
Internasional
Penjualan Ritel Naik, Era Inflasi Rendah Jepang Berakhir?
Roy Franedya, CNBC Indonesia
30 July 2018 15:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan ritel Jepang pada Juni 2018 naik lebih dari yang diperkirakan karena meningkatnya pengeluaran bahan bakar, peralatan, dan kosmetik. Hal ini tanda positif rumah tangga Jepang tumbuh lebih percaya diri.
Peningkatan penjualan ritel tahunan pada Juni menyentuh 1,8% lebih dari estimasi rata-rata untuk penjualan sebesar 1,6%. Kenaikan ini melanjutkan tren bulan Mei yang naik 0,6%.
Kenaikan juga terjadi pada penjualan yang bersifat musiman yang mencapai 1,5% pada Juni, menurut data Kementerian Perdagangan Jepang yang dipublikasikan Senin (30/7/2018).
Ekonomi Jepang diperkirakan akan bangkit kembali pada April-Juni, setelah kuartal I-2018 ekonomi Jepang terjadi kontraksi mengakhir pertumbuhan ekonomi terlama sejak terjadinya gelembung ekonomi di tahun 1980-an.
Kenaikan penjualan ritel ini akan membuat Bank of Japan tidak terlalu nyaman, sebab mereka terus mempertahankan inflasi rendah dan efek samping dari program pelonggaran moneter radikal.
"Belanja konsumen meningkat secara bertahap, karena pasar tenaga kerja ketat dan orang-orang mendapatkan pembayaran bonus musim panas mereka," kata Shuji Tonouchi, ekonom senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities, seperti dikutip dari CNBC International.
"Saya masih khawatir tentang pengeluaran karena ada banyak pekerja paruh waktu. Harga tidak naik, sehingga BOJ akan mencoba mengubah pesannya tentang kebijakan."
Tingkat pengangguran berada pada level terendah dalam 25 tahun terakhir, mencapai 2,2%, yang banyak ekonom katakan harusnya mendukung belanja konsumen dengan memberi tekanan pada upah.
BOJ kemungkinan akan menurunkan perkiraan inflasi pada pertemuan yang berakhir Selasa dan dapat mengubah program stimulus besar-besaran yang sedang dijalankan.
(roy/prm) Next Article Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga Negatif
Peningkatan penjualan ritel tahunan pada Juni menyentuh 1,8% lebih dari estimasi rata-rata untuk penjualan sebesar 1,6%. Kenaikan ini melanjutkan tren bulan Mei yang naik 0,6%.
Kenaikan penjualan ritel ini akan membuat Bank of Japan tidak terlalu nyaman, sebab mereka terus mempertahankan inflasi rendah dan efek samping dari program pelonggaran moneter radikal.
"Belanja konsumen meningkat secara bertahap, karena pasar tenaga kerja ketat dan orang-orang mendapatkan pembayaran bonus musim panas mereka," kata Shuji Tonouchi, ekonom senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities, seperti dikutip dari CNBC International.
"Saya masih khawatir tentang pengeluaran karena ada banyak pekerja paruh waktu. Harga tidak naik, sehingga BOJ akan mencoba mengubah pesannya tentang kebijakan."
Tingkat pengangguran berada pada level terendah dalam 25 tahun terakhir, mencapai 2,2%, yang banyak ekonom katakan harusnya mendukung belanja konsumen dengan memberi tekanan pada upah.
BOJ kemungkinan akan menurunkan perkiraan inflasi pada pertemuan yang berakhir Selasa dan dapat mengubah program stimulus besar-besaran yang sedang dijalankan.
(roy/prm) Next Article Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga Negatif
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular