
Depresiasi Rupiah Menjalar dari Asia Sampai Eropa
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
07 June 2018 17:36

Jakarta, CNBC Indonesia- Nilai tukar rupiah bergerak melemah terhadap mata uang global pada perdagangan hari ini. Pelemahan ini didorong oleh minimnya sentimen positif dari domesik ditengah kencangnya aura pengetatan moneter di negara maju.
Pada Kamis (7/6/2018) pukul 17:20 WIB, rupiah tidak berdaya di hadapan mata uang kawasan Asia dan Eropa. Rupiah hanya mampu menguat terhadap dolar Australia.
Berikut data perdagangan pergerakan rupiah terhadap mata uang di kawasan tersebut seperti yang dilansir dari Reuters:
Minimnya sentimen positif dari domestik hari ini berpengaruh terhadap pergerakan aliran modal asing di pasar keuangan, terutama saham. Aksi jual bersih oleh investor asing di bursa begitu tercatat Rp 98,54 miliar.
Aksi ini didorong oleh beberapa faktor. Pertama adalah profit taking jelang libur panjang lebaran tahun ini. Investor cenderung melakukan profit taking karena pasar saham tidak akan beroperasi kurang lebih selama 10 hari.
Liburnya pasar saham mengakibatkan aset-aset milik investor akan cenderung idle sehingga ini akan merugikan. Perilaku investor yang dinamis tentu tidak bisa menyesuaikan keadaan ini. Mau tidak mau mereka memindahkan dana ke tempat lain.
Terlebih saat ini kondisi pasar keuangan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa sedang menarik. Perkiraan The Federal Reserve/The Fed akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan 13 Juni mendatang semakin besar.
Tidak hanya AS, Eropa pun mulai menunjukkan sinyal akan mulai mengetatkan kebijakan moneter melalui pengurangan stimulus, belum sampai menaikkan suku bunga. Hal ini seiring komentar salah satu pejabat Bank Sentral Uni Eropa (European Central Bank/ECB), Peter Praet yang menyatakan inflasi sudah menuju sasaran.
Dengan perkembangan ini, pengetatan moneter di Eropa sepertinya sudah di depan mata. Pasar akan menantikan rapat ECB pada 14 Juni untuk mengonfirmasi ekspektasi ini.
Kombinasi aura pengetatan moneter di AS dan Eropa membuat investor asing cenderung keluar dari pasar keuangan Indonesia. Akibatnya, rupiah kehilangan pijakan untuk terapresiasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Kamis (7/6/2018) pukul 17:20 WIB, rupiah tidak berdaya di hadapan mata uang kawasan Asia dan Eropa. Rupiah hanya mampu menguat terhadap dolar Australia.
Berikut data perdagangan pergerakan rupiah terhadap mata uang di kawasan tersebut seperti yang dilansir dari Reuters:
Mata Uang | Bid Terakhir | Change (%) |
Ringgit Malaysia | Rp 3.481,65 | 0,00 |
Dolar Singapura | Rp 10.409,16 | -0,15 |
Yuan China | Rp 2.167,93 | -0,05 |
Dolar Australia | Rp 10.609,50 | +0,07 |
Yen Jepang | Rp 126,11 | -0,34 |
Euro | Rp 16.410,33 | -0,85 |
Poundsterling | Rp 18.641,49 | -0,37 |
Dolar Amerika Serikat (AS)* | Rp 13.865,00 | -0,11 |
Minimnya sentimen positif dari domestik hari ini berpengaruh terhadap pergerakan aliran modal asing di pasar keuangan, terutama saham. Aksi jual bersih oleh investor asing di bursa begitu tercatat Rp 98,54 miliar.
Liburnya pasar saham mengakibatkan aset-aset milik investor akan cenderung idle sehingga ini akan merugikan. Perilaku investor yang dinamis tentu tidak bisa menyesuaikan keadaan ini. Mau tidak mau mereka memindahkan dana ke tempat lain.
Terlebih saat ini kondisi pasar keuangan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa sedang menarik. Perkiraan The Federal Reserve/The Fed akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan 13 Juni mendatang semakin besar.
Tidak hanya AS, Eropa pun mulai menunjukkan sinyal akan mulai mengetatkan kebijakan moneter melalui pengurangan stimulus, belum sampai menaikkan suku bunga. Hal ini seiring komentar salah satu pejabat Bank Sentral Uni Eropa (European Central Bank/ECB), Peter Praet yang menyatakan inflasi sudah menuju sasaran.
Dengan perkembangan ini, pengetatan moneter di Eropa sepertinya sudah di depan mata. Pasar akan menantikan rapat ECB pada 14 Juni untuk mengonfirmasi ekspektasi ini.
Kombinasi aura pengetatan moneter di AS dan Eropa membuat investor asing cenderung keluar dari pasar keuangan Indonesia. Akibatnya, rupiah kehilangan pijakan untuk terapresiasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular