
Internasional
Penjualan Ritel Melonjak, Sinyal Ekonomi Jepang Bangkit Lagi?
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
29 November 2018 12:58

Tokyo, CNBC Indonesia - Penjualan ritel Jepang di Oktober mengalami pertumbuhan paling cepat dalam 10 bulan terakhir.
Lonjakan pertumbuhan tersebut dikarenakan konsumen Negeri Sakura berbelanja lebih banyak bahan bakar, mobil, obat-obatan, dan kosmetik. Hal ini menjadi tanda negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia kemungkinan rebound setelah tumbuh negatif di kuartal ketiga.
Para pembuat kebijakan Jepang mengandalkan konsumsi pribadi yang lebih kuat untuk membantu mempercepat pencapaian target inflasi 2% yang ditetapkan bank sentral, yang sulit dicapai meskipun stimulus moneter besar-besaran telah dikucurkan selama lebih dari lima tahun.
Kenaikan secara tahunan sebesar 3,5% dalam penjualan ritel di Oktober jauh lebih tinggi dari perkiraan 2,6% dan terjadi setelah pertumbuhan 2,2% yang direvisi pada September, dilansir dari Reuters.
Itu adalah pertumbuhan tahunan tercepat sejak Desember lalu.
Penjualan ritel adalah barometer utama untuk kekuatan konsumsi rumah tangga, yang menyumbang sekitar 60% dari ekonomi Jepang. Data menegaskan selama satu tahun penuh komponen ini telah bangkit dan mencerminkan pasar tenaga kerja yang ketat dan pertumbuhan upah bertahap.
Pada basis yang disesuaikan secara musiman, penjualan ritel tumbuh 1,2% pada Oktober versus kenaikan 0,1% yang direvisi pada bulan sebelumnya, menurut data Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri yang dirilis, Kamis (29/11/2018).
Ini menandai kenaikan bulanan kelima berturut-turut dan merupakan peningkatan terbesar sejak Juni.
"Pelemahan baru-baru ini mencerminkan beberapa bencana alam yang mungkin telah membuat konsumen enggan mengunjungi toko-toko," kata Marcel Thieliant, ekonom senior Jepang di Capital Economics, dalam sebuah catatan kepada klien.
"Jika volume penjualan ritel tetap tidak berubah pada November dan Desember, angka ini akan naik 1,0% di kuartal ini. Hasilnya, konsumsi swasta dapat rebound sekitar 0,5% pada kuartal keempat. " Perekonomian Jepang menyusut lebih dari yang diperkirakan pada kuartal ketiga akibat bencana alam dan ekspor yang lesu. Namun, ini diperkirakan hanya bersifat sementara.
Secara luas, ekonomi diperkirakan akan tumbuh kembali pada kuartal ini, meskipun kekuatan dari rebound tersebut masih diperdebatkan. Permintaan global yang melambat dan semakin ganasnya perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China menjadi risiko bagi Jepang yang bergantung pada ekspor.
Aktivitas manufaktur Jepang tumbuh dengan laju paling lambat dalam dua tahun terakhir di November dan pesanan baru menyusut untuk kali pertama sejak September 2016, menurut survei awal pada Senin.
(prm) Next Article Penjualan Ritel Naik, Era Inflasi Rendah Jepang Berakhir?
Lonjakan pertumbuhan tersebut dikarenakan konsumen Negeri Sakura berbelanja lebih banyak bahan bakar, mobil, obat-obatan, dan kosmetik. Hal ini menjadi tanda negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia kemungkinan rebound setelah tumbuh negatif di kuartal ketiga.
Para pembuat kebijakan Jepang mengandalkan konsumsi pribadi yang lebih kuat untuk membantu mempercepat pencapaian target inflasi 2% yang ditetapkan bank sentral, yang sulit dicapai meskipun stimulus moneter besar-besaran telah dikucurkan selama lebih dari lima tahun.
Itu adalah pertumbuhan tahunan tercepat sejak Desember lalu.
Penjualan ritel adalah barometer utama untuk kekuatan konsumsi rumah tangga, yang menyumbang sekitar 60% dari ekonomi Jepang. Data menegaskan selama satu tahun penuh komponen ini telah bangkit dan mencerminkan pasar tenaga kerja yang ketat dan pertumbuhan upah bertahap.
![]() |
Ini menandai kenaikan bulanan kelima berturut-turut dan merupakan peningkatan terbesar sejak Juni.
"Pelemahan baru-baru ini mencerminkan beberapa bencana alam yang mungkin telah membuat konsumen enggan mengunjungi toko-toko," kata Marcel Thieliant, ekonom senior Jepang di Capital Economics, dalam sebuah catatan kepada klien.
"Jika volume penjualan ritel tetap tidak berubah pada November dan Desember, angka ini akan naik 1,0% di kuartal ini. Hasilnya, konsumsi swasta dapat rebound sekitar 0,5% pada kuartal keempat. " Perekonomian Jepang menyusut lebih dari yang diperkirakan pada kuartal ketiga akibat bencana alam dan ekspor yang lesu. Namun, ini diperkirakan hanya bersifat sementara.
Secara luas, ekonomi diperkirakan akan tumbuh kembali pada kuartal ini, meskipun kekuatan dari rebound tersebut masih diperdebatkan. Permintaan global yang melambat dan semakin ganasnya perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China menjadi risiko bagi Jepang yang bergantung pada ekspor.
Aktivitas manufaktur Jepang tumbuh dengan laju paling lambat dalam dua tahun terakhir di November dan pesanan baru menyusut untuk kali pertama sejak September 2016, menurut survei awal pada Senin.
(prm) Next Article Penjualan Ritel Naik, Era Inflasi Rendah Jepang Berakhir?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular