
Internasional
Fenomena Inflasi Rendah di Jepang Masih Akan Berlangsung Lama
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
27 July 2018 16:22

Tokyo, CNBC Indonesia - Harga konsumen di ibu kota Jepang naik 0,8% di bulan Juli dari tahun sebelumnya (year-on-year/ yoy), meningkat dalam dua bulan berturut-turut. Namun, kenaikan itu masih belum memberi angin segar bagi bank sentral Bank of Japan (BOJ) yang berjuang meraih target inflasi 2% yang selama ini sangat sukar dicapai.
Data Tokyo, yang dianggap sebagai indikator utama untuk tren harga nasional, meningkatkan peluang bahwa bank sentral pekan depan akan mengakui inflasi akan tetap di bawah targetnya hingga paling tidak tiga tahun lagi.
Kenaikan indeks harga konsumen (core consumer price index/ CPI) Tokyo, termasuk produk minyak kecuali harga makanan segar, sedikit lebih tinggi daripada proyeksi nilai tengah pasar sebesar 0,7%. Peningkatan itu menyusul kenaikan 0,7% di bulan Juni, demikian dilansir dari Reuters.
Para analis menyebutkan beberapa faktor teknis, seperti sedikit perubahan sampel untuk persewaan, mendorong inflasi Tokyo tetapi kemungkinan tidak akan memberi dorongan serupa ke harga nasional.
"Inflasi konsumen nasional mungkin menyentuh 1% paling cepat in bulan Juli, tetapi sebagian besar karena kenaikan ongkos energi," kata Mari Iwashita selaku Kepala Ekonom di Daiwa Securities.
"BOJ mungkin melakukan perubahan minor terhadap kerangka kerja kebijakannya dalam evaluasi suku bunga pekan depan. Namun, inflasi dasar tidak cukup kuat untuk mempercepat kenaikan suku bunga," katanya.
Data menunjukkan indeks harga inti (core-core price index) Tokyo, yang termasuk energi dan makanan segar, naik 0,5% di bulan Juli dari kenaikan 0,4% di bulan Juni.
Data CPI Tokyo yang dirilis sebulan sebelum data nasional itu lebih menarik perhatian pasar ketimbang data sebelumnya karena mendahului rapat kebijakan BOJ yang dipantau ketat pada hari Senin (30/7/2018).
Berbagai sumber mengatakan kepada Reuters bahwa BOJ, dalam menghadapi pelemahan inflasi, bisa mempertimbangkan langkah-langkah untuk membuat kerangka kerja kebijakannya lebih berkelanjutan karena akan butuh waktu lebih lama dalam mencapai tujuan inflasinya.
Data yang keluar pekan lalu menunjukkan harga konsumen nasional naik 0,8% di bulan Juni secara yoy, sedikit meningkat dari bulan sebelumnya sebagian karena ongkos energi yang lebih mahal.
Meskipun begitu, indeks yang tidak termasuk energi dan makanan segar menunjukkan inflasi nasional melambat selama tiga bulan berturut-turut di bulan Juni. Sehingga, hal ini menjadi halangan bagi upaya BOJ dalam mencapai target inflasi dengan pelonggaran moneter yang agresif.
(prm) Next Article Inflasi Jepang Bulan Maret Masih Jauh dari Target
Data Tokyo, yang dianggap sebagai indikator utama untuk tren harga nasional, meningkatkan peluang bahwa bank sentral pekan depan akan mengakui inflasi akan tetap di bawah targetnya hingga paling tidak tiga tahun lagi.
Kenaikan indeks harga konsumen (core consumer price index/ CPI) Tokyo, termasuk produk minyak kecuali harga makanan segar, sedikit lebih tinggi daripada proyeksi nilai tengah pasar sebesar 0,7%. Peningkatan itu menyusul kenaikan 0,7% di bulan Juni, demikian dilansir dari Reuters.
"Inflasi konsumen nasional mungkin menyentuh 1% paling cepat in bulan Juli, tetapi sebagian besar karena kenaikan ongkos energi," kata Mari Iwashita selaku Kepala Ekonom di Daiwa Securities.
"BOJ mungkin melakukan perubahan minor terhadap kerangka kerja kebijakannya dalam evaluasi suku bunga pekan depan. Namun, inflasi dasar tidak cukup kuat untuk mempercepat kenaikan suku bunga," katanya.
Data menunjukkan indeks harga inti (core-core price index) Tokyo, yang termasuk energi dan makanan segar, naik 0,5% di bulan Juli dari kenaikan 0,4% di bulan Juni.
Data CPI Tokyo yang dirilis sebulan sebelum data nasional itu lebih menarik perhatian pasar ketimbang data sebelumnya karena mendahului rapat kebijakan BOJ yang dipantau ketat pada hari Senin (30/7/2018).
Berbagai sumber mengatakan kepada Reuters bahwa BOJ, dalam menghadapi pelemahan inflasi, bisa mempertimbangkan langkah-langkah untuk membuat kerangka kerja kebijakannya lebih berkelanjutan karena akan butuh waktu lebih lama dalam mencapai tujuan inflasinya.
Data yang keluar pekan lalu menunjukkan harga konsumen nasional naik 0,8% di bulan Juni secara yoy, sedikit meningkat dari bulan sebelumnya sebagian karena ongkos energi yang lebih mahal.
Meskipun begitu, indeks yang tidak termasuk energi dan makanan segar menunjukkan inflasi nasional melambat selama tiga bulan berturut-turut di bulan Juni. Sehingga, hal ini menjadi halangan bagi upaya BOJ dalam mencapai target inflasi dengan pelonggaran moneter yang agresif.
(prm) Next Article Inflasi Jepang Bulan Maret Masih Jauh dari Target
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular