Internasional

Penjualan Ritel Jepang Melambat, Bisa Ganggu Pertumbuhan PDB

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
29 October 2018 14:25
Penjualan ritel Jepang naik untuk 11 bulan berturut-turut pada September dibandingkan tahun sebelumnya.
Foto: CNBC
Tokyo, CNBC Indonesia - Penjualan ritel Jepang naik untuk 11 bulan berturut-turut pada September dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, laju kenaikan tersebut melambat dari bulan sebelumnya dan menjadi tanda konsumsi rumah tangga mungkin tidak cukup kuat untuk menghindari perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Angka-angka kementerian perdagangan itu dikeluarkan setelah data ekspor yang tak terduga pada bulan September. Hal itu meningkatkan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi pada Juli-September akan lebih rendah dibandingkan dari triwulan sebelumnya.


Analis memperkirakan perlambatan di kuartal ketiga itu bersifat sementara, yang disebabkan oleh serangkaian bencana alam yang mengganggu aktivitas bisnis dan konsumen dalam beberapa bulan terakhir.

Tetapi pertumbuhan yang lebih lambat akan menambah kekhawatiran yang lebih luas tentang kemampuan bank sentral untuk mencapai target inflasi tahunannya yang sebesar 2%.

Bank of Japan (BOJ) akan memeriksa data dan indikator yang akan datang seperti output pabrik dan angka pengangguran di pertemuan dewan gubernur pekan ini ketika bank sentral memperbarui pertumbuhan dan proyeksi inflasi. Data itu akan dimasukkan ke dalam penghitungan produk domestik bruto (PDB) untuk Juli-September, yang akan diumumkan 14 November.

"PDB kuartal ketiga kemungkinan terkontraksi 0,1% sebagai reaksi atas pertumbuhan kuat di kuartal sebelumnya," kata Azusa Kato, ekonom senior di BNP Paribas Securities, dikutip dari Reuters.

"BOJ mungkin akan memangkas pertumbuhan dan proyeksi inflasi sedikit untuk tahun fiskal saat ini, tetapi tidak akan berubah untuk masa mendatang."

Pertumbuhan penjualan ritel tahunan sebesar 2,1% tahunan di September melampaui perkiraan rata-rata median Reuters sebesar 1,6%, menurut data kementerian perdagangan, Senin (29/10/2018). Namun, angka itu lebih lambat dari ekspansi 2,7% di Agustus.

Pertumbuhan di September itu didorong oleh kenaikan harga bensin dan penjualan cepat alat mesin, pembelian pakaian, makanan dan minuman, sementara penjualan mobil menurun begitu juga dengan penjualan pengecer online.

Konsumsi rumah tangga, yang membentuk sekitar 60% dari produk domestik bruto (PDB) Jepang, adalah kunci upaya bank sentral untuk mempercepat inflasi ke target 2%.


Namun, Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda mengatakan akan membutuhkan waktu lebih lama dari yang diharapkan untuk mencapai target itu.

Perekonomian Jepang tumbuh 3% secara tahunan pada kuartal kedua, laju tercepat sejak 2016, yang dipimpin oleh pengeluaran rumah tangga dan bisnis yang solid, tetapi risiko dari ketegangan perdagangan global menjadi risiko bagi Jepang yang bergantung pada ekspor.
(prm) Next Article Pertumbuhan Jepang Masih Lemah, Risiko Resesi Membayangi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular