Wow! EDGE Emiten Otto Sugiri yang Melesat 310% Sejak IPO

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
15 June 2021 16:35
IPO PT Indointernet Tbk (EDGE), 8 Februari 2021/Dok BEI
Foto: IPO PT Indointernet Tbk (EDGE), 8 Februari 2021/Dok BEI

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham dua emiten teknologi informasi besutan Toto Sugiri memang memiliki kinerja yang luar biasa. Selain saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang berhasil mencetak kenaikan yang luar biasa sejak awal melantai (initial public offering/IPO) pada 6 Januari lalu, saham 'saudara tuanya' PT Indointernet Tbk (EDGE) juga terus bergerak 'liar' sejak IPO pada 8 Februari tahun ini.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada pukul 14.35 WIB, saham emiten penyedia jasa internet service provider dan data center ini melonjak sampai menyentuh batas auto rejection atas (ARA) 19,94% ke Rp 30.225/saham. Ini adalah kali ketiga secara beruntun saham emiten yang berdiri sejak 1994 ini menyentuh ARA.

Dalam sebulan saham ini tercatat sudah 'terbang' 156,69%. Sementara sejak IPO di harga Rp 7.375/saham, saham EDGE sudah 'meroket' 309,83%.

Selain itu, seiring lonjakan harga hingga menyentuh ARA dalam beberapa waktu terakhir membuat saham EDGE berada di peringkat keempat saham dengan harga paling mahal di bursa Tanah Air.

Saat ini, saham EDGE berada satu tingkat di atas saham emiten produk farmasi yang sedang dalam proses delisting (penghapusan pencatatan saham) PT Organon Pharma Indonesia Tbk (dahulu PT. Merck Sharp Dohme Pharma Tbk) (SCPI) yang berada di Rp 29.000/saham.

Kenaikan saham EDGE akhir-akhir tersengat sentimen kenaikan harga saham DCII, yang sudah 'meroket to the moon' 11.864% sejak IPO.

Kabar teranyar, sang big boss Toto Sugiri baru saja menjual sebagian saham EDGE yang ia miliki kepada investor asing.

Pada 11 Juni 2021 lalu, investor asing tercatat menggunakan broker PT BCA Sekuritas (SQ) melakukan pembelian sebanyak 1,89 juta lot EDGE di harga Rp 10.495/unit dari investor lokal, yang menggunakan sekuritas yang sama sehingga transaksi ini merupakan transaksi crossing alias tutup sendiri. Tercatat investor asing menggelontorkan dana sebesar Rp 1,99 triliun untuk menebus transaksi ini.

Sejurus dengan itu, menurut keterbukaan informasi di bursa, Digital Edge Hongkong Limited yang sebelumnya menjadi pemegang saham minoritas EDGE, mengambil alih EDGE dan saat ini menjadi pemegang saham mayoritas setelah transaksi.

Tercatat sebelum transaksi per tanggal 10 Juni 2021, Otto Sugiri menjadi pengendali dengan kepemilikan 38,9%, selanjutnya Han Arming Hanafia menguasai 17,5%, Bing Moniaga 15,10%, Digital Edge sebesar 12,10%, dan masyarakat sebesar 7,9%.

Sedangkan per 11 Juni 2021 kepemilikan saham berubah, di mana kepemilikan Digital Edge Hong Kong berubah menjadi 59,10%, Sedangkan Han Arming Hanafia turun menjadi hanya menguasai 7,45%, Kepemilikan Bing Moniaga turun menjadi 6,44%, dan kepemilikan Otto Sugiri menjadi hanya 16,56%.

Digital Edge Hong Kong Limited merupakan perusahaan teknologi yang berlokasi di Tai Sang Bank Building di calan Des Vouex, Hong Kong. Perseroan bergerak di bidang perusahaan data center yang memiliki fokus di Asia Pasifik,

Perseroan dibeking oleh Stonepeak Infrastructure Partners, private equity firm asal New York dengan dana kelolaan hingga US$ 31 miliar yang fokus pada sektor infrastruktur, Digital Edge berkomitmen dengan nominal lebih dari US$ 1 miliar untuk mengembangkan bisnis data center di Asia Pasifik.

Asal tahu saja, EDGE menawarkan sebanyak 80,31 juta saham dengan harga penawaran Rp 7.375 per saham atau setara 20% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering).

Rencananya, dana yang dihimpun dari IPO tersebut akan dipakai untuk investasi infrastruktur dan perangkat pusat data (data center) dan konektivitas, antara lain melalui penyediaan pusat data salah satu entitas anak perseroan, yaitu PT Ekagrata Data Gemilang (EDG) untuk membangun Data Center (EDC) dan pengembangan bisnis EDGE selanjutnya.

Kedua, penyediaan konektivitas akan dikembangkan melalui pembelian perangkat untuk pengembangan digitalisasi network HSX yang dapat digunakan pelanggan untuk interkoneksi ke berbagai layanan pusat data dan cloud di Indonesia.

Baca:Saham Disuspen Kasus Jiwasraya & Asabri, Investor Harus Apa?
Djarot melanjutkan, bisnis pusat data dan interkoneksi memiliki potensi yang besar, di antaranya karena di era digital tren perubahan yang terjadi saat ini dan ke depan yang berupa ekonomi digital, telah membawa perubahan di berbagai aspek usaha.

Perusahaan-perusahaan mentransformasikan penyediaan layanan detail serta membawa aplikasi dan pengolahan data lebih mendekat kepada pengguna.

Pusat Data Edge nantinya akan dirancang berada di dekat dengan pusat pertukaran koneksi dan sentra lokasi pelanggan. Tujuan dari pembuatan pusat data ini adalah untuk menghubungkan konsumen dan kepada pusat pengolahan data secara mudah dan dinamis dengan kemampuan memberian waktu respons yang lebih singkat (low latency).

Perseroan telah mengoperasikan beberapa pusat data di lokasi pusat bisnis dan sebuah Pusat Data Edge telah dibangun dan dapat beroperasi tahun ini.

Sekadar informasi, EDGE memulai kegiatan usahanya pada 1994 sebagai penyedia jasa internet atau internet service provider/ISP swasta komersial pertama di Indonesia.

Saat ini EDGE tetap fokus pada bisnis utamanya sebagai penyedia jasa infrastruktur digital untuk konektivitas dan dan pusat data dengan segmen korporasi maupun perorangan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Emiten Toto Sugiri Ini Cetak Laba Rp 123,57 M Pada 2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular