
Investor Kurang Bernafsu Belanja Saham, Laju IHSG Tertahan
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 October 2018 10:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Menguat untuk mengawali pekan ini, kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) perlahan-lahan mulai terpangkas. Sempat naik hingga 1,03%, penguatan IHSG kini tersisa 0,4% ke level 5.799,26.
Memang, appetite dari investor untuk masuk ke bursa saham belum terlalu tinggi. Hal itu sebenarnya sudah bisa diamati dari pergerakan intraday di Wall Street pada Jumat lalu (12/10/2018).
Walaupun indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq masing-masing menguat sebesar 1,15%, 1,42%, dan 2,29% untuk menutup pekan, ketiga indeks saham tersebut sempat merelakan penguatan yang sudah dicapai pada sesi awal perdagangan, sebelum kemudian melesat lagi.
Lebih lanjut, pada Jumat lalu indeks dolar AS masih menguat sebesar 0,23%. Hal itu menandakan instrumen safe haven masih menjadi primadona bagi investor.
Pada perdagangan hari ini, indeks saham utama kawasan Asia pun diperdagangkan di zona merah. Indeks Nikkei turun 1,39%, indeks Shanghai turun 0,47%, indeks Hang Seng turun 0,95%, indeks Strait Times turun 0,24%, dan indeks Kospi turun 0,43%.
Hal itu semakin mengonfirmasi pandangan kami bahwa appetite dari investor untuk masuk ke bursa saham belum terlalu tinggi.
Nantikan Data Neraca Perdagangan
Aksi beli yang dilakukan oleh investor di bursa saham Indonesia nampak dimotori oleh ekspektasi bahwa defisit neraca dagang Indonesia periode September yang akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) akan menipis.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekspor pada September sebesar 7,44% YoY, sementara impor diekspektasikan tumbuh 25,85% YoY. Defisit neraca dagang pun diproyeksikan menyempit menjadi US$ 600 juta pada bulan lalu, dari sebesar US$ 1,02 miliar pada Agustus.
Mengingat tak ada dorongan dari bursa saham regional, kuat-lemahnya data ini akan benar-benar menentukan arah pergerakan IHSG di sisa perdagangan hari ini. Jika defisit neraca dagang bulan lalu ternyata lebih besar dari konsensus, maka IHSG bisa berbalik arah ke zona merah.
Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan sudah tidak ada lagi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di tahun ini. Itu artinya, jika defisit neraca dagang tak juga bsia diredam, maka rupiah bisa terus tertekan sepanjang sisa tahun 2018.
Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah sebesar 0,26% di pasar spot ke level Rp 15.240/dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article IHSG Memang Menguat Pekan Ini, Tapi....
Memang, appetite dari investor untuk masuk ke bursa saham belum terlalu tinggi. Hal itu sebenarnya sudah bisa diamati dari pergerakan intraday di Wall Street pada Jumat lalu (12/10/2018).
Walaupun indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq masing-masing menguat sebesar 1,15%, 1,42%, dan 2,29% untuk menutup pekan, ketiga indeks saham tersebut sempat merelakan penguatan yang sudah dicapai pada sesi awal perdagangan, sebelum kemudian melesat lagi.
Pada perdagangan hari ini, indeks saham utama kawasan Asia pun diperdagangkan di zona merah. Indeks Nikkei turun 1,39%, indeks Shanghai turun 0,47%, indeks Hang Seng turun 0,95%, indeks Strait Times turun 0,24%, dan indeks Kospi turun 0,43%.
Hal itu semakin mengonfirmasi pandangan kami bahwa appetite dari investor untuk masuk ke bursa saham belum terlalu tinggi.
Nantikan Data Neraca Perdagangan
Aksi beli yang dilakukan oleh investor di bursa saham Indonesia nampak dimotori oleh ekspektasi bahwa defisit neraca dagang Indonesia periode September yang akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) akan menipis.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekspor pada September sebesar 7,44% YoY, sementara impor diekspektasikan tumbuh 25,85% YoY. Defisit neraca dagang pun diproyeksikan menyempit menjadi US$ 600 juta pada bulan lalu, dari sebesar US$ 1,02 miliar pada Agustus.
Mengingat tak ada dorongan dari bursa saham regional, kuat-lemahnya data ini akan benar-benar menentukan arah pergerakan IHSG di sisa perdagangan hari ini. Jika defisit neraca dagang bulan lalu ternyata lebih besar dari konsensus, maka IHSG bisa berbalik arah ke zona merah.
Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan sudah tidak ada lagi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di tahun ini. Itu artinya, jika defisit neraca dagang tak juga bsia diredam, maka rupiah bisa terus tertekan sepanjang sisa tahun 2018.
Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah sebesar 0,26% di pasar spot ke level Rp 15.240/dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article IHSG Memang Menguat Pekan Ini, Tapi....
Most Popular