
Diprediksi Resesi, Jepang Memperparah Risiko Ekonomi Global
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
12 February 2019 14:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat perekonomian global diprediksi melambat akibat lesunya pertumbuhan ekonomi China yang terbelenggu perang dagang, Jepang juga ikut memperparah sentimen negatif di pasar dunia.
Negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia itu baru-baru ini diprediksi bisa jatuh ke dalam resesi di tahun fiskal 2019 yang dimulai April mendatang.
Ekonom yang disurvei Reuters mengatakan peluang Jepang jatuh ke dalam resesi di tahun fiskal ini telah tumbuh dalam tiga bulan terakhir. Penyebabnya lagi-lagi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China serta perlambatan ekonomi global.
Sebanyak 28 dari 38 ekonom mengatakan kemungkinan Jepang jatuh ke dalam resesi di tahun fiskal 2019 yang dimulai April mendatang telah meningkat dibandingkan dari tiga bulan lalu, menurut jajak pendapat 9-18 Januari.
Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Para ekonom mengatakan Jepang mungkin akan berhasil menghindari resesi namun proyeksi ke depan masih suram. Pertumbuhan perekonomian terbesar kedua di Asia itu diperkirakan akan berada di sekitar 0,8%.
Seperti China, Negeri Matahari Terbit terpukul oleh perseteruan dagang antara Washington dan Beijing yang memanas sejak awal tahun lalu. Ini terjadi karena Jepang sangat menggantungkan aktivitas ekonominya pada ekspor.
Produk domestik bruto (PDB) Jepang menyusut atau terkontraksi hingga 0,6% di kuartal ketiga tahun lalu. Angka tersebut lebih dalam dari perkiraan awal, yaitu kontraksi sebesar 0,3%.
Padahal, di kuartal sebelumnya produk domestik bruto (PDB) negara tersebut masih mampu tumbuh 0,7%.
Memang, kontraksi tersebut terjadi akibat berbagai bencana alam yang menghantam negara itu di kuartal ketiga. Akibatnya, investasi swasta menyusut 2,8% secara kuartalan, lebih tinggi dari perkiraan awal, yaitu kontraksi sebesar 0,2%
Komponen ini menjadi penyebab utama menyusutnya ekonomi Negeri Sakura.
"Latar belakang investasi perusahaan yang lemah diyakini karena bencana alam di Juli yang menghentikan beberapa logistik, seperti pendirian fasilitas [produksi]," kata Takashi Miwa, ekonom senior di Nomura Securities, Desember tahun lalu sebagaimana dilansir dari AFP.
Namun, para ekonom melihat hal ini sebagai kontraksi teknis sementara dan indikator ekonomi terbaru memperlihatkan ekonomi akan tumbuh pada kuartal keempat. Namun, Miwa memperingatkan bahwa potensi meruncingnya ketegangan perdagangan yang dipimpin Amerika Serikat (AS) tetap menjadi faktor risiko.
Dana Moneter Internasional (IMF) sendiri memperkirakan Jepang akan tumbuh 1,1% tahun ini atau naik 0,2 poin persentase dibandingkan proyeksi sebelumnya di Oktober lalu.
"Revisi ini utamanya menggambarkan dukungan fiskal tambahan terhadap perekonomian tahun ini, termasuk upaya memitigasi dampak rencana kenaikan pajak konsumsi di Oktober 2019," tulis IMF dalam World Economic Outlook Update yang dirilis bulan lalu.
"Pertumbuhan diproyeksikan moderat menjadi 0,5% di 2020 (lebih tinggi 0,2 poin persentase dibandingkan WEO Oktober 2018) menyusul penerapan langkah mitigasi tersebut."
Saksikan video mengenai ekspansi bisnis investor Jepang di Indonesia berikut ini.
[Gambas:Video CNBC]
(roy) Next Article Gawat, Jepang Diprediksi Akan Alami Resesi
Negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia itu baru-baru ini diprediksi bisa jatuh ke dalam resesi di tahun fiskal 2019 yang dimulai April mendatang.
Ekonom yang disurvei Reuters mengatakan peluang Jepang jatuh ke dalam resesi di tahun fiskal ini telah tumbuh dalam tiga bulan terakhir. Penyebabnya lagi-lagi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China serta perlambatan ekonomi global.
Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.
![]() |
Para ekonom mengatakan Jepang mungkin akan berhasil menghindari resesi namun proyeksi ke depan masih suram. Pertumbuhan perekonomian terbesar kedua di Asia itu diperkirakan akan berada di sekitar 0,8%.
Seperti China, Negeri Matahari Terbit terpukul oleh perseteruan dagang antara Washington dan Beijing yang memanas sejak awal tahun lalu. Ini terjadi karena Jepang sangat menggantungkan aktivitas ekonominya pada ekspor.
Produk domestik bruto (PDB) Jepang menyusut atau terkontraksi hingga 0,6% di kuartal ketiga tahun lalu. Angka tersebut lebih dalam dari perkiraan awal, yaitu kontraksi sebesar 0,3%.
Padahal, di kuartal sebelumnya produk domestik bruto (PDB) negara tersebut masih mampu tumbuh 0,7%.
Memang, kontraksi tersebut terjadi akibat berbagai bencana alam yang menghantam negara itu di kuartal ketiga. Akibatnya, investasi swasta menyusut 2,8% secara kuartalan, lebih tinggi dari perkiraan awal, yaitu kontraksi sebesar 0,2%
Komponen ini menjadi penyebab utama menyusutnya ekonomi Negeri Sakura.
"Latar belakang investasi perusahaan yang lemah diyakini karena bencana alam di Juli yang menghentikan beberapa logistik, seperti pendirian fasilitas [produksi]," kata Takashi Miwa, ekonom senior di Nomura Securities, Desember tahun lalu sebagaimana dilansir dari AFP.
Namun, para ekonom melihat hal ini sebagai kontraksi teknis sementara dan indikator ekonomi terbaru memperlihatkan ekonomi akan tumbuh pada kuartal keempat. Namun, Miwa memperingatkan bahwa potensi meruncingnya ketegangan perdagangan yang dipimpin Amerika Serikat (AS) tetap menjadi faktor risiko.
Dana Moneter Internasional (IMF) sendiri memperkirakan Jepang akan tumbuh 1,1% tahun ini atau naik 0,2 poin persentase dibandingkan proyeksi sebelumnya di Oktober lalu.
"Revisi ini utamanya menggambarkan dukungan fiskal tambahan terhadap perekonomian tahun ini, termasuk upaya memitigasi dampak rencana kenaikan pajak konsumsi di Oktober 2019," tulis IMF dalam World Economic Outlook Update yang dirilis bulan lalu.
"Pertumbuhan diproyeksikan moderat menjadi 0,5% di 2020 (lebih tinggi 0,2 poin persentase dibandingkan WEO Oktober 2018) menyusul penerapan langkah mitigasi tersebut."
Saksikan video mengenai ekspansi bisnis investor Jepang di Indonesia berikut ini.
[Gambas:Video CNBC]
(roy) Next Article Gawat, Jepang Diprediksi Akan Alami Resesi
Most Popular