbang 30-40% dari total ekspor produk tekstil dan alas kaki global. Selain itu, sekitar 20% ekspor mesin dan peralatan listrik dunia berasal dari Negeri Tirai Bambu.

Inikah Senjata Sri Mulyani untuk Melawan Virus Corona?DBS



[Gambas:Video CNBC]



Virus corona yang membuat manufaktur China terhambat tentu akan merusak rantai pasok global. Negara-negara yang selama ini tergantung dengan bahan baku atau barang modal dari China tentu menjadi yang parah merasakan dampaknya.

Indonesia adalah salah satu negara tersebut. Gangguan pasokan dari China akan membuat investasi di Indonesia lesu.

"Investasi akan terpukul ketika ada gangguan di China. Sekitar 50% impor Indonesia dari China adalah produk-produk manufaktur yang menjadi bahan baku/penolong untuk industri dalam negeri. Jadi ketika risiko gangguan rantai pasok di China semakin besar akibat penyebaran virus Corona, maka akan mempengaruhi pertumbuhan investasi di Indonesia," jelas Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas.


Sepertinya Indonesia akan sulit mengandalkan investasi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Lebih-lebih ekspor, karena China adalah negara tujuan ekspor utama Indonesia. Wong permintaan dari China bakal lesu kok...

Jadi faktor domestik memang peranan yang sangat krusial. Terutama konsumsi rumah tangga, yang menyumbang hampir 60% dari pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Untuk menjaga dan bahkan meningkatkan konsumsi rumah tangga, kebijakan fiskal bisa memberi perangsang. Satria menyebutkan tiga opsi kebijakan yang dapat ditempuh pemerintah yaitu:
1. Menurunkan harga batas atas tiket pesawat udara untuk menggenjot pariwisata dan menggerakkan perekonomian di daerah.
2. Penyesuaian besaran Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
3. Stimulus ke sektor-sektor yang berperan besar menggerakkan perekonomian, misalnya properti.



Menarik untuk melihat sedikit lebih dalam mengenai penyesuaian PTKP. Ketika besaran PTKP dinaikkan, maka masyarakat akan punya daya beli lebih karena berkurangnya setoran pajak.

PTKP adalah batasan penghasilan yang bebas dari Pajak Penghasilan (PPh). Saat ini batasannya adalah Rp 54 juta/tahun untuk yang jomblo, eh lajang. Atau Rp 4,5 juta/bulan.

Jadi kalau Anda bergaji maksimal Rp 4,5 juta/bulan, maka tidak perlu bayar PPh. Atau jika gaji Anda lebih dari itu, maka gaji per bulan dikurangi Rp 4,5 juta adalah penghasilan yang menjadi objek PPh. Hasil pengurangan itu dikalikan dengan tarif adalah setoran PPh yang menjadi hak negara.

Besaran PTKP berubah sesuai dinamika perekonomian. Kala ada kebutuhan, PTKP bisa disesuaikan.

Pada 2001, PTKP masih Rp 2,88 juta/tahun. Lalu pada 2019 dinaikkan menjadi Rp 15,84 juta/tahun. Kemudian pada 2013 naik lagi ke Rp 24,3 juta/tahun, 2015 naik ke Rp 36 juta/tahun, dan 2016 naik ke Rp 54 juta/tahun. Besaran PTKP belum berubah sejak empat tahun lalu.




Kalau PTKP dinaikkan berarti bagian negara dari penghasilan pekerja berkurang. Gaji yang diterima menjadi lebih besar karena bagian yang dipotong pajak lebih sedikit. Atau bisa saja penghasilan tidak kena PPh, karena sudah di bawah PTKP baru.

Hasilnya, masyarakat akan punya uang lebih untuk dikonsumsi. Ingat, konsumsi adalah nyawa dari PDB. Ketika konsumsi meningkat, maka niscaya ekonomi akan tumbuh tinggi.

Pada 2016, pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 5,03%. Jauh membaik ketimbang tahun sebelumnya yaitu 4,88%.




Konsumsi rumah tangga pada 2016 tumbuh 5,01% sementara 2015 hanya tumbuh 4,96%. Sepertinya kenaikan PTKP yang berlaku mulai 27 Juni 2016 menjadi salah satu penyebab lonjakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga.

Mengutip kajian Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA), kenaikan PTKP pada 2016 menghasilkan 'uang kaget' Rp 16,8 triliun di kantong pekerja Indonesia. Uang yang awalnya menjadi jatah pemerintah itu bisa dinikmati masyarakat sehingga konsumsi terdongkrak.

Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, Menteri Keuangan kala itu, menilai tantangan perekonomian 2016 tidak mudah. Dari sisi eksternal, ketidakpastian begitu tinggi karena rakyat Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa (Brexit) melalui referendum. Lalu di AS, sosok kontroversial bernama Donald Trump terpilih menjadi presiden.

"PTKP disesuaikan untuk meningkatkan daya beli masyarakat dalam bentuk stimulus pajak. karena potensi pertumbuhan ekonomi mengalami hambatan. Kita harus menjaga pertumbuhan konsumsi rumah tangga," kata Bambang dalam rapat dengan Komisi XI DPR pada 11 April 2016.

Kini, hadir tantangan baru bernama virus Corona. Seperti pada 2016, ekspor dan investasi belum bisa diandalkan sehingga konsumsi rumah tangga harus menjadi motor pendorong pertumbuhan ekonomi.

Apakah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akan memilih kenaikan PTKP sebagai 'senjata' untuk melawan virus Corona? Menarik untuk dinanti...



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular