Saham Ngamuk 11.000%, Apa Hubungan Toto Sugiri-Anthoni Salim?

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
16 June 2021 07:11
anthoni salim (Tangkapan Layar Youtube)
Foto: anthoni salim (Tangkapan Layar Youtube)

Jakarta, CNBC Indonesia - Melejitnya harga saham emiten data center, PT DCI Indonesia Tbk (DCI)) dari hari ke hari merupakan fenomena menarik yang terjadi di lantai bursa akhir-akhir ini.

Fenomena ini pula yang merupakan alasan munculnya satu crazy rich baru di Indonesia, tidak lain dan tidak bukan ialah pendiri sekaligus Direktur Utama DCII Otto Toto Sugiri.

Selain Toto, meningkatnya harga saham DCII tentu memberikan keuntungan bagi crazy rich lama Indonesia dan bos Grup Salim, Anthoni Salim, yang juga salah satu pemegang saham besar di perusahaan penyedia layanan penyimpanan data tersebut.

Lantas apa hubungan antara Toto Sugiri dengan investor baru tersebut yang disebut sebagai 'strategic partner'?

Masuknya Salim ke DCII

Melejitnya harga saham DCII ke level Rp 50.250/saham, harga termahal di bursa, juga merupakan alasan perdagangan sahamnya dihentikan sementara (suspensi) oleh BEI pada Selasa kemarin (15/6/2021).

Dalam pernyataan resminya, Bursa mengatakan "terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham tersebut."

Tentu terdapat berbagai alasan mengapa hal ini dapat terjadi mulai dari proyeksi pertumbuhan ekonomi digital di masa depan hingga laparnya investor lokal terhadap perusahaan teknologi.

Akan tetapi terdapat satu hal menarik lain yang bisa jadi alasannya peningkatan saham ini, masuknya bos Indofood Anthoni Salim.

Sejak awal melantai di bursa, saham DCII memang mengalami tren kenaikan. Hal ini terlihat dari perdagangannya yang sempat beberapa kali menembus batas atas auto rejection atas (ARA).

Namun memasuki pertengahan Februari hingga akhir Mei harga saham ini bergerak relatif stabil hingga nama bos Indofood muncul ke permukaan.

Sejak Anthoni Salim mengumumkan pembelian sahamnya pada Kamis 3 Juni lalu, bertambah dari 3,03% menjadi 11,12%.

Harga saham DCII pun melonjak dari penutup hari sebelumnya (2/6) di harga Rp 16.500/saham menjadi Rp 50.250/saham sebelum disuspensi (15/6).

Dalam 8 hari perdagangan sejak masuknya salim ke DCII, harga saham emiten teknologi ini melejit lebih dari 200%.

NEXT: Apa proyek Salim-DCII yang dikerjakan?

Memang benar jika sebagian besar kekayaan Salim diperoleh berkat usaha keluaga Salim yang dibangun mendiang Sudono Salim (Liem Sioe Liong) dalam membangun perusahaan mi instan dan tepung terigu.

Meskipun mahir jualan mi instan bukan berarti Anthoni Salim buta akan bisnis teknologi dan data center.

Sebelum namanya ramai disandingkan dengan DCII, Grup Salim telah menandatangani kesepakatan kerja sama pendirian perusahaan patungan atau joint venture (JV), IndoKeppel Data Centre 1 (IKDC 1) awal 2018 lalu.

Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Keppel, perusahaan asal Singapura, dan Grup Salim melalui Alpha Data Center Fund (Alpha DC Fund), yang dikelola oleh Alpha Investment Partners Limited (Alpha) dan Keppel Data Centers Holding Pte Ltd.

Dalam perjanjian tersebut Salim menguasi 60% sedangkan 40% sisanya dimiliki Keppel.

Seperti disebutkan dalam keterangan resmi Keppel, lokasi data center tersebut dibangun di Bogor, di atas lahan seluas 7 hektare dengan total Gross Floor Area mencapai 105.300 ft2 atau hampir satu setengah kali luas lapangan sepak bola.

Di luar Data Center, Grup Salim juga sudah merambah bisnis teknologi lain, yaitu fiber optik melalui PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET), perusahaan asosiasi Indomaret, yang menguasai perusahaan fiber optik PT Mega Akses Persada.

Selain itu Grup Salim juga bekerja sama dengan CBN terkait bisnis fiber optik. 

Potensi kerja sama bisnis

Penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta orang dengan nilai internet economy gross merchandise value (GMV) mencapai US$ 44 miliar atau setara Rp 629 triliun (kurs Rp 14.300/US$), merupakan pasar yang belum tersentuh sempurna.

Bisnis digital yang masih minim pesaing saat ini yang akan semakin bertambahnya nilai internet economy di masa depan inilah disinyalur merupakan salah satu alasan Salim dan Toto menjadi partner di DCII

Berkat kemitraan ini, Salim dan DCII membangun kawasan data center H2 di Karawang, Jawa Barat.

Pembangunan data center H2 telah dimulai sejak kuartal IV 2020. Dengan dilakukannya topping off ipada Senin (14/6) menandai bahwa kegiatan konstruksi memasuki tahap akhir dan diperkirakan selesai pada kuartal IV 2021.

Executive Director Salim Group, Axton Salim yang juga putra Anthoni Salim, mengatakan, pengembangan data center ini diharapkan akan berimplikasi positif pada percepatan digitalisasi di Indonesia.

"Hari ini adalah topping off [penutupan atap] gedung data center pertama H2," kata Axton, dalam keterangan resminya, Senin (14/6/2021).

Dihubungi terpisah soal keterkaitan dan hubungan ayahnya dengan Toto Sugiri, Axton yang juga Direktur PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) serta generasi ketiga Grup Salim ini belum menjawab pertanyaan CNBC Indonesia.

Direktur Utama DCI Indonesia Toto Sugiri menambahkan, dengan dibentuknya gedung data center H2 ini untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di tengah percepatan digitalisasi sekarang ini.

"H2 merupakan salah satu kompleks data center terbesar di Asia Tenggara dan akan memiliki total kapasitas data center ratusan MW dengan pembangunan yang akan dilaksanakan dalam beberapa tahap," katanya.

DCII pertama kali melantai di bursa pada 6 Januari 2021 dengan harga awal Rp 420/saham. Data BEI, saham DCII ditutup pada Senin ini (14/6/2021) naik 16,32% di Rp 50.250/saham.

Artinya sejak IPO saham ini sudah meroket 11.864% dalam 6 bulan terakhir ini, kapitalisasinya resmi masuk big cap alias di atas Rp 100 triliun.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular