
Internasional
Rapat BOJ Kelar, Suku Bunga Jepang Tetap Negatif
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
31 July 2018 12:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ), pada hari Selasa (31/7/2018) mempertahankan kebijakan moneternya sesuai prediksi pasar.
Kabar besarnya adalah bank sentral akan membuat kerangka kerja kebijakannya lebih fleksibel untuk target imbal hasil (yield) jangka panjang.
Meskipun begitu, BOJ mempertahankan targetnya untuk suku bunga obligasi pemerintah bertenor 10 tahun sekitar 0% dan target suku bunga jangka pendek di posisi -0,1%. Dalam sebuah pernyataan resmi yang dikutip CNBC International, BOJ menjelaskan bahwa yield mungkin naik atau turun "sebagian besar karena bergantung pada perkembangan di aktivitas ekonomi dan harga".
Keputusan itu muncul setelah spekulasi beredar pekan lalu bahwa BOJ secara aktif mendiskusikan perubahan kebijakan, yang menyebabkan harga obligasi pemerintah Jepang turun tajam dan membuat patokan yield tenor 10 tahun menyentuh titik tertinggi dalam enam bulan.
BOJ juga mengatakan pihaknya akan membutuhkan "lebih banyak waktu daripada yang diprediksi" untuk mencapai target inflasi 2%.
Segera setelah pengumuman itu, yield surat utang Amerika Serikat (AS) tenor 10 tahun anjlok hampir 3 basis poin menjadi 2,950%. Yen melemah, dengan dolar menguat 0,25% terhadap yen menjadi 111,33. Harga saham rata-rata Nikkei menjadi positif.
Jajak Pendapat CNBC International terhadap 19 bank dan manajemen aset menyatakan sebagian besar responden memprediksi tidak akan ada perubahan kebijakan. Namun, beberapa pakar memprediksi BOJ akan menurunkan target yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun di tengah inflasi yang stagnan.
Tindakan seperti itu, bagian dari apa yang disebut sebagai kebijakan pengendalian kurva yield, dapat memperbaiki profitabilitas bank dan kemungkinan besar mendorong inflasi lebih tinggi.
Untuk diketahui, Jepang sudah lama menghadapi masalah dalam mencapai target inflasi 2%, dan para analis telah memprediksi bank sentral akan memangkas targetnya dalam rapat ini.
"Pada akhirnya, BOJ mungkin hanya mencari fleksibilitas dalam meraih tujuan inflasinya ketimbang meninggalkan komitmennya terhadap stimulus moneter. Bagaimanapun juga, banyak negara-negara Asia yang sudah mengadopsi kisaran target inflasi," tulis para analis DBS dalam sebuah catatan.
Rapat kebijakan BOJ dilaksanakan menjelang rapat kebijakan moneter Komite Keterbukaan Pasar Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) bank sentral AS Federal Reserve/The Fed pada hari Selasa waktu setempat, dengan keputusan yang rencananya dikeluarkan pada hari Rabu (1/8/2018).
(prm) Next Article Ekonomi Jepang Diprediksi Tak Loyo Lagi, Ini Buktinya!
Kabar besarnya adalah bank sentral akan membuat kerangka kerja kebijakannya lebih fleksibel untuk target imbal hasil (yield) jangka panjang.
Meskipun begitu, BOJ mempertahankan targetnya untuk suku bunga obligasi pemerintah bertenor 10 tahun sekitar 0% dan target suku bunga jangka pendek di posisi -0,1%. Dalam sebuah pernyataan resmi yang dikutip CNBC International, BOJ menjelaskan bahwa yield mungkin naik atau turun "sebagian besar karena bergantung pada perkembangan di aktivitas ekonomi dan harga".
BOJ juga mengatakan pihaknya akan membutuhkan "lebih banyak waktu daripada yang diprediksi" untuk mencapai target inflasi 2%.
Segera setelah pengumuman itu, yield surat utang Amerika Serikat (AS) tenor 10 tahun anjlok hampir 3 basis poin menjadi 2,950%. Yen melemah, dengan dolar menguat 0,25% terhadap yen menjadi 111,33. Harga saham rata-rata Nikkei menjadi positif.
Jajak Pendapat CNBC International terhadap 19 bank dan manajemen aset menyatakan sebagian besar responden memprediksi tidak akan ada perubahan kebijakan. Namun, beberapa pakar memprediksi BOJ akan menurunkan target yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun di tengah inflasi yang stagnan.
Tindakan seperti itu, bagian dari apa yang disebut sebagai kebijakan pengendalian kurva yield, dapat memperbaiki profitabilitas bank dan kemungkinan besar mendorong inflasi lebih tinggi.
Untuk diketahui, Jepang sudah lama menghadapi masalah dalam mencapai target inflasi 2%, dan para analis telah memprediksi bank sentral akan memangkas targetnya dalam rapat ini.
"Pada akhirnya, BOJ mungkin hanya mencari fleksibilitas dalam meraih tujuan inflasinya ketimbang meninggalkan komitmennya terhadap stimulus moneter. Bagaimanapun juga, banyak negara-negara Asia yang sudah mengadopsi kisaran target inflasi," tulis para analis DBS dalam sebuah catatan.
Rapat kebijakan BOJ dilaksanakan menjelang rapat kebijakan moneter Komite Keterbukaan Pasar Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) bank sentral AS Federal Reserve/The Fed pada hari Selasa waktu setempat, dengan keputusan yang rencananya dikeluarkan pada hari Rabu (1/8/2018).
(prm) Next Article Ekonomi Jepang Diprediksi Tak Loyo Lagi, Ini Buktinya!
Most Popular