Internasional

BOJ Sebut Pekerja Perempuan Penyebab Inflasi Tak Naik-naik

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
01 August 2018 16:45
Periode deflasi berkepanjangan telah membuat orang Jepang terbiasa dengan pertumbuhan upah dan harga yang rendah.
Foto: REUTERS/Issei Kato
Tokyo, CNBC Indonesia - Peningkatan jumlah karyawan perempuan dan lanjut usia ke dalam bursa tenaga kerja dan dorongan dari perusahaan-perusahaan untuk merampingkan operasional melalui otomatisasi telah menahan upah dan inflasi Jepang sehingga tidak naik secara signifikan, kata bank sentral Bank of Japan (BOJ) hari Rabu (1/8/2018).

Perusahaan dan rumah tangga juga tidak menunjukkan tanda-tanda mereka lebih menerima kenaikan harga. Sebab, periode deflasi berkepanjangan telah membuat mereka terbiasa dengan pertumbuhan upah dan harga yang rendah, kata BOJ.

"Kenaikan ekspektasi inflasi jangka menengah dan jangka panjang sudah tertinggal," kata BOJ dalam laporan kuartalan tentang proyeksi ekonomi dan harga, dilansir dari Reuters.

Dalam evaluasi suku bunga selama dua hari yang berakhir Selasa (31/7/2018), BOJ memangkas proyeksi harga dan mengambil langkah-langkah untuk membuat program stimulus besar-besaran lebih berkelanjutan dengan pertimbangan waktu yang lebih panjang dari perkiraan demi mencapai target inflasi 2%.

Dalam versi lengkap laporan kuartalan tentang proyeksi ekonomi dan harga yang dirilis hari Rabu, BOJ menyebut beberapa faktor struktural yang kemungkinan berada di balik inflasi berkepanjangan di Jepang.

Di antara faktor-faktor tersebut, terdapat peningkatan jumlah pekerja perempuan dan senior paruh waktu yang cenderung lebih banyak masuk ke bursa tenaga kerja ketimbang laki-laki dengan tingkat kenaikan upah yang sama, sehingga menekan keseluruhan kenaikan upah, kata BOJ.

Survei juga menunjukkan tidak ada pertanda jelas bahwa rumah tangga jadi lebih menerima kenaikan harga dalam beberapa tahun terakhir, meski perekonomian negara tumbuh dengan kuat.


Rumah tangga yang sensitif terhadap biaya itu membuat perusahaan enggan menaikkan harga, khususnya perusahaan yang bergerak di industri ritel, jasa, hotel, dan restoran, kata BOJ.

Banyak perusahaan di industri-industri tersebut yang mengatasi tingginya kekurangan tenaga kerja bukan melalui kenaikan upah melainkan investasi otomatisasi, faktor lain yang membuat inflasi tetap rendah, katanya.

"Produktivitas perusahaan-perusahaan Jepang relatif rendah dan terdapat ruang signifikan untuk meningkatkan produktivitas, terutama di sektor non-manufaktur," kata BOJ, seraya menambahkan bahwa produktivitas tenaga kerja Jepang hanya 60%-70% dari level AS.

Sementara faktor-faktor struktural akan membebani inflasi dalam jangka pendek, dampaknya akan perlahan-lahan menghilang karena perekonomian terus meluas, kata BOJ.

"Mungkin butuh waktu lebih lama daripada prediksi, [tetapi] Jepang akan merasakan inflasi perlahan-lahan naik menjadi 2%," katanya.
(prm) Next Article Inflasi Jepang Bulan Maret Masih Jauh dari Target

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular