
Internasional
ZTE Dikabarkan Teken Kesepakatan Pendahuluan dengan AS
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
06 June 2018 11:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan teknologi asal China ZTE Corp telah menandatangani sebuah kesepakatan prinsipal yang akan menarik larangan dari Kementerian Perdagangan Amerika Serikat (AS) untuk membeli pasokan dari penyuplai AS.
Penandatanganan itu memungkinkan produsen peralatan telekomunikasi terbesar kedua di China ini kembali berbisnis, menurut berbagai sumber yang mengetahui permasalahannya.
ZTE menghentikan operasionalnya sejak larangan sepanjang tujuh tahun itu dikenakan ke perusahaan bulan April. Sanksi tersebut dijatuhkan AS karena ZTE melanggar kesepakatan tahun 2017 setelah ketahuan mengirim barang-barang secara ilegal ke Iran dan Korea Utara.
Seorang juru bicara Kementerian Perdagangan pada hari Selasa (5/6/2018) mengatakan "tidak ada kesepakatan tetap yang ditandatangani kedua belah pihak", seperti dilansir dari Reuters.
ZTE tidak memberi komentar terkait hal ini.
Kesepakatan pendahuluan itu termasuk denda sebesar US$1 miliar (Rp 13,8 triliun) yang dikenakan ke ZTE, ditambah jaminan sejumlah US$400 juta untuk berjaga-jaga bila terjadi pelanggaran di masa depan, kata para narasumber. Mereka menambahkan ketentuan-ketentuan itu sama dengan apa yang diberitakan Reuters tentang permintaan AS pada hari Jumat (1/6/2018).
Para narasumber meminta disebutkan secara anonim karena tidak memiliki otoritas untuk membicarakan masalah ini ke publik.
Kementerian Perdagangan AS berencana untuk mengubah kesepakatan penyelesaian di tahun 2017 dan menganggap bayaran dari ZTE sebesar US$361 juta sebagai bagian dari denda. Hal ini pun memungkinkan AS mengklaim total penalti sebesar US$1,7 miliar, kata para narasumber.
Sepanjang akhir pekan, ZTE menandatangani kesepakatan dari AS, kata narasumber, tetapi kesepakatan yang diubah masih belum ditandatangani.
Perjuangan ZTE menjadi topik diskusi tingkat tinggi dalam perbincangan dagang AS-China.
Presiden AS Donald Trump berencana untuk bertemu dengan para penasehat ekonominya hari Selasa guna mendiskusikan tawaran China untuk mengimpor barang tambahan dari AS senilai US$70 miliar selama setahun. Tawaran ini merupakan cara untuk meredakan potensi perang dagang di antara kedua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu.
Bulan lalu, Trump menulis cuitan di Twitter bahwa dia mengatakan kepada para pejabat Kementerian Perdagangan untuk mencari cara agar ZTE melanjutkan bisnisnya. Ia menyarankan denda sebesar US$1,3 miliar, serta perubahan jajaran dewan direksi dan manajemen teratas.
Sebagai bagian dari kesepakatan, kata para narasumber, ZTE berjanji untuk mengganti dewan direksi dan tim eksekutifnya dalam kurun waktu 30 hari.
Perusahaan itu juga akan memperbolehkan kunjungan lokasi tidak terbatas untuk memverifikasi bahwa komponen AS digunakan sesuai klaim perusahaan dan perhitungan bagian AS di dalam setiap produk yang tertera di situs publik.
Penandatanganan itu memungkinkan produsen peralatan telekomunikasi terbesar kedua di China ini kembali berbisnis, menurut berbagai sumber yang mengetahui permasalahannya.
ZTE menghentikan operasionalnya sejak larangan sepanjang tujuh tahun itu dikenakan ke perusahaan bulan April. Sanksi tersebut dijatuhkan AS karena ZTE melanggar kesepakatan tahun 2017 setelah ketahuan mengirim barang-barang secara ilegal ke Iran dan Korea Utara.
ZTE tidak memberi komentar terkait hal ini.
Kesepakatan pendahuluan itu termasuk denda sebesar US$1 miliar (Rp 13,8 triliun) yang dikenakan ke ZTE, ditambah jaminan sejumlah US$400 juta untuk berjaga-jaga bila terjadi pelanggaran di masa depan, kata para narasumber. Mereka menambahkan ketentuan-ketentuan itu sama dengan apa yang diberitakan Reuters tentang permintaan AS pada hari Jumat (1/6/2018).
Para narasumber meminta disebutkan secara anonim karena tidak memiliki otoritas untuk membicarakan masalah ini ke publik.
Kementerian Perdagangan AS berencana untuk mengubah kesepakatan penyelesaian di tahun 2017 dan menganggap bayaran dari ZTE sebesar US$361 juta sebagai bagian dari denda. Hal ini pun memungkinkan AS mengklaim total penalti sebesar US$1,7 miliar, kata para narasumber.
Sepanjang akhir pekan, ZTE menandatangani kesepakatan dari AS, kata narasumber, tetapi kesepakatan yang diubah masih belum ditandatangani.
Perjuangan ZTE menjadi topik diskusi tingkat tinggi dalam perbincangan dagang AS-China.
Presiden AS Donald Trump berencana untuk bertemu dengan para penasehat ekonominya hari Selasa guna mendiskusikan tawaran China untuk mengimpor barang tambahan dari AS senilai US$70 miliar selama setahun. Tawaran ini merupakan cara untuk meredakan potensi perang dagang di antara kedua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu.
Bulan lalu, Trump menulis cuitan di Twitter bahwa dia mengatakan kepada para pejabat Kementerian Perdagangan untuk mencari cara agar ZTE melanjutkan bisnisnya. Ia menyarankan denda sebesar US$1,3 miliar, serta perubahan jajaran dewan direksi dan manajemen teratas.
Sebagai bagian dari kesepakatan, kata para narasumber, ZTE berjanji untuk mengganti dewan direksi dan tim eksekutifnya dalam kurun waktu 30 hari.
Perusahaan itu juga akan memperbolehkan kunjungan lokasi tidak terbatas untuk memverifikasi bahwa komponen AS digunakan sesuai klaim perusahaan dan perhitungan bagian AS di dalam setiap produk yang tertera di situs publik.
Next Page
ZTE Menghadapi Perlawanan di Kongres
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular