Internasional

Pertumbuhan Jepang Masih Lemah, Risiko Resesi Membayangi

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
08 June 2018 11:08
Data yang direvisi menunjukkan perekonomian Jepang menurun 0,6% di kuartal pertama atau tidak berubah dari perkiraan awal.
Foto: Reuters
Tokyo, CNBC Indonesia - Data yang direvisi menunjukkan perekonomian Jepang menurun 0,6% di kuartal pertama atau tidak berubah dari perkiraan awal. Hal itu meningkatkan prospek resesi jika pelemahan terus terjadi dari April sampai Juni.

Para ekonom memperkirakan produk domestik bruto (PDB) akan direvisi turun 0,4% secara tahunan, menurut estimasi median polling Reuters, tetapi revisi penurunan belanja konsumen melampaui kenaikan belanja modal.

Kontraksi kuartal pertama menandakan akhir dari pertumbuhan delapan kuartal berturut-turut, periode ekspansi yang terpanjang sejak bubble perekonomian di tahun 1980-an.

Belanja konsumen direvisi menurun untuk menunjukkan sedikit penurunan di kuartal pertama, yang dapat meningkatkan kekhawatiran bahwa perekonomian telah mencapai puncaknya.

Laju pertumbuhan yang dihitung secara tahunan menunjukkan kontraksi kuartal per kuartal 0,2%, tidak berubah dari proyeksi awal. Estimasi median adalah 0,1% kontraksi, Reuters melaporkan hari Jumat (8/6/2018).

Konsumsi swasta yang menyumbang lebih dari separuh PDB turun 0,1% di bulan Januari sampai Maret dibandingkan kuartal sebelumnya, tidak berubah juga dari prediksi awal. Komponen belanja modal tumbuh 0,3% dari kuartal sebelumnya, melampaui proyeksi nilai tengah tentang kenaikan 0,2% dan penurunan awal 0,1%.

Meskipun begitu, permintaan domestik turun 0,1 poin persentase dari PDB yang direvisi, atau tidak berubah dari proyeksi.

Ekspor bersih atau ekspor yang dikurangi impor berkontribusi 0,1 poin persentase, sama-sama tidak berubah dari perkiraan awal.

Penurunan konsumsi swasta kemungkinan akan menambah kekhawatiran tentang perekonomian setelah terjadinya pelemahan belanja rumah tangga dan produksi industri di bulan April, dilansir dari Reuters.

Para ekonom telah memperingatkan risiko resesi teknis, dua kuartal kontraksi berturut-turut, akan naik jika indikator perekonomian di bulan Mei dan Juni tidak menunjukkan perbaikan.

Lemahnya permintaan domestik membuat perekonomian Jepang lebih bergantung pada permintaan ekspor, yang sedang berisiko karena kebijakan proteksionisme dagang pemerintah AS.

Kekhawatiran tentang perekonomian juga menunjukkan bahwa Bank of Japan (BoJ) akan terus kesulitan meraih target inflasi 2%, patokan penting bagi upaya bank sentral dalam meningkatkan ekonomi dan mencegah deflasi.
(prm) Next Article Setelah Terkontraksi, Ekonomi Jepang Kuartal II Tumbuh 0,5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular