
Inflasi Jepang Naik, Rupiah Melemah Tipis terhadap Yen
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
26 July 2018 13:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah siang ini bergerak melemah di hadapan yen Jepang. Akibatnya, rupiah terdepresiasi 3% lebih hanya dalam waktu 2 minggu.
Pada Kamis (26/7/2018) pukul 12:30 WIB, JPY 1 dibanderol Rp 130,38. Rupiah melemah 0,1% dibandingkan perdagangan kemarin.
Pelemahan ini menyebabkan harga jual yen kembali di atas Rp 133/JPY. Berikut data perdagangan di empat bank nasional terbesar hingga pukul 12:35 WIB.
Sentimen penguatan yen datang dari rencana bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ), untuk mengurangi stimulus moneternya yang cukup agresif.
Mengutip Reuters, BoJ dikabarkan menggelar diskusi awal terkait kemungkinan mengubah kebijakan moneternya, termasuk penyesuaian target suku bunga, mekanisme pembelian saham, serta cara membuat kebijakan mometer ekstra longgar (quantitative easing) lebih berkelanjutan.
Wacana pengurangan stimulus mengemuka seiring dengan pemulihan ekonomi di Jepang, salah satunya pergerakan inflasi. Data statistik luar negeri Jepang memperlihatkan inflasi Juni tumbuh 0,8% secara tahunan (year-on-year/YoY), lebih tinggi dari Juli 2017 yang hanya 0,4%.
Pertumbuhan inflasi mengindikasikan daya beli masyarakat semakin membaik, sehingga mengakibatkan permintaan naik dan mendorong harga barang dan jasa meningkat. Kondisi ini menjadi pertimbangan BoJ untuk mulai mewacanakan pengetatan moneter.
Rencana ini diapresiasi oleh pasar, sehingga yen bergerak menguat terhadap mata uang global termasuk rupiah. Akibatnya, rupiah pun telah terdepresiasi hingga 3% lebih hanya dalam dua minggu berturut-turut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/prm) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Pada Kamis (26/7/2018) pukul 12:30 WIB, JPY 1 dibanderol Rp 130,38. Rupiah melemah 0,1% dibandingkan perdagangan kemarin.
![]() |
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 127,07 | Rp 131,90 |
Bank BNI | Rp 126,89 | Rp 133,49 |
Bank BRI | Rp 128,99 | Rp 131,72 |
Bank BCA | Rp 127,06 | Rp 133,63 |
Sentimen penguatan yen datang dari rencana bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ), untuk mengurangi stimulus moneternya yang cukup agresif.
Wacana pengurangan stimulus mengemuka seiring dengan pemulihan ekonomi di Jepang, salah satunya pergerakan inflasi. Data statistik luar negeri Jepang memperlihatkan inflasi Juni tumbuh 0,8% secara tahunan (year-on-year/YoY), lebih tinggi dari Juli 2017 yang hanya 0,4%.
Pertumbuhan inflasi mengindikasikan daya beli masyarakat semakin membaik, sehingga mengakibatkan permintaan naik dan mendorong harga barang dan jasa meningkat. Kondisi ini menjadi pertimbangan BoJ untuk mulai mewacanakan pengetatan moneter.
Rencana ini diapresiasi oleh pasar, sehingga yen bergerak menguat terhadap mata uang global termasuk rupiah. Akibatnya, rupiah pun telah terdepresiasi hingga 3% lebih hanya dalam dua minggu berturut-turut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/prm) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Most Popular