Senasib, Jokowi Akan Bahas Soal CPO saat Mahathir Berkunjung

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
28 June 2018 13:27
Senasib, Jokowi Akan Bahas Soal CPO saat Mahathir Berkunjung
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebagai dua negara produsen minyak kelapa sawit (crude palm oil/ CPO) terbesar di dunia, Indonesia dan Malaysia kini sama-sama menghadapi serangan kampanye negatif dari Uni Eropa (UE).

Persamaan nasib ini akan menjadi salah satu topik yang dibahas ketika Presiden Indonesia Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad bertemu pada hari Kamis (28/6/2018) sore. Keduanya akan berdiskusi tentang upaya membuka akses pasar CPO, khususnya di kawasan Uni Eropa (UE).


"Yang jadi perhatian tentunya adalah upaya kemitraan kita antara Indonesia dan Malaysia dalam konteks memperjuangkan akses pasar kelapa sawit, khususnya dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada di Uni Eropa sekarang untuk produk kelapa sawit," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir dalam acara Press Briefing di Jakarta hari Kamis (28/6/2018).

Dia menambahkan kedua negara sudah melakukan koordinasi, khususnya dengan Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) yang menjadi kendaraan utama, untuk memerangi kampanye negatif terhadap produk kelapa sawit. Nantinya kedua negara akan menekankan komitmen politik guna mendorong kerja sama di bidang CPO.

Sebelumnya, Parlemen Eropa pada bulan Januari menyetujui larangan penggunaan biofuel berbasis minyak sawit mulai tahun 2021 dalam Arahan Energi Terbarukan (Renewable Energy Directive/RED). Pekan lalu, Uni Eropa memutuskan untuk menunda larangan sampai tahun 2030 dalam revisi RED II di tanggal 14 Juni melalui pertemuan trilog antara Komisi Eropa, Parlemen Eropa dan Dewan Uni Eropa.

Alhasil, Indonesia dan Malaysia pun bisa sedikit bernapas lega.
Selain membahas akses pasar CPO, kedua pemimpin negara juga akan membahas masalah kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi.

Sebagai negara tetangga, Malaysia adalah mitra perdagangan terbesar nomor tujuh untuk Indonesia dengan nilai perdagangan kedua negara di tahun 2017 mencapai angka US$17,2 miliar (Rp 246 triliun). Malaysia juga menduduki peringkat investor nomor delapan dengan suntikan dana sebesar $1,2 miliar.

Tak hanya membahas isu-isu perekonomian, Jokowi dan Mahathir juga dijadwalkan membahas isu perlindungan Warga Negara Indonesia yang jumlahnya sekitar 2,5 juta jiwa di Negeri Jiran, serta isu pemberantasan korupsi yang sama-sama dialami kedua negara.

Meskipun Arrmanatha menuturkan tidak ada agenda spesifik untuk membahas skandal pencucian uang 1Malaysia Development Berhad (1MDB), kemungkinan kedua negara akan sama-sama bertukar pikiran tentang strategi dan pengalaman pemberantasan korupsi.


"Tentu kesempatan untuk bertukar pikiran [tentang] bagaimana Indonesia selama ini mengatasi masalah korupsi, bagaimana Indonesia berperan melawan korupsi bisa saja diangkat oleh kedua pemimpin, mengingat kedua pemimpin memiliki komitmen dan latar belakang yang sama untuk memerangi masalah korupsi," ujar Arrmanatha.

Mahathir dijadwalkan untuk mengunjungi Indonesia dari hari Kamis sampai Jumat (29/6/2018). Sebagai bentuk penghormatan, Presiden Jokowi secara khusus akan menjemput pemimpin negara tertua di dunia itu di bandara.

Mahathir yang berusia 92 tahun memenangkan pemilihan umum pada awal Mei setelah mengalahkan pemimpin petahana Najib Razak, yang popularitasnya jatuh karena peningkatan biaya hidup dan skandal 1MDB. Mahathir kembali terpilih setelah sebelumnya pernah memimpin Malaysia selama 22 tahun.

Kunjungan ini adalah kunjungan bilateral pertama Mahathir ke negara Asia Tenggara setelah resmi menjabat sebagai perdana menteri. Dia akan didampingi oleh istrinya Siti Hasmah Mohd Ali dan pejabat-pejabat kantor Perdana Menteri dan Kementerian Luar Negeri Malaysia.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular