
Internasional
Terduga Dalang Pembunuhan Khashoggi Pimpin Aksi Lewat Skype
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
23 October 2018 18:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Ia menjalankan media sosial untuk Pangeran Mahkota Arab Saudi. Ia mendalangi penangkapan ratusan tokoh elit negara. Ia menahan Perdana Menteri Libanon. Kemudian, menurut dua narasumber yang dilansir dari Reuters, ia juga menjalankan pembunuhan brutal terhadap Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul dengan memberi perintah lewat Skype.
Saud al-Qahtani, ajudan terbaik Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman, adalah salah satu nama yang mencuat di balik kematian Khashoggi. Pada hari Sabtu (20/10/2018), media negara Arab berkata Raja Salman telah memecat Qahtani dan empat pejabat lainnya karena pembunuhan yang dilakukan oleh sebuah tim beranggotakan 15 orang.
Namun, pengaruh Qahtani di kubu pangeran mahkota sangatlah kuat selama tiga tahun terakhir. Kekuatannya berada di posisi kedua setelah bosnya. Maka dari itu, sulit bagi para pejabat Saudi untuk menuding Qahtani sebagai dalang pembunuhan tanpa menimbulkan pertanyaan tentang keterlibatan Pangeran Mohammed, menurut beberapa narasumber yang terhubung dengan istana kerajaan.
"Peristiwa ini tidak akan menjatuhkan MbS [akronim nama panjang pangeran mahkota], tetapi telah mencemari citranya yang akan membutuhkan waktu lama untuk diperbaiki jika memang bisa. Raja melindunginya," kata salah satu narasumber yang memiliki koneksi dengan istana kerajaan.
Qahtani sendiri pernah berkata dia tidak akan melakukan apapun tanpa persetujuan bosnya.
"Apakah menurut Anda saya membuat keputusan tanpa arahan? Saya seorang karyawan dan seorang pelaksana yang setia terhadap perintah tuanku raja dan tuanku pangeran mahkota yang setia," tulis Qahtani di Twitter musim panas lalu.
Qahtani tidak merespons permintaan komentar dari Reuters. Kolom biografi di akun Twitternya juga berubah beberapa hari belakangan ini, dari penasehat kerajaan menjadi kepala Federasi Saudi untuk Keamanan Siber, Pemrograman dan Drone. Dia pernah menjabat posisi tersebut sebelumnya.
Pangeran Mohammed tidak mengetahui operasi yang menyebabkan kematian Khashoggi dan "tentu saja tidak memerintahkan penculikan atau pembunuhan siapapun," kata seorang pejabat Saudi pada hari Sabtu. Para pejabat di Riyadh tidak bisa dihubungi untuk berkomentar lebih lanjut.
Saat krisis meningkat selama tiga pekan terakhir, respons Arab Saudi terkait nasib Khashoggi berubah-ubah. Pertama, pemerintah membantah kematiannya, kemudian mengatakan bahwa dia tewas dalam sebuah baku hantam di konsulat. Sekarang, mereka menyebut kematian itu disebabkan oleh cekikan.
Seorang pejabat senior Saudi berkata kepada Reuters bahwa para pembunuh mencoba menutupi apa yang terjadi. Mereka berpendapat bahwa kebenaran baru muncul sekarang. Turki menolak versi cerita itu dengan berkata mereka memiliki rekaman suara tentang apa yang terjadi.
Dalam setahun terakhir, kerajaan ini menghadapi berbagai krisis termasuk penculikan singkat yang dilakukan pangeran mahkota terhadap Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri di tahun 2017. Hariri juga dipermalukan secara lisan dan dipukuli, menurut delapan narasumber diplomatik Saudi, Arab, dan Barat. Pria yang memimpin interogasinya, tak lain tak bukan, adalah Saud al-Qahtani.
Prancis turun tangan untuk membebaskan Hariri, tetapi pemerintah Barat tidak menyalahkan Riyadh karena menahan seorang pemimpin pemerintahan. Pangeran Mohammed pun bisa muncul ke hadapan publik dengan berani, menurut para narasumber Saudi.
Namun kini kasusnya berbeda. Pasalnya, beberapa pemerintah Barat semakin mengkritisi pembunuhan ini dan penjelasan Saudi.
Jerman sudah mengumumkan akan menghentikan penjualan senjata. Sementara Inggris, Prancis, dan Jerman mengeluarkan pernyataan bersama yang menuntut "klarifikasi segera tentang apa yang terjadi di tanggal 2 Oktober".
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pun berkata dia tidak puas dengan investigasi Saudi. Namun, dia tidak mau membahayakan penjualan senjata AS ke negara itu.
NEXT
Saud al-Qahtani, ajudan terbaik Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman, adalah salah satu nama yang mencuat di balik kematian Khashoggi. Pada hari Sabtu (20/10/2018), media negara Arab berkata Raja Salman telah memecat Qahtani dan empat pejabat lainnya karena pembunuhan yang dilakukan oleh sebuah tim beranggotakan 15 orang.
Namun, pengaruh Qahtani di kubu pangeran mahkota sangatlah kuat selama tiga tahun terakhir. Kekuatannya berada di posisi kedua setelah bosnya. Maka dari itu, sulit bagi para pejabat Saudi untuk menuding Qahtani sebagai dalang pembunuhan tanpa menimbulkan pertanyaan tentang keterlibatan Pangeran Mohammed, menurut beberapa narasumber yang terhubung dengan istana kerajaan.
Qahtani sendiri pernah berkata dia tidak akan melakukan apapun tanpa persetujuan bosnya.
"Apakah menurut Anda saya membuat keputusan tanpa arahan? Saya seorang karyawan dan seorang pelaksana yang setia terhadap perintah tuanku raja dan tuanku pangeran mahkota yang setia," tulis Qahtani di Twitter musim panas lalu.
Qahtani tidak merespons permintaan komentar dari Reuters. Kolom biografi di akun Twitternya juga berubah beberapa hari belakangan ini, dari penasehat kerajaan menjadi kepala Federasi Saudi untuk Keamanan Siber, Pemrograman dan Drone. Dia pernah menjabat posisi tersebut sebelumnya.
Pangeran Mohammed tidak mengetahui operasi yang menyebabkan kematian Khashoggi dan "tentu saja tidak memerintahkan penculikan atau pembunuhan siapapun," kata seorang pejabat Saudi pada hari Sabtu. Para pejabat di Riyadh tidak bisa dihubungi untuk berkomentar lebih lanjut.
Saat krisis meningkat selama tiga pekan terakhir, respons Arab Saudi terkait nasib Khashoggi berubah-ubah. Pertama, pemerintah membantah kematiannya, kemudian mengatakan bahwa dia tewas dalam sebuah baku hantam di konsulat. Sekarang, mereka menyebut kematian itu disebabkan oleh cekikan.
Seorang pejabat senior Saudi berkata kepada Reuters bahwa para pembunuh mencoba menutupi apa yang terjadi. Mereka berpendapat bahwa kebenaran baru muncul sekarang. Turki menolak versi cerita itu dengan berkata mereka memiliki rekaman suara tentang apa yang terjadi.
Dalam setahun terakhir, kerajaan ini menghadapi berbagai krisis termasuk penculikan singkat yang dilakukan pangeran mahkota terhadap Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri di tahun 2017. Hariri juga dipermalukan secara lisan dan dipukuli, menurut delapan narasumber diplomatik Saudi, Arab, dan Barat. Pria yang memimpin interogasinya, tak lain tak bukan, adalah Saud al-Qahtani.
Prancis turun tangan untuk membebaskan Hariri, tetapi pemerintah Barat tidak menyalahkan Riyadh karena menahan seorang pemimpin pemerintahan. Pangeran Mohammed pun bisa muncul ke hadapan publik dengan berani, menurut para narasumber Saudi.
Namun kini kasusnya berbeda. Pasalnya, beberapa pemerintah Barat semakin mengkritisi pembunuhan ini dan penjelasan Saudi.
Jerman sudah mengumumkan akan menghentikan penjualan senjata. Sementara Inggris, Prancis, dan Jerman mengeluarkan pernyataan bersama yang menuntut "klarifikasi segera tentang apa yang terjadi di tanggal 2 Oktober".
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pun berkata dia tidak puas dengan investigasi Saudi. Namun, dia tidak mau membahayakan penjualan senjata AS ke negara itu.
NEXT
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular