membukukan penguatan sebesar 1,39% sepanjang pekan ini. Sejatinya, penguatan sebesar 1,39% dalam waktu satu minggu terbilang besar.
Tapi, jika kita bandingkan dengan kinerja indeks saham dari negara-negara lain di kawasan Asia, ternyata performa IHSG jauh tertinggal. IHSG bahkan nyaris berada di dasar klasemen.
Damai dagang AS-China menjadi motor utama penguatan bursa saham regional sepanjang pekan ini. Pada 3 hari pertama pekan ini (7-9 Januari), AS dan China menggelar negosiasi dagang setingkat wakil kementerian di Beijing.
Cukup banyak pelaku pasar yang skeptis dalam menanggapi pertemuan ini, lantaran hanya setingkat wakil kementerian. Namun, seiring berjalannya pertemuan, ada perkembangan yang cukup mengejutkan.
Wakil Perdana Menteri China Liu He yang merupakan tokoh penting dalam negosiasi dagang tampil dalam negosiasi hari pertama. Dari sini, optimisme pelaku pasar muncul bahwa akan ada gebrakan yang signifikan dari pertemuan ini.
Pasca pertemuan rampung digelar, US Trade Representatives (USTR) mengatakan bahwa China berkomitmen membeli lebih banyak produk asal Negeri Paman Sam, mulai dari produk pertanian, energi, hingga manufaktur.
Sementara itu, Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa negosiasi dagang dengan AS berlangsung ekstensif dan dalam, menghasilkan fondasi untuk menyelesaikan permasalahan yang dimiliki kedua belah pihak.
Kemudian, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng mengatakan bahwa ada perkembangan yang dicapai terkait dengan isu-isu struktural seperti pemaksaan transfer teknologi dan perlindungan kekayaan intelektual.
Pemaksaan transfer teknologi dan perlindungan kekayaan intelektual merupakan permasalahan yang sangat sulit untuk diselesaikan sejauh ini. Lantas, pernyataan dari Gao Feng berhasil menenangkan pelaku pasar.
Yang lebih menggembirakan lagi, Liu He dikabarkan akan bertandang ke Washington untuk bertemu dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer yang juga merupakan tokoh kunci dalam negosiasi dagang, seperti dikutip dari Reuters.
"Rencananya adalah Liu He mungkin akan datang ke Washington. Namun sepengetahuan saya, waktunya belum ditetapkan,” ungkap Myron Brilliant, Kepala Grup Perdagangan Internasional US Chamber of Commerce, mengutip Reuters.
“Namun, ada pertanyaan mengenai apakah itu akan terjadi sebelum Tahun Baru China atau segera setelahnya,” tambah Brilliant.
[Gambas:Video CNBC] IHSG tak bisa memanfaatkan momentum seiring dengan aksi jual atas saham-saham sektor barang konsumsi. Sepanjang pekan ini, sektor barang konsumsi membukukan pelemahan sebesar 0,65%.
Walaupun pelemahannya tak begitu besar yakni 0,65%, namun dampaknya kepada IHSG cukup besar mengingat kapitalisasi pasar dari sektor tersebut yang cukup gemuk. Mengutip IDX Monthly Statistics periode November 2018, sektor barang konsumsi berkontribusi sebesar 20,3% dari total kapitalisasi pasar IHSG.
Padahal, sejatinya ada sentimen positif bagi saham-saham barang konsumsi berupa rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Pada hari Senin, Bank Indonesia (BI) mengumumkan IKK periode Desember 2018 di level 127, meningkat dari capaian bulan sebelumnya yang sebesar 122,7. Posisi IKK bulan Desember menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2018.
Kenaikan IKK pada bulan lalu didorong oleh seluruh komponen pembentuknya, yaitu indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang naik menjadi 111,9, dari yang sebelumnya 109,1. Sementara itu, Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) naik menjadi 142,1, dari yang sebelumnya 136,4.
Saham-saham barang konsumsi dilepas investor lantaran tingginya angka IKK tak diimbangi dengan kian gencarnya masyarakat Indonesia dalam melakukan konsumsi. Pada bulan Desember, porsi dari konsumsi terhadap total pengeluaran hanya sebesar 67,2%, turun dari posisi November yang sebesar 68,2%. Porsi untuk cicilan pinjaman juga turun menjadi 12,3%, dari yang sebelumnya 12,8%. Sebaliknya, porsi yang digunakan untuk tabungan naik menjadi 20,4%, dari yang sebelumnya 19%.
Ada kemungkinan, masyarakat menahan konsumsinya seiring dengan ketidakpastian yang masih tinggi sampai dengan akhir tahun 2019.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]