Penjualan Ritel Lesu, Perlambatan Ekonomi Hantui China

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
15 May 2018 20:15
China melaporkan penurunan investasi dan lesunya penjualan ritel di April ini. Ditambah lagi dengan adanya laporan penurunan penjualan rumah.
Foto: REUTERS / Thomas Peter
Jakarta, CNBC Indonesia - China melaporkan penurunan investasi dan lesunya penjualan ritel di bulan April ini. Jauh di bawah ekspektasi, ditambah lagi dengan adanya laporan penurunan penjualan rumah.

Hal ini berdampak ke proyeksi perekonomian China, bahkan ketika para pembuat kebijakan mencoba memperbaiki dengan mengarahkan risiko utang dan meredakan cekcok dagang yang memanas dengan Amerika Serikat (AS).



Tapi tetap saja, investasi aset aktiva tetap (fixed asset) tumbuh paling lambat sejak 1999, sementara laju penjualan ritel terlemah dalam empat bulan. Hal ini menunjukkan perlambatan perekonomian negara terbesar kedua di dunia yang sudah lama diantisipasi kemungkinannya untuk terjadi seiring dengan meningkatnya proteksionisme.

Satu hal positif dari data aktivitas yang dirilis hari Selasa (15/5/2018) adalah produksi industri, melesat melebihi prediksi seraya produksi otomotif dan baja naik.

"Aktivitas perindustrian didukung oleh pelonggaran pengendalian polusi [yang diterapkan selama musim dingin]. Namun, ada tanda-tanda dari data hari ini bahwa perekonomian kehilangan momentum," tulis Julian Evans-Pritchard, Ekonom Senior China di Capital Economics, dalam sebuah catatan setelah data dirilis, Selasa (15/5/2018).

"Pengeluaran domestik kemungkinan akan melambat karena terdampak dari melambatnya pembuatan kredit," katanya. Ia menambahkan penguatan industri kemungkinan hanya berlangsung sebentar saat perusahaan membangun kembali inventaris yang habis dalam beberapa bulan belakangan.

Capital Economics sudah lama memprediksi Beijing akan melonggarkan kebijakan moneter tahun ini demi menjaga pertumbuhan agar tidak terlalu melambat karena China terus menindak risiko keuangan.

Produksi industri naik 7% di bulan April, kata Biro Statistik Nasional, melampaui proyeksi kenaikan 6,3% dan naik dari posisi 6% di bulan Maret, terlemah dalam tujuh bulan.

Belum Ada Hantaman Perdagangan

Cekcok dagang dengan AS belum terlihat memberi dampak terhadap perekonomian China, kata biro statistik.

Namun ketika ekspor dan impor April kuat, survei bisnis menunjukkan penurunan tajam dalam pertumbuhan pesanan ekspor. Kemungkinan penyebabnya adalah perusahaan semakin khawatir terhambat dengan stok yang tinggi jika AS dan China mulai menerapkan kebijakan tarif.

Para analis juga menduga beberapa perusahaan kemungkinan mempercepat pengiriman demi menghindari segala langkah dagang hukuman. Hal itu berpotensi meningkatkan jumlah ekspor saat ini, tetapi mengurangi pendapatan di masa mendatang.

Washington dan Beijing akan melanjutkan negosiasi dagang pekan ini setelah beberapa perbincangan permulaan di awal bulan nampaknya hanya memberi sedikit perkembangan dalam mempersempit perbedaan.

Investasi melambat, permintaan menurun

Pertumbuhan investasi melambat hampir di semua bidang. Pertumbuhan investasi aktiva tetap melambat jadi 7% dalam Januari sampai April dari setahun sebelumnya, lebih rendah dibandingkan proyeksi 7,4%.

Para analis mengestimasi pertumbuhan di bulan April turun menjadi sekitar 6%. Pertumbuhan investasi sektor swasta turun menjadi 8,4% dari 8,9% di tiga bulan pertama. Investasi swasta berkontribusi sekitar 60% terhadap keseluruhan investasi di China dan telah menguat tahun ini karena pengeluaran badan usaha negara yang dibebani utang melambat.

Pertumbuhan belanja infrastruktur, pendorong perekonomian yang kuat tahun lalu, melambat hingga 12,4% dalam empat bulan pertama dari 13% di awal tahun.

Tren ini kemungkinan akan berlanjut karena Beijing mendesak pemerintah lokal untuk mengukur kembali pengeluaran agar termasuk dengan utang mereka. Penjualan rumah juga turun karena pengendalian pemerintah yang ketat demi memberantas spekulasi dan menertibkan harga rumah.
Pasar properti China yang menjadi salah satu pendorong pertumbuhan juga menunjukkan tanda-tanda penurunan karena naiknya suku bunga KPR.

Ekonomi Melambat

Sementara data resmi China menunjukkan pertumbuhan ekonomi telah sangat stabil di kisaran 6,8-6,9% selama setahun belakangan, para analis tetap memprediksi perekonomian akan kehilangan tenaga secara bertahap dalam beberapa minggu ke depan.

Perlambatan itu akan terjadi bahkan tanpa kejutan apapun di bidang perdagangan.Para ekonom yang dikumpulkan oleh Reuters memprediksi ekonomi melambat menjadi sekitar 6,5% tahun ini.

Sebetulnya, angka tersebut juga sesuai dengan target pemerintah China. Namun, beberapa pengamat China yakin aktivitas sudah semakin melambat meski masih minoritas.

Fathom Consulting dari Inggris memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal pertama akan berada di angka 5,9%, sementara Capital Economics memproyeksi pertumbuhan turun 4,8% di awal tahun 2018 seiring dengan pengetatan kebijakan.

Dengan meningkatnya perselisihan dagang, ada tanda bahwa Beijing mengarah ke posisi kebijakan yang lebih mendukung demi memastikan pertumbuhan tidak terlalu melambat.


(gus/gus) Next Article Inggris Ancam Organisasi yang Sembunyikan Koneksi ke Xinjiang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular