Internasional
Perang Dagang, China Tak Bisa Hindari Sejumlah Produk AS
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
06 July 2018 16:58

Beijing, CNBC Indonesia - Beijing menyerang balik setelah Amerika Serikat (AS) memberlakukan tarif ke produk-produk China senilai US$34 miliar (Rp 489,6 triliun) pada hari Jumat (6/7/2018).
Negara Tirai Bambu menerapkan tarif ke 545 produk AS dengan nilai yang sama, termasuk produk pertanian, kendaraan dan perairan. Produk lain yang masuk ke dalam daftar untuk nantinya dikenakan tarif termasuk minyak mentah, kata Beijing sebelumnya.
Di permukaan, keputusan Beijing menargetkan komoditas mungkin nampak seperti tindakan berani secara strategis. Secara definisi, komoditas tidak dapat terganti, jadi pasar China harus bisa menukar impor dari AS dengan impor dari negara lain. Namun, kemungkinan hal itu tidak terlalu berhasil bagi China, menurut para pakar.
"Gambarannya sedikit lebih berbeda," kata Caroline Bain selaku Kepala Ekonom Komoditas di konsultan penelitian Capital Economics yang dikutip dari CNBC International.
Misalnya saja kedelai. Ekspor AS menyumbang 40% dari seluruh perdagangan kedelai internasional. Sementara itu, China mengimpor sekitar 60% dari seluruh pasar kedelai global.
Dengan kata lain, AS adalah pemasok penting bagi China, tetapi tarif Beijing pada tanggal 6 Juli akan memasukkan bea impor 25% terhadap kedelai Amerika.
Brasil sudah memasok sekitar setengah dari impor kedelai China, dan para konsumen China membeli lebih banyak dan lebih awal dari negara Amerika Selatan itu tahun ini, kata Bain.
Dalam sebuah pertanda bahwa China berencana meningkatkan pembelian kedelai dari negara lain demi menutupi pasokan AS, Beijing berkata akan menghapuskan bea impor terhadap bahan baku pakan ternak termasuk kedelai dari lima negara tetangga di Asia, menurut pemberitaan Reuters yang mengutip Kementerian Keuangan China.
Harga patokan kedelai di Chicago Futures merosot sekitar 6% sejak kabar meletusnya perang dagang tersebar.
Sementara banyak yang sudah dikatakan tentang kemerosotan harga kedelai, penurunan itu turut menyeret kejatuhan harga komoditas secara umum akibat kekhawatiran terkait dampak global perang dagang, kata Bain dalam catatan terbaru.
Sebenarnya, ada beberapa perubahan signifikan di bidang kargo. Pengiriman curah kering (dry bulk) keluar dari AS ke China anjlok belakangan ini, tetapi hal itu nampaknya hanyalah jeda musiman, menurut penyedia data pengiriman VesselsValue. Kargo dry bulk termasuk biji-bijian dan kedelai.
Bagaimanapun juga, tidak terlalu banyak kedelai yang bisa China beli dari Brasil ataupun seluruh dunia tanpa pasokan AS. Pasalnya, ekspor kedelai dari seluruh dunia tidak akan mampu mencukupi keperluan impor China. Brasil pun tidak mengekspor terlalu banyak karena industri peternakannya yang besar juga memerlukan kedelai.
Negara Tirai Bambu menerapkan tarif ke 545 produk AS dengan nilai yang sama, termasuk produk pertanian, kendaraan dan perairan. Produk lain yang masuk ke dalam daftar untuk nantinya dikenakan tarif termasuk minyak mentah, kata Beijing sebelumnya.
Misalnya saja kedelai. Ekspor AS menyumbang 40% dari seluruh perdagangan kedelai internasional. Sementara itu, China mengimpor sekitar 60% dari seluruh pasar kedelai global.
Dengan kata lain, AS adalah pemasok penting bagi China, tetapi tarif Beijing pada tanggal 6 Juli akan memasukkan bea impor 25% terhadap kedelai Amerika.
Brasil sudah memasok sekitar setengah dari impor kedelai China, dan para konsumen China membeli lebih banyak dan lebih awal dari negara Amerika Selatan itu tahun ini, kata Bain.
Dalam sebuah pertanda bahwa China berencana meningkatkan pembelian kedelai dari negara lain demi menutupi pasokan AS, Beijing berkata akan menghapuskan bea impor terhadap bahan baku pakan ternak termasuk kedelai dari lima negara tetangga di Asia, menurut pemberitaan Reuters yang mengutip Kementerian Keuangan China.
Harga patokan kedelai di Chicago Futures merosot sekitar 6% sejak kabar meletusnya perang dagang tersebar.
Sementara banyak yang sudah dikatakan tentang kemerosotan harga kedelai, penurunan itu turut menyeret kejatuhan harga komoditas secara umum akibat kekhawatiran terkait dampak global perang dagang, kata Bain dalam catatan terbaru.
Sebenarnya, ada beberapa perubahan signifikan di bidang kargo. Pengiriman curah kering (dry bulk) keluar dari AS ke China anjlok belakangan ini, tetapi hal itu nampaknya hanyalah jeda musiman, menurut penyedia data pengiriman VesselsValue. Kargo dry bulk termasuk biji-bijian dan kedelai.
Bagaimanapun juga, tidak terlalu banyak kedelai yang bisa China beli dari Brasil ataupun seluruh dunia tanpa pasokan AS. Pasalnya, ekspor kedelai dari seluruh dunia tidak akan mampu mencukupi keperluan impor China. Brasil pun tidak mengekspor terlalu banyak karena industri peternakannya yang besar juga memerlukan kedelai.
Next Page
Strategi negosiasi
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular